Review Film ‘Imperfect: Karier, Cinta & Timbangan': Perjalanan untuk Bersyukur

Review Sinema
Mengulas apa pun yang bisa diulas
Konten dari Pengguna
19 Agustus 2020 17:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Review Sinema tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Gerakan mencintai diri sendiri dan stop body shaming menjadi gerakan yang digaungkan oleh banyak orang dan isu yang hangat diperbincangkan. Rupanya, isu ini pun menjadi kegelisahan Meira Anastasia, kemudian tertuang dalam buku Imperfect: A Journey to Self Acceptance. Tak berhenti sampai situ, buku ini pun diangkat menjadi film oleh Ernest Prakasa (Ngenest, Cek Toko Sebelah, Susah Sinyal).
Poster film Imperfect: Karier, Cinta & Timbangan. Foto: Dok. IMDb.com
Film ini berkisah tentang Rara (Jessica Mila), seorang perempuan di usia produktif, bertubuh gendut dan memiliki kulit gelap dan kusam, cenderung cuek dengan penampilan dan tidak merawat diri. Ia tumbuh di keluarga, ibu dan adik, yang bertolak belakang darinya. Bisa dipastikan adiknya, Lulu (Yasmin Napper), memenuhi kriteria perempuan cantik yang dibangun oleh masyarakat: cantik, tinggi, putih, rambut lurus dan feminim. Walau demikian, ia memiliki Dika (Reza Rahadian) yang mencintainya apa adanya.
Rara dan Dika dalam film Imperfect. Foto: dok. Youtube/Starvision Plus.
Konflik dimulai saat Rara mendapat perlakuan diskriminasi di kantornya. Rara, yang pintar dan senior, harus terhalang perjalanan karirnya karena penampilannya tidak merepresentasikan brand kosmetik tempat ia bekerja. Rara sedih dan kecewa, namun berkat dukungan keluarga, pacar, dan teman-temannya, Rara mendapat ide untuk menurunkan berat badan dan lebih menjaga penampilan. Namun, setelah keinginannya tercapai, hubungan Rara dengan support systemnya malah berantakan. Akhirnya, Rara sadar akan kekeliruannya dan segera memperbaiki semuanya.
ADVERTISEMENT
Ernest Prakasa dan Meira Anastasia selaku penulis skenario berhasil menerjemahkan isu 'berat' ini menjadi sebuah film yang ringan, yang ceritanya dekat dengan kehidupan sehari-hari. Karena ada banyak cerita di luar sana, bahwa ada yang gagal mendapat promosi hanya karena ia tidak well-represented seperti rekannya yang modis dan memakai pakaian branded, atau anak buah yang tak kunjung didengar aspirasinya karena berada di bawah bayang-bayang rekan kerja yang cantik dan lebih didengar.
Untuk 'Imperfect', Ernest menugaskan Muhadkly Acho sebagai konsultan komedi. Acho terbukti sukses menaruh bit jokes yang ringan, lucu namun tidak berlebihan, diselipkan pada dialog-dialog dengan pesan yang kuat seperti saat Neti cs membantu Maria yang insecure dengan rambut keritingnya.
Rara dan Fey dalam film Imperfect. Foto: dok. Youtube/Starvision Plus
Pemilihan aktor untuk setiap tokoh terasa pas, semuanya dapat membawakan perannya dengan maksimal. Shareefa Danish menjelma menjadi teman yang blak-blakan dan suportif, rasanya lenyap begitu saja dari benak tentang perannya yang selalu menyeramkan di film thriller/horor. Terlebih untuk Neti cs, keempatnya tampil dengan guyonan yang natural dan membawa cerita menjadi lebih mengalir.
Neti cs dalam film Imperfect. Foto: dok. Youtube/Starvision Plus
Film ini cocok untuk dinikmati semua kalangan, terutama bagi remaja dan orang tua. Para remaja dapat belajar dari Rara dan Lulu, bahwa apapun keadaannya, akan selalu ada hal di diri kita yang bisa membuat insecure: lengan besar, pipi chubby, rambut keriting. Lebih baik belajar menerima diri kita apa adanya dan be the best version of yourself. Para orang tua pun bisa menikmati film ini, tanpa perlu terasa digurui, karena ada hal-hal yang mungkin selama ini salah dilakukan orang tua kepada anak seperti yang Debby lakukan pada Rara dan Lulu, bahwa ada satu hal yang lebih esensial untuk menjalani hidup ini di balik angka timbangan: bersyukur.
ADVERTISEMENT