Konten dari Pengguna

Menunggu Film 'Sekala Niskala' Pulang dari Berlin

Review Sinema
Mengulas apa pun yang bisa diulas
26 Februari 2018 13:39 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Review Sinema tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Trailer Sekala Niskala (Foto: YouTube (Publisitaz Team))
zoom-in-whitePerbesar
Trailer Sekala Niskala (Foto: YouTube (Publisitaz Team))
ADVERTISEMENT
Sabtu (24/2), Sekala Niskala memenangkan penghargaan Grand Prix di Berlin International Film Festival ke-68. Film panjang kedua Kamila Andini ini bersaing dengan 13 film lain dari 12 negara di kategori Generation KPlus. Juri dalam kategori ini adalah Amanda Duthie, Sanna Lenken, dan Carla Simón.
ADVERTISEMENT
Dalam catatannya, para juri menyebut Sekala Niskala sebagai sebuah dongeng puitis soal keseimbangan yang mempunyai visi sinematik yang unik. "It conveys the soulful journey through sorrow, rage and acceptance. It touched us all through its unique universe. It is a film that embraces risk, authenticity and the mystical in a finely tuned filmic dance," tulis mereka.
Sebelum menang sampai di Berlin, Sekala Niskala sudah menempuh perjalanan cukup panjang. Film ini pertama kali tayang (world premiere) di sesi Platform ajang Toronto International Film Festival 2017. Perlu diketahui, sesi Platform sendiri adalah salah satu sesi yang paling bergengsi di TIFF--film Moonlight (Film Terbaik Oscar 2017) juga diputar untuk pertama kali di sesi tersebut.
ADVERTISEMENT
Usai dari Toronto, Sekala Niskala bergerak terus ke festival-festival lain, seperti Busan, Dubai, dan Singapura. Selain itu, film ini juga memperoleh penghargaan film terbaik di Tokyo Filmex 2017 dan Jogja-NETPAC Asian Film Festival ke-12, serta Best Youth Film di ajang Asia Pasific Screen Award.
Di Indonesia, film Sekala Niskala belum beredar luas. Film ini baru tayang di Jogja, dalam ajang Jogja-NETPAC Asian Film Festival, dan beberapa pemutaran khusus lain.
Rencananya, film ini akan beredar di bioskop Indonesia pada bulan depan, tepatnya pada 8 Maret 2018.
Untuk yang penasaran dengan filmnya, beberapa review dari orang-orang yang telah menonton Sekala Niskala mungkin bisa menjadi rujukan.
Variety menyebut Sekala Niskala, "A haunting and hypnotic interpretation of the child subconscious rooted in Balinese arts and culture." Sementara Hollywood Reporter mengatakan, "The Seen and Unseen (Sekala Niskala) is loaded with images and symbols of new life (there are a lot of eggs) yet there's something intensely authentic in Andini's interpretation of how children deal with trauma, how they cope with stress and how they mourn."
ADVERTISEMENT
Salah satu website kajian film di Indonesia, Cinema Poetica, juga memasukkan Sekala Niskala sebagai film terbaik pada 2017. Mereka menuliskan: "Gerak seringkali menjadi cara seorang anak pertama kali memahami dunia. Anehnya, film-film Indonesia masih saja gemar membahasakan anak-anak dengan identitas moral yang seringkali dipaksakan.The Seen and Unseen (Sekala Niskala) mencoba melepas segala nonsens itu dan kembali ke perkara yang lebih mendasar. Melalui kolaborasi seni pertunjukan dengan ekspresi sinematik, film ini mewujudkan imajinasi anak-anak dalam menanggapi keintiman dan kehilangan dalam keluarga."
Sekala Niskala (The Seen and Unseen) sendiri adalah cerita tentang anak kembar dengan jenis kelamin berbeda (kembar buncing). Pada suatu hari, salah satu anak sakit keras, sehingga menimbulkan rasa kehilangan untuk saudara kembarnya. Rasa kehilangan itu kemudian tersampaikan lewat cara-cara yang lekat dengan alam, tarian, dan nyanyian.
ADVERTISEMENT
Terdengar menarik bukan? Pastinya! Rasanya sudah tak sabar untuk menunggu film ini 'pulang' dari festival-festival internasional, dan tayang di bioskop Tanah Air.