Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
Konten dari Pengguna
Gumuk Pasir Parangtritis yang Menarik untuk Dilirik
26 April 2021 18:33 WIB
Tulisan dari Retno Wulan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Hari Bumi diperingati setiap tanggal 22 April sebagai penghargaan manusia yang tinggal di bumi kepada seluruh semesta alam. Parangtritis Geomaritime Science Park (PGSP) yang merupakan science park dari Badan Informasi Geospasial (BIG), beralamat di Desa Parangtritis Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta, merayakan Hari Bumi dengan membuat webinar yang tajuknya menarik “Mengenal Keunikan Warisan Geologi Yogyakarta: Kawasan Geologi Parangtritis, Fenomena Gumuk Pasir yang Bikin Naksir”.
ADVERTISEMENT
Gumuk Pasir sebagai Fenomena Alam
Gumuk pasir Parangtritis merupakan fenomena alam unik dari bentanglahan yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Gumuk pasir ini dibentuk oleh alam, yang berasal dari material Gunung Merapi dibawa ke tepi pantai dan kemudian kena gerusan gelombang menjadi pasir yang lembut dan halus, mengering dan terbawa angin sehingga terbentuk gumuk. Gumuk pasir yang ada di Parangtritis merupakan salah satu tipe gumuk pasir yang seharusnya hanya terbentuk di daerah kering (arid) seperti di gurun pasir seperti yang dijumpai di wilayah Afrika atau di wilayah Arab. Ternyata di Parangtritis yang beriklim tropika basah (humid tropics) terbentuk pula gumuk pasir. Hal inilah yang menjadi keunikan dan kelangkaan karena tidak terbentuk di semua wilayah pesisir Indonesia, kecuali hanya di Parangtritis. Fenomena alam unik ini ditetapkan menjadi warisan geologi dengan diterbitkannya Keputusan Menteri Energi Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor: 13.K/HK.01/MEM.G/2021 tentang Penetapan Warisan Geologi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Arti Penting Gumuk Pasir Parangtritis
Gumuk pasir mempunyai arti penting bagi berbagai pemangku kepentingan, bagi Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat, bagi budayawan dan spiritualis, bagi akademisi, dan juga bagi kehidupan masyarakat setempat serta wisatawan dari luar Daerah Istimewa Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Gumuk pasir Parangtritis tidak dapat lepas dari kepentingan Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat. Di mana letak arti pentingnya? Garis sumbu Yogyakarta dapat dibedakan menjadi dua sumbu, yaitu (1) sumbu filosofis: sumbu yang menghubungkan Panggung Krapyak - Karaton - Tugu, dan (2) sumbu imajiner: sumbu yang menghubungkan Laut Selatan-Karaton-Gunungapi Merapi. Pengertian Laut Selatan di sini bukanlah hanya laut saja, tetapi termasuk juga pantai dan pesisirnya. Di pesisir Parangtritis dijumpai adanya kompleks Watu Gilang di kawasan Parangkusuma. Kompleks Watu Gilang ini tidak hanya yang ada di Cepuri Parangkusuma dan Cepuri Paranganom saja, tetapi termasuk gumuk pasir yang menyelimutinya. Awal berdirinya Kerajaan Mataram yang berlanjut hingga Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat tidak lepas dari Kompleks Parangkusuma ini.
Gumuk pasir Parangtritis di pantai selatan ini sering kali dijadikan arena ritual budaya, seperti labuhan, peh cun, atau manasik haji. Ritual spiritual ini dilaksanakan setiap tahun, sehingga dapat menjadi agenda tetap untuk atraksi di wilayah Parangtritis.
Bagi akademisi, gumuk pasir di Parangtritis merupakan laboratorium alam sebagai kancah pendidikan dan penelitian. Parangtritis Geomaritime Science Park (PGSP) yang mempunyai Museum Gumuk Pasir sebagai bagian dari centre of excellent tentunya mempunyai kontribusi bagi akademisi. Museum Gumuk Pasir menjadi salah satu tempat yang sangat lengkap untuk pembelajaran.
ADVERTISEMENT
Bagi masyarakat setempat, gumuk pasir Parangtritis telah dimanfaatkan untuk kegiatan kepariwisataan dan kebudayaan, yang menghasilkan nilai ekonomi bagi masyarakat sekitar walaupun sekarang sebagian gumuk pasir tersebut telah berkembang menjadi kawasan hortikultura, hutan pantai, penambangan pasir dan bahkan bangunan semi permanen seperti warung makan, shelter dan sebagainya.
Gumuk pasir Parangtritis merupakan destinasi wisata yang menarik bagi wisatawan dari luar Yogyakarta. Kegiatan wisata minat khusus seperti sandboarding merupakan salah satu kegiatan yang sangat diminati, demikian pula bagi para sineas Indonesia yang sudah beberapa kali melakukan pengambilan gambar di gumuk pasir Parangtritis. Bahkan banyak spot instagramable yang sekarang banyak diminati oleh wisatawan.
Menjaga Kelestarian Gumuk Pasir Parangtritis
Perubahan penggunaan lahan pada gumuk pasir di Parangtritis terjadi secara cepat beberapa dekade terakhir. Perubahan penggunaan lahan dikhawatirkan akan merusak kondisi gumuk pasir serta fungsi ekologis yang ada di dalamnya yang nanti pada akhirnya tidak lagi diminati sebagai tempat wisata dan hilangnya keunikan sebagai warisan geologi. Penataan dan perencanaan wilayah yang baik harus dilakukan untuk menjaga kelestarian gumuk pasir Parangtritis. Perencanaan detail fungsi kawasan harus dilaksanakan untuk mempertahankan keberadaan gumuk pasir. Manajemen kawasan terpadu berbasis sosio-kultural dapat dilakukan untuk menjaga kelestarian gumuk pasir Parangtritis. Pengembangan di bidang pariwisata sangat penting untuk dilakukan dengan tetap menjadi kelestarian gumuk pasir. Sebagai contoh adalah dengan Festival Gumuk Pasir, yang dapat mengangkat kesenian daerah kawasan Parangtritis. Kegiatan edutainment (Smart Museum) juga dapat dilakukan oleh Parangtritis Geomaritime Science Park (PGSP) untuk mengenalkan alat dan teknik pemetaan khususnya di kawasan pesisir. Paket eduwisata dapat ditawarkan guna memfasilitasi wisatawan sekaligus memberikan pengetahuan akan kelautan. Festival wayang atau penciptaan tarian gumuk pasir dapat diadakan di kawasan gumuk pasir.
ADVERTISEMENT
Tema pewayangan mengambil jalan cerita mengenai awal berdirinya keraton Yogyakarta, pertemuan Sultan dengan Nyi Roro Kidul, dan masih banyak lagi. Pariwisata yang dikembangkan pada kawasan gumuk pasir adalah pariwisata berbasis budaya dan religi yang tidak lepas dari kearifan lokal. Dengan berbagai program yang sinergis antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, akademisi, masyarakat dan pihak swasta; warisan geologi yang sudah ditetapkan ini akan terus terjaga dengan aman.
(tulisan ini merupakan bagian dari serial #eduspasial-2)
Dr. Th. Retno Wulan, S.Hut, M.Agr
Surveyor Pemetaan Madya dan Agen Perubahan pada Badan Informasi Geospasial (BIG)