Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Arsitektur Tanpa Diskriminasi
5 Januari 2022 17:13 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Rendy Salim tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Keberadaan arsitektur mudah untuk kita pahami karena ada di sekitar kita. Arsitektur ini telah ada dan akan selalu terasa dari saat kita lahir di rumah sakit sampai kita mati di tanah nanti. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan dan perkembangan arsitektur memiliki nilai jika telah diakui oleh masyarakat. Hal ini juga menunjukkan bahwa fungsi arsitektur adalah melayani masyarakatnya. Seperti yang dikatakan Charles Eames, "Mengenali kebutuhan adalah prasyarat untuk desain."
ADVERTISEMENT
Syarat utama dalam mendesain sendiri adalah kebutuhan masyarakat. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi seorang arsitek dalam mendesain karena kebutuhan masyarakat menjadi permasalahan yang membutuhkan solusi yang segera didekati dengan permasalahan baru. Namun, benarkah arsitektur yang kita alami dari dahulu hingga sekarang telah memberikan solusi atas kebutuhan masyarakat? Jika fungsi arsitektur untuk masyarakat, maka masih banyak masalah lain yang harus diperhatikan oleh seorang arsitek, termasuk masalah bagi mereka yang memiliki kesulitan ekonomi dan kesenjangan gender agar arsitektur tersedia untuk semua orang dan tanpa diskriminasi.
Diskriminasi Ekonomi
Kita semua sadar bahwa arsitek adalah sebuah profesi, namun apakah benar pekerjaan seorang arsitek hanya untuk mencari uang? Telah disebutkan sebelumnya bahwa arsitektur adalah cerminan dari masyarakatnya. Dapat dilihat bahwa daerah yang lebih maju seperti daerah perkotaan memiliki arsitektur yang lebih baik daripada daerah pedesaan.
ADVERTISEMENT
Hal ini juga diutarakan oleh arsitek Yu Sing yang merupakan seorang arsitek lulusan program studi arsitektur Institut Teknologi Bandung tahun 1999 ini, yang menganggap jasa arsitek adalah monopoli orang kaya. Banyak arsitek telah menjadi "Starchitects" yang bertujuan untuk sesuatu yang lebih dari uang. Mereka mencari nama, kehormatan, popularitas, dan pujian yang pada akhirnya menetapkannya sebagai standar bahwa "arsitek seukuran saya hanya menerima klien dengan anggaran ini." Menurut saya ini akan menimbulkan diskriminasi terhadap arsitek lain karena pada akhirnya klien hanya ingin menggunakan arsitek yang sudah terkenal.
Ketika mereka mulai mengambil arsitektur di tengah kursus, siswa diminta untuk memiliki perangkat yang mampu melakukan rendering yang mahal. Menurut saya, di sinilah diskriminasi akan terjadi karena siswa kaya akan memiliki perangkat yang lebih baik sehingga hasil kerjanya lebih baik dan waktu pengerjaannya juga lebih cepat. Hal seperti ini menimbulkan stigma atau pemikiran negatif bahwa jurusan arsitektur hanya diambil oleh orang kaya.
ADVERTISEMENT
Diskriminasi Jenis Kelamin
Diskriminasi jenis kelamin atau seksisme dalam dunia arsitektur masih sering terjadi. Seperti mayoritas pekerjaan lain, perempuan masih menjadi minoritas. Hal-hal seperti pelecehan dan kesenjangan gaji masih terjadi di lokasi konstruksi. Dari studi yang dilakukan oleh The Royal Institute of British Architects (RIBA), disebutkan bahwa batas gaji di Inggris mencapai 15% dan menurut The American Institute of Architects, kesenjangan gaji di Amerika Serikat mencapai 14%.
Seksisme dalam dunia arsitektur tidak berhenti sampai di situ bahkan terjadi dalam bentuk sebuah bangunan. Tubuh laki-laki lebih sering digunakan sebagai metafora dalam desain bentuk arsitektur. Beberapa contoh bangunan terkenal seperti Falling Water karya Frank Lloyd Wright yang bangunannya memiliki bentuk geometris yang keras dan tegas yang melambangkan maskulinitas dalam arsitektur. Contoh lain terjadi pada menara Turning Torso Calatrava di Swedia yang menggunakan analogi tubuh laki-laki yang berputar.
ADVERTISEMENT
Beberapa contoh diskriminasi dalam dunia arsitektur yang telah terjadi telah dijelaskan yang awalnya berasal dari arsitek itu sendiri. Mulai dari diskriminasi ekonomi karena arsitek hanya menginginkan uang atau penghargaan. Menurut saya, masalah seksisme juga harus diselesaikan dengan mengubah cara arsitek berpikir atau menanggapi perempuan. Arsitek perempuan harus diperbolehkan untuk bertanggung jawab atas proyek mereka tidak hanya untuk laki-laki karena menurut saya perbedaan antara perempuan dan laki-laki hanya terbatas pada gender tetapi kemampuan mereka untuk merancang belum tentu lebih baik dari desain laki-laki.
Masih banyak masalah dalam dunia arsitektur. Jika memang benar arsitektur adalah cerminan masyarakat lalu mengapa masih banyak masalah seperti diskriminasi ekonomi dan gender. Tetapi jika kita mulai dari diri kita sendiri, apakah kita seorang arsitek atau bukan, maka saya yakin masalah lain selain dua diskriminasi akan teratasi dan arsitektur benar-benar dapat mencerminkan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Live Update