Konten dari Pengguna

Memikirkan Kesehatan Mental dalam Pekerjaan Itu Bukan Berarti Bermental Tempe

Retno Tri Maharani
Mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
11 April 2023 13:30 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Retno Tri Maharani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi perempuan stres di tempat kerja. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perempuan stres di tempat kerja. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Beberapa pekan yang lalu, sebuah video dari pengusaha dan investor muda yang menyinggung kesehatan mental anak muda dan pekerjaan viral di medsos. Video itu berjudul “Kerja Lebih Keras dari Siapapun” dengan statement yang terkait anak muda yang memikirkan kesehatan mental dan kebahagiaannya dalam pekerjaan itu adalah mental tempe.
ADVERTISEMENT
Anak muda itu dikit-dikit nyarinya kebahagiaan. 'Oh, mental health gue di pekerjaannya gimana ya?'. Banyak orang dengan pemikiran sama ini, banyak orang yang mental tempe, mental gembel ini,” demikian statement yang dia buat.
Terdapat survei yang dilakukan terhadap lebih dari 14.000 karyawan di seluruh dunia dari Maret sampai April 2021 yang dilakukan oleh Mercer Marsh Benefit (MMB) terdapat satu dari dua karyawan merasa stres setiap harinya.
Hal ini tidak hanya mempengaruhi karyawan atau pekerja itu sendiri tetapi juga mempengaruhi performa dari perusahaan. Survei lain menunjukkan bahwa sebanyak 68 persen pekerja Indonesia memilih mengorbankan gaji/promosi untuk kesehatan mental yang lebih baik.
Dari survei Populix per tahun 2022 mengungkapkan bahwa sebanyak 52 persen dari populasi Indonesia mengalami gejala gangguan kesehatan mental dan faktor utama yang menyebabkan terjadinya gejala adalah masalah finansial (59 persen), kesepian(46 persen), tekanan pekerjaan (37 persen). Dari hasil survei yang ada tekanan pekerjaan menjadi salah satu faktor yang menyebabkan munculnya gangguan kesehatan mental.
ADVERTISEMENT
Banyak orang yang lebih memilih agar kesehatan mental mereka menjadi lebih baik daripada mendapatkan peningkatan gaji/promosi. Dari hal ini bisa kita lihat bahwa uang tidak bisa membeli segalanya, kondisi kesehatan mental yang buruk tidak dapat disembuhkan hanya dengan mendapatkan kenaikan gaji.
Ilustrasi perempuan sedang mengalami stres. Foto: Shutterstock
Lalu, seseorang yang memikirkan kesehatan mentalnya dalam pekerjaan dan mencari kebahagiaan di pekerjaannya bukan berarti mereka itu lembek atau memiliki mental tempe. Tetapi dengan memikirkan kesehatan mentalnya sendiri memperlihatkan bahwa seseorang itu menghargai dan menyayangi dirinya. Menghargai kehidupannya agar menjadi lebih baik lagi.
Memang benar hidup ini bukan hanya untuk bahagia saja. Hidup ini juga adalah sebuah tanggung jawab yang harus kita kerjakan dan selesaikan. Kita hidup dengan membawa sebuah tanggung jawab yang akan menentukan bagaimana kehidupan ini akan berjalan.
ADVERTISEMENT
Namun, dalam menjalankan tanggung jawab juga perlu yang namanya bahagia. Tanggung jawab yang dijalankan dengan sepenuh hati dan bahagia akan terasa lebih ringan ketika menjalankannya dan akan membuahkan hasil yang sesuai dengan keinginan dan juga tanggung jawab yang dijalankan akan berjalan dengan baik.
Ketika melihat hidup ini hanya untuk tanggung jawab saja dan tidak ada kebahagiaan di dalamnya maka hasil dari apa yang kita kerjakan hanya akan terasa di telapak tangan saja dan tidak akan terasa utuh untuk hidup ini.
Meskipun begitu, banyak orang yang menggunakan alasan mental health ini hanya untuk masalah yang kecil. Alasan yang membuat hal ini masih sering ditemui karena pengetahuan akan mental health dan psikologi yang kurang.
Ilustrasi gangguan kesehatan mental. Foto: Shutterstock
Ditambah lagi media sosial sekarang yang mana segala informasi—bahkan informasi terkait kesehatan mental atau orang yang mengalami gangguan kesehatan mental—tidak ada informasi lanjutan yang berkaitan.
ADVERTISEMENT
Juga keberadaan media sosial tanpa disadari membuat kita sering membandingkan pencapaian dan kesedihan agar mendapatkan perhatian. Hal ini akhirnya membentuk sebuah tameng yang digunakan ketika kurang memiliki pengetahuan tentang mental health.
Untuk itu, pemikiran akan mental anak muda yang mencari kebahagiaan dalam pekerjaannya adalah mental tempe hanyalah pandangan yang berdasarkan standar pengusaha dan investor muda ini untuk membuat evaluasi pada anak-anak saat ini.
Karena melihat banyak anak muda yang mengaku mengalami masalah mental health yang nyatanya mereka kurang memiliki pengetahuan akan mental health dan tidak melihat yang benar-benar merasakan gejala gangguan kesehatan mental.
Kesehatan mental yang baik dan bahagia mempengaruhi kondisi fisik, produktivitas, dan performa dalam bekerja. Juga akan berdampak positif apabila karyawan memiliki mental health yang baik di lingkungan kerja karena akan meningkatkan produktivitas dari perusahaan juga.
ADVERTISEMENT
Dengan kita bahagia saat bekerja, itu membuat kita lebih termotivasi, percaya diri dengan apa yang kita lakukan, dan dapat meningkatkan potensi yang kita miliki. Bahagia membuat hidup menjadi lebih tenang, melakukan setiap pekerjaan dengan tenang, serta akan menghasilkan sebuah pekerjaan yang tuntas dan sesuai dengan keinginan.