Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Perempuan adalah Penemu Ilmu Pertanian
21 April 2017 8:18 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
Tulisan dari respati wasesa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
"Buat jasa ini saja kemanusiaan pantas mendirikan patung terima kasih bagi perempuan!" kata Sukarno.
ADVERTISEMENT
Dalam buku Sarinah (1947), presiden pertama Indonesia itu menceritakan sangat apik bagaimana awal mula manusia purbakala bertahan hidup. Dan perempuan, katanya, adalah penemu ilmu pertanian yang pertama kali. Perempuan jugalah yang mengenalkan konsep rumah atau permukiman.
Syahdan, ribuan tahun yang lalu, manusia hidup di rimba-rimba dan gua-gua. Mereka tidak punya rumah karena selalu berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain untuk bertahan hidup. Keseharian mereka adalah memburu: mencari ikan atau menangkap hewan. Jika ikan dan hewan sudah susah didapat, mereka akan mencari tempat lain.
"Mereka adalah hidup secara nomade, yang selalu berpindah kian kemari, jadi yang tak perlu mempunyai rumah. Hutan dan gua, itulah rumah mereka," kata Sukarno, di buku yang membahas tuntas soal perempuan ini.
ADVERTISEMENT
Pada fase tersebut, mereka belum bermasyarakat secara luas seperti sekarang kita hidup. Mereka hidup dalam kelompok kecil saja yang dinamakan horde. Tidak ada ikatan apa-apa, selain bekerja sama untuk saling melindungi. Tidak ada pula moral yang kompleks. Moral mereka adalah sekadar moral mencari makan.
Apakah mereka sudah mengenal pernikahan atau perlaki-istrian? Sudah. Mereka tidak asal kawin atau memuaskan hasrat biologis kepada lawan jenis secara serampangan. Mereka memiliki ketertarikan satu sama lain. Hanya saja, jelas Sukarno mengutip pendapat para peneliti, mereka berpasang-pasangan untuk sementara.
Hubungan sementara itu malah membuat beban perempuan tidak lebih ringan. Laki-laki tidak menanggung akibat sedikit pun atas hubungan itu. Sebaliknya, perempuanlah yang menanggung hamilnya, perempuanlah yang menanggung pengasuhan anak dan segala konsekuensinya.
ADVERTISEMENT
Sejak itu, kata Sukarno, perempuan sebenarnya sudah mulai ditaklukkan. Pembagian pekerjaan, mana yang untuk lelaki dan mana yang untuk perempuan, adalah sebabnya. Perempuan yang hamil atau membawa anak kecil dianggap tidak bisa lincah untuk berburu. Begitu pun bagi yang sudah kakek-nenek.
Menurut para ahli, mereka tidak sekadar hidup dari memakan daging dan ikan saja, melainkan dari tumbuh-tumbuhan. Di sinilah, perempuan punya peran yang sangat besar. Di saat yang laki-laki pergi berburu, perempuan mencari umbi-umbian dan daun-daunan, buah-buahan, atau tanaman apa saja yang bisa dimakan.
"Orang di kelompok itu, tidak hanya makan daging dan ikan saja, tetapi niscaya makan juga tumbuh-tumbuhan liar. Manusia bukan pemakan daging saja sebagai harimau dan serigala, manusia bukan carnivor. Manusia adalah perlu juga kepada tumbuh-tumbuhan, kepada daun-daunan, kepada buah-buahan, kepada akar-akaran. Dia adalah omnivor."
ADVERTISEMENT
Lambat laun, perempuan mulai berpikir untuk bercocok tanam di sekitar tempat tinggalnya. Di sinilah ilmu pertanian dimulai. Sukarno bahkan meyakini ilmu pertanian lebih ada sejak dulu daripada ilmu peternakan. Ilmu peternakan baru dimulai ketika hewan buruan manusia tidak langsung dimakan, tetapi dibiarkan hidup.
"Perempuan berjasa besar kepada kemanusiaan sebagai makhluk yang pertama-tama mendapatkan ilmu bercocok tanam, yang sampai sekarang menjadi tiang penghidupan manusia di muka bumi. Dan bukan saja yang mendapatkan rahasia pertanian! Ia juga pekerja pertanian yang pertama. Ia juga adalah petani yang pertama."
Di samping bercocok tanam, perempuan mulai mendirikan rumah untuk melindungi diri dan anak-anaknya dari panas matahari, hujan, dingin atau angin yang kencang. Perempuan mulai mempercantik rumahnya, membuat perkakas rumah tangga seperti tikar atau keranjang, membuat periuk dengan tanah liat. Singkat kata, kata Sukarno, perempuan adalah induk kultur.
ADVERTISEMENT
"Dia, kaum perempuan, dialah yang mula-mula induknya kultur. Dialah pembangun kultur yang pertama, dia dan bukan laki-laki. Dialah menurut Kautsky pembangun peradaban manusia yang pertama."
Sejak saat itu, cara hidup manusia mulai berubah. Hasil perburuan dan pencarian ikan tak selamanya tetap. Kadang-kadang dapat, kadang-kadang tidak. Tetapi pertanian selalu bisa diandalkan hasilnya. Maka, pertanian mulai mendapat perhatian yang besar. Sebaliknya, perburuan semakin diabaikan dan digantikan peternakan.
"Maka di sini pertanian itu disampingi oleh peternakan. Tapi kecuali di negeri-negeri yang memang negeri rumput, tak mampu peternakan itu mengalahkan pertanian. Pertanian tetap sumber hidup yang paling penting."
Saking pentingnya pertanian dalam kehidupan, ilmunya pun semakin berkembang---di samping peternakan. Manusia akhirnya mengenal alat-alat pertanian. Rumah menjadi sangat penting bagi sebuah keluarga, karena mereka tidak lagi hidup berpindah-pindah. Mereka menetap.
ADVERTISEMENT
"Maka makin tambah pentingnya arti pertanian di dalam kehidupan dan penghidupan manusia itu, makin naiklah derajat perempuan. Sebab dialah yang kini menjadi produsen yang terpenting di dalam masyarakat, dari padanyalah tergantung selamat atau tidak selamatnya masyarakat."