Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Indonesia Corong Penghisap Hallyu-Wave ; Bagaimana Identitas Masyarakat Muda?
11 Oktober 2024 11:19 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari reno pratama tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Hallyu Wave, atau “Gelombang Korea” merupakan suatu fenomena penyebaran berbagai kultur pop Korea di seluruh dunia. Hallyu wave dalam perkembangannya telah berhasil menciptakan penggemar royal di berbagai negara, termasuk Indonesia. Saat ini, K-pop sebagai industry music Korea telah mendominasi media sosial, dengan grup-grup seperti BTS, BLACKPINK, dan SEVENTEEN yang meraih popularitas global. Tidak hanya musiknya yang mendunia, namun juga drama/series berkualitas tinggi hingga menembus aplikasi tontonan internasional seperti Disney+ dan Netflix.
ADVERTISEMENT
Dalam penyebarannya, Hallyu Wave di Indonesia dimulai pada awal 2000-an saat munculnya drama-drama korea yang disiarkan di televisi nasional. Popularitasnhya terus meningkat berkat akses internet yang semakin mudah. Ditambah penyebaran tren Gangnam Style, BIGBANG dan 2NE1 yang menjadi demam para kalangan muda 2000-an saat itu. Semakin bertambahnya tahun, fanbase k-pop di Indonesia semakin besar dan luas, banyak muncul komunitas online yang aktif membahas dan berbagi informasi terkait perkembangan aktivitas grup k-pop yang menjadi pilihan para penggemar. Hal ini semakin memperkuat pengaruh Hallyu di kalangan anak muda. Namun, di balik kesenangan ini, terdapat beberapa dampak yang juga perlu dicermati.
Dampak Hallyu Wave
Meskipun Hallyu Wave membawa kebahagiaan baru di kalangan Masyarakat muda, ada beberapa dampak buruk yang perlu diperhatikan. Ekspektasi yang tidak realistis adalah salah satunya. Banyak remaja terpengharuh oleh standar kecantikan korea dan citra sempurna yang ditampilkan oleh industri hiburan Korea. Hal ini dapat mempengaruhi kepercayaan diri generasi muda dan dapat mengganggu proses mereka untuk mencintai diri sendiri. Konsep citra tubuh yang buruk ini dapat mengganggu kehidupan sosial para remaja dan mengganggu kestabilan mental mereka.
ADVERTISEMENT
Kedua, konsumerisme berlebihan. Sifat rasa takut tertinggal atau biasa disebut FOMO yang dimiliki para remaja mendorong mereka menjadi konsumtif terhadap produk-produk korea. Mulai dari produk kecantikan, pakaian, hingga album-album K-pop yang memiliki harga cenderung mahal. Dalam keberlanjutannya, hal ini tentu dapat menyebabkan masalah keuangan di usia muda. Ketiga, pengabaian budaya lokal. Maraknya kebudayaan korea yang masuk mulai dari bahasa, hingga makanan memunculkan risiko bagi para remaja melupakan kekayaan budaya yang Indonesia miliki. Hal ini memiliki imbas pada rasa cinta yang mereka miliki kepada tanah air.
Solusi
Masalah-masalah yang ditimbulkan oleh Hallyu Wave ini tentunya membutuhkan beberapa solusi yang perlu diterapkan. Beberapa solusi yang dapat diimplmentasikan yaitu dimulai dari edukasi budaya lokal. Penting untuk para remaja mengetahui dan mengenal budaya-budaya yang menjadi keuntungan dan kekayaan yang mereka miliki sebagai rakyat Indonesia. Edukasi tentang budaya lokal ini juga dapat membantu generasi muda untuk lebih menghargai warisan budaya mereka sendiri.
ADVERTISEMENT
Kedua, perlu ada kampanye mengenai kesadaran tentang kesehatan mental dan citra tubuh. Kepercayaan diri merupakan hal yang krusial untuk dimiliki, maka dari itu mengedukasi generasi muda mengenai representasi yang lebih nyata dan pentingnya penerimaan diri penting untuk dilakukan. Hal tersebut dapat menjadi media pembantu bagi mereka mengurangi tekanan yang mereka alami dan belajar untuk mencintai diri sendiri.
Terakhir, Masyarakat muda membutuhkan mentoring/bimbingan tentang pengendalian dana. Hal ini dilakukan guna meningkatkan mutu remaja dalam menjaga dan mengatur keuangan. Penting untuk para remaja sadar bahwa sikap konsumtif hanya akan merugikan diri mereka sendiri disaat uang yang mereka miliki bisa dialokasikan untuk hal-hal yang lebih berguna dan bermanfaat.
Kesimpulan
Hallyu wave sebagai tren yang sedang hangat di kalangan generasi muda memang membawa hiburan baru, namun dampak buruknya terhadap generasi muda tidak boleh diabaikan dan harus ditanggulangi. Mulai dari ekspektasi yang tidak realistis mengenai penampilan hingga pengabaian budaya, tantangan ini tentunya membutuhkan aksi lebih lanjut. Dengan edukasi dan bimbingan yang baik, kita bisa menciptakan generasi muda yang memiliki identitas kuat, sekaligus mencintai budaya lokal yang merupakan kekayaannya sebagai rakyat Indonesia. Hallyu wave tidak mesti dihindari dan dicap buruk. Kita dapat menerima kedatangan Hallyu Wave dengan bijak dan kritis, agar kita tetap dapat memperkuat identitas nasional serta mempertahankan kekayaan budaya kita tanpa kehilangan jati diri.
ADVERTISEMENT