Konten dari Pengguna

Ecuid Tree: Solusi Pencemaran Udara di Dalam Ruangan

Revalina Caroline Tomasowa
Saya merupakan mahasiswa S1 Biologi Univeristas Pendidikan Indonesia
26 Juli 2024 12:40 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Revalina Caroline Tomasowa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Prototipe Ecuid Tree oleh Tim PKM-KC Universitas Pendidikan Indonesia dan Dosen Pembimbing, Rabu (24/07/2024). Foto: Revalina Caroline
zoom-in-whitePerbesar
Prototipe Ecuid Tree oleh Tim PKM-KC Universitas Pendidikan Indonesia dan Dosen Pembimbing, Rabu (24/07/2024). Foto: Revalina Caroline
ADVERTISEMENT
Pencemaran udara di dalam ruangan seringkali tidak disadari karena kebanyakan dari kita merasa aman saat berada di dalam ruangan. Padahal polusi udara di dalam ruangan menyebabkan 4,5 juta kematian tahunan, menurut Bahri pada tahun 2021. Dalam mengatasi masalah tersebut, Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia dalam Program Kreativitas Mahasiswa Karsa Cipta (PKM-KC) membuat sebuah inovasi "Pohon Cair" atau "Liquid Tree" yang dapat digunakan di dalam ruangan. Produk tersebut diberi nama "Ecuid-Tree" atau "Ecosystem Liquid Tree".
ADVERTISEMENT
Ecuid Tree terinspirasi dari Liquid Tree yang diciptakan oleh Ilmuwan asal Serbia di Universitas Beograd. Secara konsep keduanya merupakan fotobioreaktor yang dapat mengikat CO₂ di udara. Lalu melalui proses fotosintesis menghasilkan O₂ murni yang dapat meningkatkan kualitas udara.
Perbedaannya terletak pada kapasitas dan tempat penyimpanan serta Ecuid Tree yang memiliki keunikan sistem sirkuler. Liquid Tree disimpan di luar ruangan dengan kapasitas 600 liter air. Alat ini memiliki fungsi tambahan seperti bangku dan pengisi daya ponsel yang memanfaatkan panel surya.
Lalu bagaimana dengan Ecuid Tree? Secara spesifik, Ecuid Tree menggunakan spesies mikroalga Spirulina platensis. Penelitian Politaeva pada tahun 2023, mengungkapkan bahwa mikroalga memiliki kemampuan untuk menyerap CO₂ yang lebih efisien daripada tanaman darat karena tanaman darat hanya bisa mengeliminasi 3–6% CO₂. Sementara itu mikroorganisme lain, seperti alga eukariotik dan cyanobacteria, dapat mengikat CO₂ 10–50 kali lipat lebih cepat. Dan menurut penelitian Okryreza Abdurrachman pada tahun 2013, Spirulina memiliki jumlah persentase penyerapan CO₂ dan peningkatan biomassa paling tinggi diantara Chlorella vulgaris dan Chlamydomonas sp.
Prorotipe Ecuid Tree di Workshop Gedung Jica FPMIPA UPI, Rabu (24/07/2024). Foto: Revalina Caroline
Ecuid Tree diciptakan dalam bentuk yang lebih kecil dengan media aquarium. Aquarium tersebut memiliki sekat yang memisahkan antara mikroalga di bagian atas dan ikan guppy di bagian bawah. Keduanya dihubungkan dengan sebuah pompa dengan pipa dari ikan guppy ke mikroalga. Lalu apa fungsi ikan guppy? Ecuid tree ini memiliki sistem sirkuler, ketika mikroalga berfotosintesis maka akan menghasilkan O₂ serta biomassa. O₂ meningkatkan kualitas udara dan bermanfaat bagi manusia. Sementara biomassa dapat menjadi sumber nutrisi bagi ikan. Biomassa ini akan tersaring di sekat yang berbahan plankton net dan dapat langsung dimanfaatkan oleh ikan guppy. Ikan guppy pun menghasilkan CO₂ yang dapat dimanfaatkan oleh mikroalga sebagai bahan fotosintesis. Jadi sistem sirkuler ini memiliki keunggulan zero waste, yaitu semua hasil dan sisa dapat dimanfaatkan dan siklus tersebut terus berputar setiap harinya.
ADVERTISEMENT
Prof. Topik Hidayat, M.Si., Ph.D sebagai dosen pembimbing Program Kreativitas Mahasiswa Karsa Cipta (PKM-KC), menyatakan dukungan atas pembuatan prototipe ini.
Ecuid Tree juga menggunakan sistem penggerak yang terintegrasi dengan arduino uno untuk membersihkan plankton net dari biomassa agar tidak tersumbat. Sistem penggerak ini akan bergerak 2 jam sekali dengan estimasi waktu 10 detik setiap pergerakannya.
Dengan inovasi Ecuid Tree, di dalam ruangan pun kita dapat menikmati kualitas udara yang baik. Ecuid Tree bukan menggantikan pohon, tapi membantu tempat-tempat minim lahan untuk meningkatkan kualitas udara. Ecuid Tree ini diharapkan dapat digunakan secara massal di Indonesia sebagai solusi ekonomis tata kota ramah lingkungan.
ADVERTISEMENT