Konten dari Pengguna

Gen Z dan Evolusi yang Perlu Perusahaan Lakukan

resti lintang
mahasiswi manajemen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, saat ini sedang fokus pada sistem informasi & operasional
7 November 2024 13:11 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari resti lintang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
(Ilustrasi: hak cipta milik sendiri)
zoom-in-whitePerbesar
(Ilustrasi: hak cipta milik sendiri)

Berkaca pada perilaku gen Z yang lebih menyukai konsep game Open World, kita dapat melihat bagaimana perilaku mereka kedepannya terutama dalam lingkungan bekerja.

ADVERTISEMENT
Ambil saja contoh dari salah satu permainan yang diminati Gen Z yaitu Roblox dimana pemain dapat dengan bebas memilih bahkan membuat dunia serta otoritasnya sendiri di game tersebut. Dengan konsep tersebut, Roblox berhasil menjadi game virtual terpopuler selama bertahun-tahun.
ADVERTISEMENT
Roblox adalah tentang self-authorship, berbeda dengan cara kerja permainan arkade contohnya seperti Tetris yang hanya menyusun balok-balok yang sudah disediakan dimana Anda tidak bisa menciptakan aturan dan batasan; aturan dan batasan tersebut sudah melekat dalam sistem yang linier dan top-down. Gaya bermain Tetris ini dapat menggambarkan beberapa budaya bekerja beberapa perusahaan.
Berdasarkan World Economic Forum, dua pertiga dari gen Z memilih untuk bekerja di startup, sebagian memilih bekerja di tempat yang sesuai dengan nilai-nilai mereka. Sekitar setengahnya mengatakan bahwa mereka akan berhenti bekerja jika hal itu mengganggu keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.
Untuk menarik tenaga pekerja kedepannya, seorang pemimpin perlu memperhatikan beberapa elemen:
Istilah 'intrapreneur' diciptakan oleh pendiri Sustainable Business School, Gifford Pinchot III, pada tahun 1978, di mana ia mendeskripsikannya sebagai "para pemimpi yang melakukan". Gifford mengatakan bahwa intrapreneur adalah karyawan yang berkontribusi pada inovasi perusahaan seperti yang dilakukan para wirausahawan untuk perusahaan rintisan mereka.
ADVERTISEMENT
Contohnya program Kaizen (perbaikan berkelanjutan) yang dilakukan oleh Nasmoco. Karyawan didorong untuk selalu mencari cara meningkatkan proses dan produk, sehingga menghasilkan banyak inovasi yang akan mempermudah operasional pekerjaan.
Fleksibel bukan hanya tentang ruang dan waktu, namun juga tentang bentuk tanggung jawab yang diberikan. Tiap individu menghargai setiap tantangan untuk mengembangkan diri mereka sendiri.
Mereka mungkin dapat memilih apakah akan melakukan suatu pekerjaan secara berkelompok ataupun individu.
Sebagai penerus bumi, gen Z memandang setiap organisasi dari kepedulian mereka terhadap isu seperti lingkungan dan politik, mereka akan memilih organisasi yang senilai dengan empati mereka.
Pelatihan yang disediakan oleh perusahaan dapat meningkatkan retensi karyawan. Individu yang merasa mendapatkan nilai lebih di suatu organisasi akan sangat menghargai organisasi tersebut. Namun untuk para pemimpin, buatlah program ini dengan cara lebih kreatif dan tidak monoton.
ADVERTISEMENT
Keterlibatan karyawan memiliki pengaruh 3,8 kali lebih besar terhadap stres karyawan dibandingkan dengan lokasi kerja. Dengan kata lain, apa yang dialami karyawan dalam pekerjaan mereka sehari-hari -perasaan keterlibatan dan antusiasme mereka- lebih penting dalam mengurangi stres dibandingkan dengan tempat mereka bekerja. Tidak ada lokasi yang dapat memperbaiki manajemen yang buruk
Ketika para pemimpin perusahaan berusaha untuk merekrut talenta terbaik, sangat penting bagi mereka yang ingin merekrut Gen Z untuk tidak lupa bahwa generasi ini tidak seperti generasi sebelumnya. Perusahaan game telah memahami perilaku para Gen Z yang lebih senang akan kebebasan dalam memilih. Namun tidak berlaku bagi beberapa perusahaan.