Konten dari Pengguna

Novel Cinta Tanah Air Sebagai Sastra Propaganda

Revi Mariska Hasibuan
Saya seorang mahasiswa aktif semester 3 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullaah Jakarta, mengambil jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
21 Oktober 2023 15:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Revi Mariska Hasibuan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi literasi sastra https://www.pexels.com/id-id/pencarian/sastra/
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi literasi sastra https://www.pexels.com/id-id/pencarian/sastra/
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Novel Cinta Tanah Air karya Nur St. Iskandar. Memberikan sisi pandang positif bagi pembaca untuk menumbuhkan cinta terhadap tanah air, dan menjadikan pembaca terpengaruh untuk menjadi sosok yang di gambarkan dalam novel.
ADVERTISEMENT
Pengarang : Nur St. Iskandar
Tahun terbit : 1944 (Cetakan Pertama)
Penerbit : Balai Pustaka
Jumlah Halaman : 178
Ukuran Buku : 14,8 × 21cm
Harga Buku : Rp 40.000
Nomor ISBN : 979-666-209-4
Novel Cinta Tanah Air ini merupakan sebuah karya sastra yang lahir pada masa pemerintahan Jepang yang di tulis oleh Nur Sutan Iskandar yang di terbitkan pada tahun 1944. Mengenal seorang penulis dalam novel ini nama asli Nur Sutan Iskandar adalah Muhammad Nur, lahir di sungai Batang, Maninjau, Sumatera Barat, pada tanggal 3 November 1893. Nur menempuh Pendidikan di sekolah melayu kelas 11 pada tahun 1908. Tahun 1919 Nur mulai pindah ke Jakarta dan bekerja di Balai Pustaka. Novel Cinta Tanah Air yang di tulis oleh sastrawan terproduktif Angkatan 1942-1945 tersebut merupakan salah satu karya pesanan orang jepang terhadap Nur Sutan Iskandar sebagai sastra propaganda. sastra propaganda sendiri adalah sastra yang memuat isi tulisan yang berpihak kepada kepentingan pemerintah Jepang pada masa itu.
ADVERTISEMENT
Novel ini menceritakan seorang tokoh yang bernama Amiruddin yang berasal dari bandung. Dalam sebuah perjalanan menuju Jakarta dengan menaiki trem untuk melihat pasar malam yang katanya ramai dan memiliki tema yang berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, dalam perjalanan ia terkesima dengan seorang wanita yang duduk dihadapannya dengan perawakan yang anggun dan tutur katanya yang sopan, mereka saling mencuri pandang dengan ketertarikan di antara ke duanya. Tidak sampai di situ saja, keduanya kembali bertemu di pasar malam dalam sebuah pertunjukan seni dan kearifan lokal, ketika Amiruddin hendak membeli sapu tangan yang di buat oleh para gadis penjahit, bersebelahan pula perempuan yang hendak membeli sapu tangan tersebut yang wajahnya sudah tak asing lagi bagi Amiruddin, Sehingga bergetar hati Amiruddin. Panjang cerita di situlah Amiruddin berkenalan dengan perempuan tersebut yang bernama Astiah. tidak sampai situ saja Amiruddin bertemu dengan sahabat ayahnya yang tidak lain adalah ayahnya Astiah, ketidak sengajaan ini menjadi pintu jalan bertemunya kembali Amiruddin dengan Astiah. hingga pada perbinjangan yang begitu panjang Astiah menjadi seorang istri dari Amiruddin. Namun demikian perjalanan rumah tangga mereka tidak begitu mulus, keadaan indonesia yang masih dikendalikan oleh pemerintah Jepang dan disisi lain suasana perang yang belum juga hilang dari bumi Indonesia ini. Dari suasana tersebut menjadikan Amiruddin ikut serta terseret menjadi pasukan pembela tanah air. Namun hal tersebut tidak menjadi penghalang cinta Amiruddin dan Astiah, setelah keduanya melakukan pernikahan yang cukup sederhana. Amiruddin dan Astiah berangkat ke medan perang untuk melaksanakan bakti sebagai cinta mereka terhadap tanah air indonesia. dimana Jepang yang masih bertahan ditanah air Indonesia yang awal kedatanganya dengan iming-iming sebagai pelindung asia, dan membawa Indonesia dalam mencapai kemerdekaan serta memberikan perubahan dan keadaan yang lebih baik, tidak lain hanyalah sebuah iming-iming belaka sebagai senjata mereka memasuki tanah nusantara ini. Novel ini menjadi salah satu media propaganda karena mengandung unsur yang tidak sesuai dengan realitanya, didalam novel ini di gambarkan kedudukan Jepang sebagai pembawa perubahan bagai rakyat Indonesia dan partisipasi Jepang kepada rakyat Indonesia. Rakyat Indonesia yang masih minim dalam pendidikan hanya menerima dari setiap kebijakan-kebijakan pemerintah Jepang, meski ada beberapa yang menentang. Sehingga penerbitan sebuah tulisan pada masa itu harus mengandung unsur kepentingan Jepang, dan sebaliknya tulisan yang bernuansa menolak dan adanya kritik yang sedikit melenceng dengan apa yang diinginkan oleh pemerintah Jepang pastinya akan disingkirka.
ADVERTISEMENT
Kelebihan buku :
Dalam novel ini memiliki gaya bahasa yang mudah di pahami, isinya yang bagus memiliki banyak sisi positif yang bisa di ambil sebagai pelajaran hidup, temanya yang menarik, pastinya sebagai pemuda memiliki jiwa dan semangat yang membara jika berbicara mengenai tanah air, alur cerita yang tidak membosankan dengan menuangkan sedikit sejarah tentang Indonesia mengenai perlawanan dan perjuangan.
Kekurangan buku :
Jika kita kembali menelaah kembali novel ini, isi dari novel ini banyak menyinggung kedudukan Jepang di indonesia, partisipasi rakyat Indonesia terhadap Jepang, mungkin salah satu penyebabnya ialah karna novel ini salah satu karya sastra propaganda pada masa itu.
Revi Mariska Hasibuan, Mahasiswa Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia UIN Jakarta
ADVERTISEMENT