Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Makna Merah Putih Menurut Bung Karno
8 Juni 2017 23:07 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
Tulisan dari respati wasesa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Apa sesungguhnya makna di balik dua warna bendera Indonesia, benarkah artinya sekadar berani dan suci? Darah dan tulang?
ADVERTISEMENT
Atau ini: bendera Merah Putih itu hasil dari kebetulan saja. Kebetulan karena Belanda, yang menjajah Indonesia, memiliki bendera merah, putih dan biru. Kalau birunya disobek, jadilah Merah Putih. Setidaknya, begitulah, sekolah menceritakan makna tersebut secara terus-menerus sehingga kita begitu menyakininya.
Bagi Bung Karno, orang yang membacakan deklarasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, Merah Putih tidak sesederhana itu. Ia bahkan berwasiat agar Merah Putih menjadi warna bendera Indonesia selamanya.
"Aku minta kepadamu sekalian, janganlah memperdebatkan Sang Merah Putih ini. Jangan ada satu pihak yang mengusulkan warna lain sebagai bendera Republik Indonesia," kata Bung Karno dalam pidatonya di hadapan rakyat Surabaya, pada 24 September 1955. Judul pidatonya 'Apa Sebab Revolusi Kita Berdasar Pancasila'.
ADVERTISEMENT
Menurut Bung, Merah Putih bukanlah buatan Republik Indonesia. Bukan pula buatan tokoh-tokoh di zaman pergerakan nasional. Bukan buatannya Bung Karno, bukan buatannya Bung Hatta. Enam ribu tahun sebelum Indonesia Merdeka manusia yang hidup di tanah air Nusantara sudah memberi makna pada Merah Putih
"Bukan seribu tahun. Bukan dua ribu tahun. Bukan tiga ribu tahun, bukan empat ribu tahun, bukan lima ribu tahun! Enam ribu tahun kita telah mengenal warna Merah Putih!"
Bangsa Indonesia sudah mengagungkan Merah Putih jauh sebelum agama-agama masuk, seperti Hindu, Budha, Kristen, dan Islam. Pada saat itu, kita belum menyembah Tuhan dengan tata cara sekarang sesuai tuntunan agama masing-masing. Yang disembah adalah matahari dan bulan. Kita meyakini bahwa yang memberi hidup adalah matahari dan bulan.
ADVERTISEMENT
Merah Putih memiliki makna spiritual. Matahari berwarna merah, bulan berwarna putih. Dalam ajaran Hindu, Merah Putih atau Matahari Bulan adalah perwujudan dari Sang Hyang Surya Candra: dewata yang mengatur siang dan malam. Surya Candra berasal dari bahasa Sansekerta. Surya artinya matahari, candra artinya bulan.
Peradaban manusia yang semakin berkembang membuat kita lebih teliti mengamati alam. Kita menjadi tahu bagaimana alam bekerja dan dengan siapa kita hidup di bumi ini. Diamatilah semua mahkluk yang bernyawa dan bergerak. Tidak hanya manusia yang bernyawa, hewan dan tumbuhan pun bernyawa. Di dalam fase ini, merah dan putih mengandung makna yang mendalam.
Dari matahari dan bulan, kita mulai menemukan makna getih dan getah. Getih, dalam bahasa Jawa, artinya darah manusia maupun hewan: warnanya merah. Sedangkan getah adalah 'darahnya' tumbuhan: warnanya putih.
ADVERTISEMENT
“Manusia dan binatang itu darahnya merah. Tumbuh-tumbuhan darahnya putih. Getih Getah. Coba dengarkan hampir sama dua perkataan ini: Getih Getah. Cuma diganti dengan 'a'. Dulu kita mengagungkan Matahari dan Bulan. Kemudian kita mengagungkan Getih Getah. Merah Putih. Saudara-saudara, itu adalah fase kedua."
Fase ketiga, Merah Putih memiliki makna yang sangat intim dalam kehidupan kita: darah gadis dan sperma laki-laki. Merah Putih adalah sebab kelahiran manusia. Perempuan adalah Merah, laki-laki adalah Putih.
Masyarakat Nusantara juga mengenal tradisi selamatan dengan bubur Merah Putih, atau bubur putih yang ditaburi dengan gula merah di atasnya. Dengan membagikan bubur Merah Putih kepada orang lain, kita berdoa kepada Tuhan agar senantiasa diberikan keselamatan di dunia.
ADVERTISEMENT
Dari makna filosofi itu, menurut Bung Karno, Merah Putih pun akhirnya masuk dalam gelanggang politik. Kerajaan-kerajaan di Nusantara dari mulai Kediri, Singosari, Majapahit sampai Mataram menggunakan Merah Putih sebagai panji-panji. Bahkan ada istilah pasukan 'gula kelapa', atau pasukan Merah Putih.
"Dan tatkala kita mengadakan Pergerakan Nasional sejak tahun 1908, dengan lahirnya Budi Utomo dan diikuti oleh Serikat Islam, oleh NIP (National lndische Party), oleh ISDP, oleh PKI, oleh Sarikat Rakyat, oleh PPPK, oleh PBI, oleh Parindra, dan lain-lain, maka rakyat Indonesia tetap mencintai Merah Putih sebagai warna benderanya."
Setelah perjalanan panjang selama ribuan tahun lamanya, Merah Putih akhirnya melahirkan sebuah bangsa bernama Indonesia.
Berkibarnya bendera Merah Putih di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta adalah tanda merdekanya Indonesia. Bendera pusaka itu dijahit seorang perempuan yang sedang hamil, Ibu Fatmawati, istri Bung Karno.
ADVERTISEMENT
"Tatkala kita pada tanggal 17 Agustus 1945 memproklamirkan kemerdekaan itu dengan resmi kita menyatakan Sang Merah Putih adalah bendera kemerdekaan kita. Saya memohon kepada Allah agar Merah Putih tetap menjadi warna Bendera Negara Republik Indonesia."