Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Women Empowerment: Membuka Pintu bagi Mimpi Semua Perempuan
Sebuah konferensi internasional tahunan dengan fokus pada pemberdayaan perempuan. Konferensi ini ditujukan untuk menjadi wadah bagi perempuan di seluruh wilayah Asia-Pasifik, untuk bertemu, berhubungan, belajar, mendukung satu sama lain, memfokuskan kembali, dan menemukan kembali jati diri untuk menuju sebuah hidup yang penuh tujuan.
28 November 2018 14:22 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:18 WIB
Tulisan dari Resonation 2018 tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Women empowerment – sebuah istilah yang kerap didengar beberapa tahun belakangan ini. Namun istilah yang secara harafiah diartikan ke Bahasa Indonesia sebagai ‘pemberdayaan perempuan’ ini memiliki makna berbeda di mata banyak pihak.
ADVERTISEMENT
Saya sebagai salah satu pendiri Resonation, sebuah konferensi pemberdayaan perempuan terbesar di Indonesia, berpendapat pemberdayaan perempuan diartikan sebagai kegigihan dalam mewujudkan aspirasi, mimpi, ataupun cita-cita.
Hal tersebut bisa dimulai dari berhenti menyalahkan diri sendiri dan lingkungan, membuat alasan-alasan, dan menciptakan keraguan yang hanya akan menghalangi dan membatasi diri kita sendiri. Menghilangkan hambatan, terlebih dari diri sendiri, memang tidak mudah. Saya sendiri mengalaminya di sepanjang perjalanan hidup saya.
Berawal dari Dunia Media
Menurut orang tua saya, sejak kecil saya menunjukkan jiwa dagang yang sangat kuat. Tidak pernah terlintas dalam pikiran untuk membuat bisnis atau usaha. Bahkan GoGirl sendiri berawal hanya dari sebuah tugas sekolah adik saya, Nita. Ketika itu Nita mempunyai tugas untuk membuat majalah untuk mata kuliahnya selaku mahasiswi desain.
ADVERTISEMENT
Saat itu saya sebagai lulusan marketing semangat sampai akhirnya memutuskan untuk membuat business plan majalah ini. Proyek ini sempat terlupakan sampai ayah saya menemukannya dan menyarankan untuk meneruskan majalah ini.
Saya memiliki pengalaman tidak mengenakkan ketika pertama kali meminta pinjaman modal ke bank untuk memulai bisnis GoGirl. Saat itu, proposal saya dilempar karena dianggap sangat tidak layak untuk dipresentasikan.
Meski ada rasa malu, marah, dan sedih, tapi saya bangkit terus belajar dan mencoba. Jatuh bangun menjadi suatu hal yang biasa untuk saya.
Akhirnya saya mendapatkan modal yang kami butuhkan dan GoGirl berhasil meluncurkan edisi pertamanya tahun 2004. Ketika itu banyak majalah perempuan fokus kepada topik seperti zodiak dan cowok. Padahal yang perempuan bicarakan tidak hanya dua topik itu.
ADVERTISEMENT
Untuk itu, konten GoGirl diperkaya pembahasan isu-isu penting seperti lingkungan, pernikahan dini, bahkan politik. Sejujurnya, hal ini kami lakukan karena sebagai perempuan saya dan adik-adik haus akan media khusus perempuan yang juga membicarakan topik-topik seperti ini.
Setelah selama 14 tahun terbit dan menjadi teman perempuan-perempuan Indonesia, GoGirl akhirnya harus mengeluarkan edisi cetak terakhir pada bulan Agustus lalu. Tapi, bukan berarti dukungan saya kepada perempuan Indonesia berhenti sampai di situ.
Menjadi salah satu co-founder Gogirl, saya sering menerima ‘curhatan’ dari perempuan Indonesia tentang beragam hal. Tapi yang paling banyak adalah soal mimpi mereka dan kebimbangan mereka untuk memulainya. Inilah yang menjadi latar belakang mengapa saya membuat Resonation.
ADVERTISEMENT
Melalui Resonation, saya membuka akses bagi perempuan-perempuan Indonesia untuk mendapat informasi baru, belajar, dan mendapatkan inspirasi dengan bertemu pemimpin-pemimpin perempuan. Peserta juga berkesempatan untuk belajar dari 100 mentor yang pastinya memiliki pengalaman berharga.
Semua dilakukan untuk mendorong pemberdayaan perempuan Indonesia.
Pemberdayaan Perempuan dan Feminisme
Pemberdayaan perempuan kerap dikaitkan dengan feminisme. Feminsime mendorong hak perempuan untuk memilih jalan hidupnya sendiri. Bukan untuk menjalani hidup yang sudah diatur oleh orang tua maupun pasangan, tapi menjalani hidup yang didesain oleh perempuan itu sendiri.
Jika seorang perempuan ingin menjadi ibu rumah tangga, asalkan itu pilihannya, biarkan dia memilih. Jika seorang perempuan tidak ingin menikah, biarkan dia memilih. Jika seorang perempuan tidak ingin mempunyai anak, biarkan dia memilih karena itu adalah haknya.
ADVERTISEMENT
Indonesia boleh bangga bahwa dibandingkan beberapa negara lain, kesetaraan gender sudah cukup baik di negara ini. Indonesia pernah memiliki presiden perempuan di saat masih ada negara-negara besar belum merasakan hal yang sama.
Saat ini, delapan orang perempuan Indonesia bisa menjabat sebagai menteri. Dibandingkan negara lain, Indonesia juga menjunjung perempuan terutama ibu. Mungkin karena ada pepatah ‘surga berada di bawah telapak kaki ibu’.
Namun perlu diingat bahwa, feminisme bukan hanya sekedar berjuang untuk hak perempuan. Feminisme bukanlah sebuah gerakan men-hating. Sebagai seorang feminis, saya memperjuangkan human rights. Ini berarti memperjuangkan juga hak laki-laki yang dapat mendukung perempuan.
ADVERTISEMENT
Contohnya, seorang ibu yang baru saja melahirkan tentu membutuhkan dukungan suami. Namun, suami juga harus didukung dengan support system atau enabling ecosystem yang memungkinkan mereka untuk melakukan hal tersebut.
Bagaimana caranya suami bisa mendukung istri yang baru saja melahirkan jika ia tidak didukung perusahaan dan diberikan hak untuk mengambil parental leave?
Hal ini menggambarkan masih adanya bias bahwa rumah tangga dan anak-anak adalah urusan istri, bukan urusan suami-istri. Ini salah satu hal yang saya yakin harus diperjuangkan.
Di Balik Resonation, Sebuah Konferensi Pemberdayaan Perempuan Internasional
Sebagai bentuk nyata dalam mendukung pemberdayaan perempuan, Resonation akan kembali digelar pada 1 Desember 2018. Di tahun kedua, Resonation 2018 memberikan akses kepada perempuan-perempuan untuk menjalin hubungan dan berjejaringan, belajar, mendukung satu sama lain, memfokuskan kembali, dan menemukan kembali jati diri.
ADVERTISEMENT
Kesempatan ini bisa menjadi bagian dari perjalanan hidup seseorang menuju penerimaan diri atau self-acceptance.
Dalam acara Resonation, kita akan diingatkan kembali bahwa kita tidak sendiri. Banyak ‘pintu’ yang dapat kita ‘ketok’ untuk membantu kita merealisasikan apapun yang kita inginkan. Bersama dengan ribuan perempuan hebat lainnya, kita akan kembali diingatkan untuk tidak menyerah dan mulai melakukan langkah-langkah untuk mewujudkan mimpi mereka.
Jika pintu yang kita ketok tidak kunjung terbuka, let’s build our own door.
Saya memiliki kesempatan dan akses kepada banyak perempuan sekaligus pemimpin hebat yang bisa berbagi pengalaman dan wawasan mereka. Beberapa narasumber yang akan berbicara dalam Resonation 2018 adalah Jenny Jusuf; Gretta van Riel, seorang entrepreneur asal Australia yang pernah masuk dalam daftar Forbes 30 under 30; Eka Sari Lorena; Stefania Kurniadi; Grace Natalie; Maya Hasan; dan Idil Ahmed, penulis buku Manifest Now.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Resonation juga menyediakan sesi refleksi yang akan dipimpin oleh sedikitnya 100 Indonesian Women Leaders, di mana peserta bisa berbagi kekhawatiran, mimpi, harapan, dan mendengarkan hal serupa dari peserta lain. Kita tahu bahwa banyak perempuan Indonesia hebat di luar sana.
Namun, ketika 100 pemimpin perempuan berkumpul bersama ribuan perempuan hebat lain yang mau berdaya dan membuat perubahan dalam diri mereka masing-masing, ada energi yang berbeda yang akan membuat kita merasa empowered.
Buat yang mau tahu, di mana sih Resonation akan diselenggarakan? Resonation akan diselenggarakan pada Sabtu (1/12), pukul 08.30 WIB-18.15 WIB dan berlokasi di The Kasablanka, Mall Kota Kasablanka Lantai 3. Untuk informasi pembelian tiket bisa dilihat di bit.ly/Halosis-Resonation.
ADVERTISEMENT
Be that one drop that triggers ripple in the water, that’s women empowerment.