Cerita Komisioner KPAI Pasca-Aparat Membubarkan Demo Mahasiswa

Retno Listyarti
Anggota Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)
Konten dari Pengguna
18 Oktober 2019 16:49 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Retno Listyarti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pengawasan di Pejompongan dan Benhil Foto: Dok. Retno Listyarti
zoom-in-whitePerbesar
Pengawasan di Pejompongan dan Benhil Foto: Dok. Retno Listyarti
ADVERTISEMENT
Pada Senin malam (30/9) Komisioner KPAI, saya mendapatkan laporan melalui aplikasi WhatsApp, bahwa di belakang gedung DPR RI, Palmerah dan Slipi kondisi aksi rusuh. Diduga kuat bahwa ada demonstran pelajar juga yang terlibat dalam aksi saling serang dengan aparat.
ADVERTISEMENT
Aparat kepolisian berusaha membubarkan massa aksi karena sudah pukul 18.00 WIB, sudah melampaui waktu aksi. Diinformasikan juga oleh dua pengadu bahwa banyak korban anak dan belum ada ambulans maupun tenaga medis di sekitar lokasi rusuh tersebut. Korban untuk sementara ditempatkan di masjid wilayah Palmerah.
Saat menerima pengaduan masyarakat tersebut, posisi saya masih di kantor KPAI. Saya mencoba menelepon 112 dan 119, meskipun sulit karena seperti sibuk. Namun akhirnya terhubung juga dan mendapat penjelasan bahwa ambulans Pemprov DKI Jakarta sudah berada di sekitar lokasi aksi.
Pengawasan di Pejompongan dan Benhil Foto: Dok. Retno Listyarti
Usai salat magrib saya memutuskan ke Pejompongan. Lokasi di mana para demonstran yang terpukul mundur berada di sekitar Pejompongan dan Benhil. Saya juga akan ke Rumah sakit AL Mintoharjo, tempat korban paling banyak dibawa oleh ambulans karena posisi terdekat kosentrasi massa aksi.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, sejak Senin pagi (30/9) saya sudah mendapatkan sejumlah laporan dari masyarakat melalui WhatsApp bahwa ada undangan aksi demo melalui media sosial yang melibatkan pelajar. Bahkan juga beredar 119 sekolah yang siswanya diduga kuat ada yang akan ikut aksi demo. Atas info tersebut, KPAI melakukan pengawasan langsung ke beberapa stasiun di Jakarta yang menjadi titik turun para pelajar tersebut.
Menyusuri Pejompongan dan Bendungan Hilir
Usai salat magrib, dengan menggunakan mobil plat merah, saya menyusuri jalan menuju Pejompongan. Setibanya di lampu merah dekat TPU Karet, saya menyaksikan massa pelajar menaiki kendaraan bak terbuka yang lewat. Ada sekitar 2 kendaraan bak terbuka ukuran kecil disesaki oleh massa aksi yang ingin pulang ke rumah. Dari pengamatan saya, mayoritas adalah pelajar, karena beberapa anak mengenakan celana panjang putih dan abu-abu namun menggunakan jaket.
Pengawasan di Pejompongan dan Benhil. Foto: Dok. Retno Listyarti
Begitu mobil melewat TPU Karet, maka sepanjang kiri kanan jalan tampak massa aksi berjalan kaki dan ada yang berkumpul secara terpisah. KPAI juga menyaksikan deretan kendaraan roda dua milik massa aksi di parkir di beberapa lokasi di sepanjang jalan. Saat akan berbelok ke arah Bendungan Hilir, mobil mulai sulit lewat karena jalan raya di penuhi oleh massa aksi.
ADVERTISEMENT
Dari pengamatan langsung, saya melihat peserta aksi didominasi oleh mahasiswa. Hal tersebut terlihat dari jaket-jaket almamater yang mereka kenakan. Beragam warna jaket. Mobil harus jalan perlahan karena kiri kanan jalan digunakan berjalan kaki dan memarkir motor para peserta aksi. Selain itu, kami juga harus mendahulukan ambulans yang mulai hilir mudik disertai bunyi sirene, ambulans tersebut menuju RS AL Mintoharjo.
Di trotoar jalan tampak sekelompok kecil massa membantu rekan-rekannya yang terluka sambil menunggu ambulans. Beberapa bahkan nekat membonceng korban ke RS dengan menggunakan kendaraan roda dua agar rekannya segera mendapat pertolongan. Massa saat itu tampak terkendali, bahkan beberapa mahasiswa membantu mengatur jalan agar lalu lintas dapat dilalui kendaraan umum maupun ambulans.
ADVERTISEMENT
Saat tiba di daerah Bendungan Hilir, searah jalan yang menuju RS Mintoharjo, saya bertemu dengan sekitar 50 anak pelajar yang kelihatan kebingungan. Ketika kami bertanya mereka mau ke mana, anak-anak tersebut menjawab ingin ke stasiun kereta api terdekat. Alasannya karena mereka ingin pulang ke rumahnya di Bogor dan Sukabumi (Jawa Barat). Anak-anak tampak terlihat lelah. Setelah diberi petunjuk lokasi stasiun terdekat yang aman bagi mereka, anak-anak tersebut melanjutkan perjalanan. Saya kemudian melanjutkan perjalanan ke RS Mintoharjo.
Bertemu Korban Terluka di RS AL Mintoharjo
Setiba di halaman RS, KPAI mencoba mengontak Direktur RS AL Mintoharjo, Bapak Wiweka, karena sebelum berangkat kami sudah saling berkomunikasi. Sambil menunggu bertemu Direktur RS AL tersebut, KPAI menemui beberapa massa aksi demo yang sudah mendapat pertolongan medis karena gas air mata. Ada mahasiswa dan pelajar yang saat itu sedang memulihkan diri usai terkena gas air mata. “Bahkan saat saya mengobrol dengan mereka, saya ikut merasakan panas pada mata, rupanya radiasi dari tubuh korban mengenai saya juga, karena posisi kami yang berdekatan.
ADVERTISEMENT
Saat berada di RS Mintoharjo, KPAI mencoba mencatat kedatangan ambulans, diperoleh data sebagi berikut: Ambulans pertama yang KPAI catat setelah KPAI tiba di RS yaitu pukul 20.13 WIB, selanjutnya datang ambulans dengan selisih waktu antara 4 sampai 10 menit. Saat pukul 21.17 WIB, KPAI mencatat masuk 12 ambulance, 1 mobil avanza dan 1 kendaraan roda dua yang mengantar korban pelajar dan mahasiswa ke RS Mintoharjo.
Saat bertemu dengan Direktur RS,KPAI mendapatkan penjelasan bahwa para korban baru tiba di RS AL setelah pukul 18.00 WIB. Hingga pukul 20.48 WIB saat KPAI meminta keterangan, pihak RS menyatakan sudah masuk 87 pasien korban aksi. Korban terdiri dari pelajar dan mahasiswa. Pasien termuda adalah anak usia 15 tahun yang terkena gas air mata. Korban rata-rata luka ringan dan sedang. Yang agak berat adalah yang mengalami trauma pada mata akibat gas air mata, terus keluar air di matanya; juga ada pasien dengan luka benturan pada kepala yang mulai membengkak.
ADVERTISEMENT
Saya meninggalkan RS sekitar pukul 22.30 WIB dan sebelumnya sempat ngobrol dengan beberapa tenaga medis yang ambulansnya terparkir di RS AL Mintoharjo. Mereka sedang berkonsolidasi untuk menuju Palmerah, jembatan Slipi dan Permata Hijau, karena sebelumnya mereka tidak tahu posisi korban di mana saja. Karena KPAI juga mendapatkan laporan posisi korban di salah satu masjid di wilayah Palmerah, maka kami menginfokan hal tersebut. Tiga ambulans tersebut kemudian bergerak meninggalkan RS AL menuju lokasi korban.
Jakarta, 1 Oktober 2019
*Penulis adalah Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)