Work-Life Balance: Karier, Kehidupan Pribadi, dan Kesehatan Mental

Revita Rahim
Analis Kebijakan Puslatbang KHAN LAN RI
Konten dari Pengguna
7 Februari 2024 21:52 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Revita Rahim tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Work Life Balance. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Work Life Balance. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Di tengah dinamika dunia kerja yang terus berkembang, keseimbangan antara kehidupan dan karier menjadi topik yang semakin relevan. Kisah Tang Ying, seorang wanita asal China, menjadi sorotan sebagai cerminan pentingnya work-life balance dalam meraih kesuksesan, kebahagiaan, dan menjaga kesehatan mental.
ADVERTISEMENT
Tang, seorang desainer di industri real estate, memiliki lebih dari 600 grup terkait pekerjaan di platform WeChat. Meskipun gajinya cukup besar, tekanan dari pekerjaannya, terutama dalam mengelola pusat perbelanjaan, berdampak serius pada kesehatan mental dan fisiknya.
Salah satu catatan menarik dari kisah Tang adalah dampak teknologi terhadap keseimbangan hidup dan kesehatan mental. Grup obrolan di WeChat menciptakan tantangan baru yang menghapus batas waktu antara kehidupan kerja dan pribadi.
Dalam situasi ini, pentingnya menetapkan batasan yang sehat dalam penggunaan teknologi menjadi semakin nyata, menjaga keseimbangan hidup dan mendukung kesehatan mental. Pengalaman Tang menjadi refleksi bagi kita semua tentang pentingnya menjaga keseimbangan hidup, terutama di dunia kerja yang serba cepat.
ADVERTISEMENT
Kesehatan mental menjadi hal penting dalam pencapaian work-life balance. Kisah Tang mengajarkan kita bahwa menjaga keseimbangan bukan hanya tentang pemisahan waktu antara pekerjaan dan waktu pribadi, tetapi juga memperhatikan kesehatan mental. Pentingnya kesadaran akan batasan, pemenuhan istirahat yang cukup, dan perawatan diri menjadi fondasi utama dalam menjaga keseimbangan antara kehidupan dan karier.
Melalui kisah Tang, kita diingatkan akan realitas bahwa gaji besar tidak selalu membawa kebahagiaan atau kepuasan dalam karier. Prioritas kesejahteraan pribadi, keseimbangan hidup, kebahagiaan, dan kesehatan mental menjadi hal yang lebih penting.
Kisah ini refleksi bagi kita untuk memastikan bahwa setiap langkah yang diambil sejalan dengan tujuan dan prioritas hidup kita. Orang yang memiliki kesehatan mental yang baik diyakini dapat mengatasi tekanan, bekerja dengan baik, berkontribusi bagi komunitas, dan mencapai kesejahteraan dalam hidup.
ADVERTISEMENT
Dalam upaya mencapai work-life balance, dukungan yang diberikan oleh keluarga dan orang-orang terdekat memainkan peran kunci yang sangat penting. Dukungan ini bukan hanya tentang penciptaan lingkungan yang kondusif, tetapi juga memberikan dukungan emosional yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan antara kehidupan dan karier.
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, lebih dari 19 juta penduduk Indonesia usia lebih dari 15 tahun memiliki gangguan mental emosional, dan lebih dari 12 juta mengalami depresi. Data yang dikumpulkan oleh Badan Litbangkes pada tahun 2016 menunjukkan bahwa sekitar 1.800 individu melakukan tindakan bunuh diri setiap tahun.
Angka ini, jika dihitung rata-rata, setara dengan lima orang bunuh diri setiap tahunnya. Sayangnya, dari mereka yang melakukan bunuh diri, sekitar 47,7 persen berusia 10-39 tahun, merupakan golongan yang termasuk dalam kategori anak remaja dan usia produktif. Mengacu pada informasi dari laman Sehat Negeriku Kemenkes, Indonesia memiliki prevalensi orang dengan gangguan jiwa sekitar satu dari lima orang.
ADVERTISEMENT
Dalam konteks jumlah penduduk yang mencapai 250 juta jiwa, ini berarti sekitar 20 persen dari populasi penduduk berpotensi mengalami masalah gangguan jiwa. Oleh karena itu kontribusi dari orang-orang terdekat membantu menciptakan harmoni yang menyeluruh, memastikan bahwa setiap aspek kehidupan terjaga dengan baik.
Sebagai pengingat, kisah Tang Ying mengajarkan kita bahwa work-life balance bukan hanya sebuah tujuan akhir, melainkan juga sebuah perjalanan yang memerlukan kesadaran dan pengambilan keputusan yang bijak. Penting untuk menghargai setiap aspek kehidupan, baik dalam karier maupun kehidupan pribadi, serta menjaga keseimbangan yang sehat di antara keduanya.
Work-life balance bukan hanya tentang alokasi waktu antara kehidupan pribadi dan pekerjaan, tetapi juga tentang memastikan bahwa keduanya saling mendukung untuk mencapai kebahagiaan dan keseimbangan hidup dengan kesehatan mental menjadi fondasi utamanya.
ADVERTISEMENT