Filsafat Dipandang Dalam Ilmu Pendidikan

RERIN MAULINDA
Dosen Sastra Indonesia Universitas Pamulang Dan Mahasiswa S3 Ilmu Keguruan Bahasa Universitas Padang
Konten dari Pengguna
11 Januari 2021 5:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari RERIN MAULINDA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Filsafat merupakan pelopor yang pertama-tama berani mendobrak dan membongkar pandangan-pandangan tradisional dan mitis yang sejak lama hanya diterima begitu saja tanpa adanya penjelasan rasional. Filsafat dengan pertanyaan-pertanyaannya yang rasional (kritis, logis, sistematis), obyektif, menyeluruh dan radikal berusaha membongkar pandangan-pandangan yang dikemukakan begitu saja tanpa adanya penjelasan rasional, serta membongkar kebiasaan-kebiasaan yang tidak memiliki orientasi yang jelas dan dapat dipertanggung jawabkan (Ernita:2019:11).
ADVERTISEMENT
Filsafat yang didasari semangat mencari kejelasan, kebenaran serta kebijaksanaan, tentu saja tidak puas terhadap kebiasaan-kebiasaan serta pendapat-pendapat yang dikemukakan begitu saja tanpa adanya landasan pemikiran rasional, kritis dan obyektif yang dapat dipertanggung jawabkan atau yang disebut berpikir logis. Ketiga pemikiran tersebut merupakan bagian dari filsafat, ilmu pengetahuan yang berusaha membahas ilmu pengetahuan sebagai obyeknya secara rasional (kritis, logis, dan sistematis), menyeluruh dan mendasar. Pertama adalah pemikiran rasional adalah pemikiran yang mampu melepaskan diri manusia dari belenggu-belenggu tradisional dan mistis, serta membebaskan manusia dari kepicikan, ketidakjelasan, ketidaktahuan dan kebodohannya. Hal ini merupakan dasar untuk poencarian ilmu pengetahuan
Kedua adalah pemikiran kritis adalah pemikiran yang menyadari akan arah tujuan dari kegiatan berpikir, yaitu mencari kejelasan dan tidak kebenaran. Sehingga orang yang berpikir kritis tidak puas akan sekedar informasi sebagai penjelasan yang asal saja. Informasi yang merupakan penjelasan diharapkan merupakan informasi yang relevan dengan hal yang dijelaskan serta memberikan penjelasan yang terang dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Dengan demikian orang yang berpikir kritis perlu dapat membedakan serta memilih penjelasan yang relevan dan benar, daripada penjelasan yang tidak relevan dan salah ( Suaedi:2016:11).
ADVERTISEMENT
Sedangkan ketiga adalah berpikir logis adalah pemikiran yang didasarkan pada kaidah-kaidah penalaran yang mendukung bagi terwujudnya pemahaman, keputusan, serta kesimpulan yang kebenarannya satu kesatuan pemahaman yang saling terkait dan dapat dipertanggungjawabkan. Dalam hal ini semua memiliki kedudukan dan peranan yang tak tergantikan. Dengan kata lain, Filsafat membebaskan manusia dari pemahaman yang picik, dangkal dan tidak jelas. Filsafat akan membebaskan manusia dari cara berpikir yang tidak teratur dan tidak jernih. Ringkasnya filsafat akan membebaskan manusia dari segala jenis “penjara” yang hendak mempersempit ruang gerak akal budi manusia, serta memberi keleluasaan pada manusia untuk berpikir.
Dengan ketiga pola pikir yang diuraikan di atas, tak jarang penalaran terungkap dalam setiap tanggapan. Namun tak semua memiliki makna luas dan baik dalam ungkapannya. Semua hal terjadi karena perbedaan dalam pola pikir yang dianut manusia dalam melihat sesuatu atau sosok yang ingin dikomentari. Tak sedikit pihak berharap semua dapat merubah pola piker mengikuti perkembangan jaman dan kebutuhan dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat.
ADVERTISEMENT
Dalam filsafat ilmu terdapat tiga cabang yang mendasarinya, yaitu ontologi, epistemologi dan aksiaologi. Ontologi mengungkapkan keberadaan sesuatu yang bersifat konkret, sedangkan epistemologi membicarakan mengenai cabang ilmu filsafat yang membahas mengenai pengetahuan. Dan terakhir aksiologi merupakan teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Jika ketiga cabang filsafat ilmudikaitkan dengan landasan pemikiran rasional, kritis dan obyektif, maka akan terlihat jelas bahwasanya suatu pengetahuan dilaksanakan dengan nyata jika manusia memiliki pola pikir maju, mencari kebenaran dan dapat mempertanggung jawabkan hasil yang diperoleh sebagai sebuah pembuktian konkret.
Dapat disimpulkan bahwasanya filsafat ilmu sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia. Sebagai landasan ataupun penempatan diri dalam hubungan yang terjalin dalam kehidupan dengan anggota masyarakat lainnya. Sedangkan Ismaun (2001:34) mengemukakan fungsi filsafat ilmu adalah untuk memberikan landasan filosofik dalam memahami berbagi konsep dan teori sesuatu disiplin ilmu dan membekali kemampuan untuk membangun teori ilmiah. Selanjutnya dikatakan bahwa filsafat ilmu tumbuh dalam dua fungsi, yaitu: sebagai confirmatory theories yaitu berupaya mendekripsikan relasi normatif antara hipotesis dengan evidensi dan theory of explanation yakni berupaya menjelaskan berbagai fenomena kecil ataupun besar secara sederhana. Ismaun (2001) memaparkan 4 substansi Filsafat Ilmu, yaitu fakta dan kenyataan; kebenaran; konfirmasi dan logika inferensi
ADVERTISEMENT
Dengan pemahaman yang diperoleh di atas, maka sebuah proses pencarian suatu kebenaran dapat dilakukan dengan tiga proses kembali, yaitu melalui agama, ilmu pengetahuan dan filsafat. Dalam prosesnya agama menjadi landasan dan menunjukkan akan sebuah kebenaran yang didasari oleh hati. Sedangkan ilmu pengetahuan sendiri memberi petunjuk untuk pembuktian secara nyata suatu kebenaran. Dalam prosesnya, ilmu pengetahuan menggunakan metode ilmiah sebagai pencarian bukti empiris untuk menguji hipotesis dan menarik kesimpulan. Keseluruhan proses tersebut didukung oleh filsafat sebagai pembuka pemikiran secara logika dalam proses mencapaiannya.
Metode ilmiah yang digunakan dalam ilmu pengetahuan haruslah didasari oleh bukti fisik yang diperoleh secara sistematis. Hal ini bertujuan agar teratur dan terarah dalam proses penemuan suatu kebenaran dan menjabarkannya. Selain itu, bertujuan agar tulisan mudah dipahami dan dimengerti pembaca dikemudian hari. Penerimaan yang baik oleh pembaca haruslah disikapi secara ilmiah. Adapun pemahaman sikap ilmiah adalah sikap yang menerima pendapat orang lain dengan baik dan benar tanpa mengenal putus asa serta penuh ketekunan dan keterbukaan. Hal ini diharapkan dapat menjadikan pencarian suatu kebenaran melalu proses metode yang baik, diulas dengan tepat sehingga mencapai hasil kebenaran yang sebenarnya.
ADVERTISEMENT
Dalam filsafat bahasa, terdapat lima metode, yaitu metode historis, metode sistematis, metode kritis, metode analisis abstrak dan metode intuitif. Kelima metode itu digunakan untuk penyelidikan beralasan ke alam, asal-usul, dan penggunaan bahasa. Dan hal-hal yang berkaitan dengan empat masalah utama sifat makna, penggunaan bahasa, kognisi bahasa, dan hubungan antara bahasa dan realitas. Dalam filsafat bahasa diharapkan dapat membantu berkomunikasi secara logis dan universal, sehingga memiliki pemahaman yang luas atas hal yang disampaikan dan terjadi.
Hal ini berkiatan dengan isu yang terjadi di saat ini.. Begitu banyak isu yang bertebaran dalam masa pandemi ini. Oleh karena itu, diharapkan bahasa yang digunakan dalam penyampaian tidak mengandung kontroversi atau hal negatif lainnya. Ketenangan dalam menghadapi masa pandemi ini sangat sulit terjadi. Semua karena tingkat permasalah yang berbeda, dan penerimaan pola pikir yang tidak sama sehingga gejolak akan semakin terlihat jika tidak berkenan.
ADVERTISEMENT
Masa pandemi yang berkepanjangan mengubah banyak hal dalam struktur kehidupan, terutama dalam Pendidikan Salah satunya adalah pembelajaran daring yang dilakukan di sekolah anak saya. Masa awal pandemi, sekolah menggunakan GCR (Google Classroom) sebagai ala pembelajaran daring. Didukung dengan melakukan zoom secara bergantian. Jujur hal ini sangat tidak kondusif karena guru hanya mengupload materi dengan minim penjelasan. Proses ini berlangsung dari maret-juni 2020. Namun di awal tahun ajaran baru, sekolah menyiapkan aplikasi sendiri yang disebut Elearning Mumtaza. Aplikasi ini mirip dengan plaforn UNP dan Unpam. Banyak fitur yang digunakan untuk memberikan materi, seperti PPT dna video. Hal ini juga didukung dengan Zoom atau Gmeet 2-3x selama sebulan untuk setiap mata pelajaran. Alhamdulillah hal ini cukup kondusif dan penerimaan anak lebih baik dibandingkan sebelumnya. Hal yang uraikan diatas dapat dikatakan adanya metode ilmiah dalam pemberian materi pada siswa. Dan sikap ilmiah sekolah dalam menerima masukan untuk menjadi lebih baik dalam pembelajaran daring ini. Sehingga sekolah menyiapkan aplikasi elearning untuk mempermudah interaksi.
ADVERTISEMENT
Selain itu, isu mengenai merdeka belajar cukup popular menggema dalam ilmu Pendidikan saat ini. Entah karena keadaan yang memungkinkan ataupun persiapan konsep 4.0. Apapun alasannya, selama itu dapat memajukan pembelajaran dan Pendidikan para siswa, maka haruslah didukung. Sebelum kata merdeka belajar menggema di masa ini, saya sudah mengalami proses merdeka belajar dalam mengajar. Hal ini terjadi di salah satu universitas di Jakarta. Para mahasiswa dibebaskan memilih dosen mata kuliah yang diinginkan. Hal ini membuat saya secara pribadi mengalami kelebihan jumlah mahasiswa. Sehingga kami harus belajar meggunakan ruang teater bagaikan pelaksanaan seminar. Kejadian ini berlangsung sekitar 3 tahun dan dihapuskan karena menimbulkan ketidak efektifan dalam proses pembelajarannya.
Selain itu para mahasiswa yang mengulang mata kuliah tertentu, dapat mengambil mata kuliah tersebut di prodi lain, dengan ketentuan masih dalam satu naungan fakultas. Hal ini ada di salah satu fakultas di Jakarta. Para mahasiswa berbeda program sudi dapat mengulang mata kuliah tertentu di program studi lainnya. Selain itu, juga ada pemilihan dosen untuk pelaksanaan semester pendek. Beberapa kali saya mengakar di semester pendek, khususnya mahasiswa atas yang mengulang. Hal demikian menurut saya, dapat dikatakan merdeka belajar walau belum sepenuhnya. Saya berharap merdeka belajar di pahami secara menyeluruh terlebih dahulu oleh semua pihak agar dalam pelaksanaan tidak terdapat ketimpangan, khususnya jumlah anak didik yang berlebihan atau ketidaksiapan pengajar.
ADVERTISEMENT
Uraian merdeka belajar merupakan isu yang berkaitan dengan filsafat Pendidikan. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan. Filsafat pendidikan berupaya untuk memikirkan permasalahan pendidikan. Selain itu, Filsafat pendidikan berusaha menjawab pertanyaan mengenai kebijakan pendidikan, sumber daya manusia, teori kurikulum dan pembelajaran serta aspek-aspek pendidikan yang lain. Masa pendemi yang masih berlangsung saat ini merupakan salah stau permasalahan yang terjadi di dunia Pendidikan. Dimana terjadi perubahan proses pembelajaran dan keterbatasan dalam penyampaian ilmu yang pastinya tida merata terjadi di Indonesia. Contohnya yang terjadi di lingkungan saya. Sekolah anak saya menyiapkan aplikasi dan zoom untuk mendukung setiap proses pembelajaran. Namun hal ini tidak terjadi di sekolah lain di sekitar rumah saya. Pembelajaran yang terjadi hanya mengandalak LKS atau buku paket. Guru memberi info tugas melalu WAG dan dikumpulkan dalam beberapa hari kemudian. Tanpa penjelasan untuk siswa memahami setiap materi atau tugas yang diberikan. Hal ini diharapkan diubah oleh pihak terkait demi pernyamaan dalam proses pembelajaran yang ada.
ADVERTISEMENT