Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Konten dari Pengguna
Pengalaman Saya Tinggal di Kota New York Selama Pandemi Virus Corona
13 April 2020 11:48 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
Tulisan dari Renita J. Moniaga tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kota New York adalah episentrum coronavirus di Amerika Serikat dan mungkin di seluruh dunia. Dengan lebih dari 100.000 kasus COVID-19 di Kota New York dan lebih dari 6.000 orang yang meninggal dunia akibat virus corona, Kota New York telah melebihi kota-kota lain dan bahkan negara-negara lain di dunia dalam jumlah kasus COVID-19.
New York on PAUSE (Policy that Assures Uniform Safety for Everyone) adalah kebijakan “Stay at Home” Pemerintah Negara Bagian New York yang diperpanjang hingga 29 April 2020. Kebijakan tersebut mewajibkan penduduk New York untuk menetap di rumah dan hanya keluar untuk keperluan penting seperti belanja groceries dan pergi ke dokter. Selain itu, hanya essential workers yang diizinkan untuk bekerja dan yang lain harus bekerja dari rumah (work from home).
Saya menyebut diri saya sebagai Native New Yorker karena tinggal di New York dari tahun 1999 hingga 2009, dan tahun lalu saya kembali ke kota ini untuk bertugas sebagai Konsul Penerangan dan Sosial Budaya (Pensosbud) di Konsulat Jenderal Republik Indonesia di New York (KJRI New York). Lebih dari sepuluh tahun tinggal di kota ini, saya belum pernah melihat New York City begitu sepi dan hampir tiada manusia yang mengerumuni kota ini. Kota yang tak pernah tidur, namun sekarang ia terpaksa terlelap karena pandemi virus corona.
Berjalan di sekitar kota New York beberapa hari ini membuat saya menyadari bahwa selama pandemi COVID-19 kota New York telah berubah secara drastis yang melampaui saat peristiwa tragedi 11 September 2001 (9/11). Semua orang menjaga jarak (social distancing), menggunakan masker dan ada antrean panjang di semua supermarket. Terasa ada ketegangan yang luar biasa di seluruh kota New York.
Saat tragedi 9/11 saya berada di New York dan saya ingat sekali betapa menyeramkan melihat Twin Towers diserang oleh para teroris. Namun kali ini, musuh Kota New York invisible dan kita tidak tahu kapan pandemi ini akan berakhir.
ADVERTISEMENT
Salah satu titik terang dari pandemi ini adalah warga New York benar-benar strong dan tough. Meskipun coronavirus telah melanda kota ini dan banyak orang yang terpapar COVID-19, warga New York masih saling peduli. Masyarakat dan diaspora Indonesia di New York juga saling membantu dan menjaga sesama dengan menyalurkan bantuan sembako dan masker ke orang-orang yang membutuhkan. Saya yakin bahwa New York akan melewati pandemi ini bersama.
#newyorkstrong #newyorktough #newyorktogether