Peran Teknologi Dalam Pembelajaran Virtual Di Masa Pademi Covid 19

RERIN MAULINDA
Dosen Sastra Indonesia Universitas Pamulang Dan Mahasiswa S3 Ilmu Keguruan Bahasa Universitas Padang
Konten dari Pengguna
3 November 2020 7:17 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari RERIN MAULINDA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pandemi global telah secara dramatis mengubah banyak aspek kehidupan pribadi dan profesional kita, termasuk pembelajaran dan pengembangan. Sementara transformasi dari pelatihan tatap muka tradisional ke alternatif virtual telah berlangsung selama beberapa dekade, itu telah menjadi overdrive hanya dalam sebulan terakhir berkat COVID-19. Ketika seluruh tenaga kerja berjuang untuk reskill, apakah mereka duduk di kantor yang sama atau melihat satu sama lain di layar komputer, tantangan di depan kita adalah untuk memberikan peluang pengembangan yang berdampak dan mudah untuk menyebarkan yang memungkinkan orang untuk belajar keterampilan baru untuk berhasil dalam normal baru.
ADVERTISEMENT
Seiring dengan pesatnya kemajuan di bidang teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang merambah ke berbagai bidang, pendidikanpun tidak terlepas dari pengaruh perkembangan TIK, hal ini ditandai dengan banyaknya pemanfaatan TIK dalam meningatkan kualitas belajar mengajar, bahkan dengan pesatnya TIK, interaksi seorang pendidik dan peserta didik dapat dilakukan dengan jarak jauh atau tidak langsung berhadapan. Kelebihan lainya adalah dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan siswa yang lebih banyak dan tidak mengenal batas tempat, sehingga proses pembelajaran dapat dilaksanakan secara bersamaan dimanapun dan kapanpun sesuai keinginan peserta didik dan pendidiknya.
Korn Ferry menawarkan pengalaman E-Learning dan Virtual Classroom terbaik di kelasnya yang memastikan bahwa pengembangan bakat dapat terus berlanjut sepenuhnya secara online, terlepas dari lokasi dan waktu geografis. Pembelajaran virtual merupakan pengalaman belajar yang ditingkatkan melalui pemanfaatan komputer dan/atau internet baik di luar maupun di dalam fasilitas organisasi pendidikan. Instruksi yang paling sering terjadi di lingkungan online. Kegiatan mengajar dilakukan secara online dimana guru dan peserta didik dipisahkan secara fisik (dari segi tempat, waktu, atau keduanya). Atau dengan arti lain suatu pembelajaran jarak jauh dilakukan di lingkungan pembelajaran virtual dengan konten studi elektronik yang dirancang untuk pengajaran dan bimbingan belajar online mandiri (asinkron) atau konferensi web langsung (sinkron).
ADVERTISEMENT
Dalam system pembelajaran melalui internet isi pembelajaran disampaikan secara online. Media pembelajaran berbasis TIK sangat erat kaitannya dengan kreativitas anak, dan anak yang mempunyai kreativitas tentunya anak yang perkembangannya baik dan mampu menyelesaikan permasalahan dengan baik pula dan mereka tidak ingin mempermasalahkan berlarut-larut dan secepatnya diselesaikan. Untuk system pembelajaran online ini, siswa melakukan diskusi, belajar, tamya jawab dan mengerjakan soal-soal latihan secara online. Semua proses pembelajaran dapat dilakukan tanpa menuntut siswa hadir di ruang kelas tertentu, tetapi mereka berinteraksi satu sama lain untuk mendiskusikan pelajaran seperti yang terjadi di kelas biasa.
Pembelajaran berdasarkan TIK akan berhasil apabila paradigma yang berorientasi pada guru diubah menjadi paradigma yang berorientasi pada siswa. Simonson, dkk. (2003: 241) mengemukakan bahwa dengan menerapkan TIK dalam pembelajaran guru yang semula berperan a sage on the stage menjadi a guide on the side. Dalam pembelajaran tatap muka, biasanya guru menyajikan semua materi pelajaran kepada siswa. Dengan menerapkan paradigma yang berpusat pada siswa, pembelajaran tidak lagi tergantung pada guru tetapi siswa memiliki tang­gung jawab terhadap proses belajarnya. Siswa belajar secara mandiri dengan memanfaatkan berbagai sumber belajar yang tersedia. Guru bukan lagi satu-satunya sumber informasi.
ADVERTISEMENT
Dalam pembelajaran yang menerapakn ICT, guru dituntut untuk berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa. Bahkan a Woerkshop on Competencies for Online Teaching di United Kingdom (Herrington & Oliver, 2006: 287-288) mengidentifikasi delapan peran guru dalam pembelajaran online, yaitu sebagai fasilitator proses belajar siswa (the process facilitator), pembimbing dan konselor (the advisor counselor), penilai (the assessor), peneliti (the researcher), fasilitator bagi penguasaan materi pembelajaran oleh siswa (the contentfacilitator), ahli teknologi (the technologist), perancang pembelajaran (the designer), dan administratormanager (the manager-administrator).
Dalam penerapan virtual learning, siswa dituntut untuk belajar mandiri. Untuk membantu siswa berhasil dalam belajar mandiri, lembaga penyelenggara pendidikan hendaknya menyediakan layanan siswa. Layanan tersebut disediakan untuk mendukung keberhasilan belajar siswa seperti penyediaan katalog, jadwal, registrasi, bantuan biaya, beasiswa, toko buku, pengumuman nilai, transkrip nilai, bim­bingan konseling, tutorial, laboratorium, perpustakaan, dan lain sebagainya. Layanan tersebut dapat dilakukan oleh unit internal dalam lembaga yang bersangkutan atau pihak luar. Memanfaatkan pihak luar, misalnya bekerja sama dengan to­ko buku online dalam penyediaan bahan belajar atau ahli teknisi dari lembaga lain untuk penanganan teknik online. Oleh karena itu, kerja sama merupakan kunci dalam keberhasilan pelaksanaan virtual learning.
ADVERTISEMENT
Keberhasilan dalam virtual learning sangat tergantung pada disiplin diri dan tanggung jawab siswa terhadap proses belajarnya. Untuk itu, siswa diharapkan memiliki keterampilan kognitif tinggi seperti negosiasi makna, belajar sepanjang hayat, analisis refleksi, dan meta kognisi. Di samping itu, siswa juga dituntut untuk memiliki keterampilan dasar dalam virtual learning, seperti penggunaan teknologi komputer (computer-mediated technology), keterampilan sosial online, etika online, navigasi web, dan penelusuran web (McPherson & Nunes, 2004: 83). Me­nurut Nunes et al. (McPherson & Nunes, 2004: 83) keterampilan tersebut dinamakan networked information and communication literacy skills (NICLS).
Adapaun contoh pembelajaran virtual yang dilaksanakan sekolah anak saya melalui media elearning. Pembelajaran virtual ini didukung dengan penggunaan Zoom, Google Meet dan video sebagai bahan tambahan pada proses pembelajaran. Tugas yang diberikaN pun beragam. Dimulai dari mengerjakan kuis hingga tugas mengetik di word lalu upload di palform elearning mata pelajaran masing-masing. Dengan kegiatan virtual ini, haruslah ada kerjasama antara guru, siswa dan orang tua agar terlaksana pembelajaran virtual dengan baik tanpa menutup segala kekurangan yang ada.
ADVERTISEMENT