Konten dari Pengguna

Akses Ordal dalam Dunia Ketenagakerjaan Mempengaruhi Perekonomian

Reynaldo Dion
// HR PT. Cakra Guna Cipta bukan penulis, dan penikmat musik underground
21 Oktober 2024 13:44 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Reynaldo Dion tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Akses orang dalam ‘ordal’ dalam dunia ketenagakerjaan ternyata memberikan dampak pada perekonomian. Banyak yang menganggap peran ‘ordal’ ini dapat menentukan keberhasilan rekrutmen. Pro kontra rekrutmen dari orang dalam memang selalu menarik untuk dibahas. Fenomena ini sangat erat kaitannya dengan kegiatan nepotisme di mana perekrutan lebih cenderung mengutamakan keluarga atau kerabat dekat mereka. Memang, tidak selalu rekrutmen dengan bantuan orang dalam itu punya konotasi negatif dan selalu berbentuk nepotisme. Ada pula praktik yang legal dan justru didukung oleh perusahaan, yaitu employee referral. Nepotisme dilakukan pada rekrutmen terlihat dari adanya paksaan untuk menerima kandidat ke dalam perusahaan tanpa memerhatikan kualitas dan kualifikasi kandidat. Praktik ini sering dilakukan oleh pegawai di perusahaan yang punya jabatan tinggi dan berpengaruh. Praktik ini biasanya tidak melibatkan HR secara langsung dan tanpa memerhatikan SOP rekrutmen. Tapi, ada juga nepotisme yang melibatkan proses rekrutmen. Biasanya, kandidat akan menyebutkan nama pada saat proses wawancara. Bisa juga sebaliknya, yang orang dalam menyebutkan nama kandidat kepada HR. Hasilnya, wawancara hanyalah sekadar formalitas semata.
Gambaran dokumen pelamar yang dititipkan oleh orang dalam perusahaan. https://unsplash.com/photos/a-man-in-a-white-shirt-and-tie-holding-a-folder-mKYf6jV-rYo
zoom-in-whitePerbesar
Gambaran dokumen pelamar yang dititipkan oleh orang dalam perusahaan. https://unsplash.com/photos/a-man-in-a-white-shirt-and-tie-holding-a-folder-mKYf6jV-rYo
Jika nepotisme dalam rekrutmen identik dengan jalur ilegal dan buruk, ada juga jalur orang dalam namun legal dan justru digencarkan oleh perusahaan. Inilah yang disebut employee referral atau rekomendasi karyawan. Program ini justru sangat membantu perusahaan dalam menemukan kandidat yang punya kualitas setara dengan karyawan yang memberikan rekomendasi. Proses rekrutmen bisa cepat karena HR tidak lagi perlu memulai proses rekrutmen dari awal. Bahkan, beberapa perusahaan tidak segan memberikan reward untuk karyawan yang berhasil merekomendasikan kandidat yang sesuai. Employee referral hanya memberikan kemudahan kepada HR dalam merekrut karyawan. Namun terkadang tak jarang hal ini harus bertolak belakang dari hasil interview yang telah dilakukan. Interview yang merupakan sarana untuk perusahaan bisa mengetahui calon karyawan ternyata hanya formalitas saja. Akibatnya HR harus meloloskan padahal mengetahui ada tanda tanda calon karyawan ini bisa menghambat dalam proses di dalam sistem perusahaan. Besar kemungkinan kandidat yang diterima tidak sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan. Akibatnya, kandidat kurang mampu memberikan kontribusi bagi perusahaan dan kinerja mereka pun cenderung tidak maksimal, hingga akhirnya produktivitas menurun.
ADVERTISEMENT
Adanya campur tangan orang dalam seringkali disangkut pautkan dengan praktik nepotisme yang hasilnya menimbulkan anggapan bahwa karyawan diterima bukan karena keahliannya, tapi karena ada orang berkuasa di belakangnya. Maka tidak jarang akan hal ini merupakan penyebab timbulnya kecemburuan sosial antar karyawan dan membuat lingkungan kerja toxic. Bahkan, kandidat yang diterima melalui orang dalam tidak sesuai dengan kebutuhan manpower di lapangan, ini tentu saja menyebabkan pembengkakan biaya gaji karyawan yang sebenarnya tidak dibutuhkan.
Kebiasaan seperti ini ternyata memberikan dampak buruk bagi perekonomian di Indonesia. Berdasarkan laporan bank dunia mengungkapkan bahwa negara berpendapatan menengah mempunyai akses terhadap peluang tidak semata didasarkan pada prestasi. Hal itu berdampak pada tingginya ketimpangan pendapatan dan sedikitinya peluang untuk mobilitas sosial. Ditambah tidak ada jaminan bagi individu yang memiliki keterampilan di bidang tertentu untuk mendapat pekerjaan yang sesuai dengan kompetensinya. Akses ekonomi bagi individu begitu bergantung pada tiga aspek, yaitu modal jaringan (networking), lingkungan (neighborhood), dan norma (norms)
ADVERTISEMENT
Proses rekrutmen karyawan.https://unsplash.com/photos/a-close-up-of-two-people-shaking-hands-0obnu1Zvw6Y
Akses ekonomi yang hanya terbuka lewat modal jaringan, lingkungan, dan norma membuat nilai bakat serta prestasi bernilai rendah. Bank dunia juga mencatat 40-80 persen pekerja di negara berpenghasilan rendah dan menengah mendapat pekerjaan melalui jaringan sosial. Penyebab utamanya adalah ketimpangan distribusi kekayaan sehingga pertumbuhan ekonomi tidak merata. Sistem ini juga melanggengkan ketidakadilan kesempatan dan menekan harapan untuk mendapat peluang yang lebih baik. Jika tidak membenahi regulasi dan memperbaiki efisiensi ekonomi maka indonesia akan kesulitan untuk bisa tumbuh.
Sebuah laporan dari website pencari pekerjaan Zippia yang mengungkap kekuatan koneksi dalam lingkungan pekerjaan. Sekitar 85% pekerjaan didapatkan melalui koneksi. Sementara posisi atau jabatan yang didapat dari jalur koneksi jumlahnya mencapai 70%. Koneksi atau jejaring memang penting untuk karir profesional seorang. Dalam laporannya, Zippia menyebutkan ada 79% orang Amerika Serikat (AS) mengatakan networking memiliki perang penting dalam kemajuan karir mereka. Bahkan saking pentingnya memiliki jejaring, 41% peserta riset mengatakan ingin lebih sering menghadiri acara networking. Namun hubungan yang dimiliki sebelumnya ternyata tidak berlangsung lama. Sebagian peserta riset menyatakan tidak berkomunikasi lagi dengan jejaringnya. Yakni ada 48% yang menjawab tetap berhubungan dengan kenalan mereka. Sementara 49% tidak melakukan dengan alasaan tidak punya waktu untuk berjejaring.
ADVERTISEMENT
Lantas bagaimana cara kita dalam menghadapi kebiasaan bekerja jalur ordal ini? Jika kita berhasil mendapat rekomendasi kerja dari orang lain, itu artinya kita berhasil membentuk personal branding bagus di mata orang yang merekomendasikan. Dengan kata lain, orang tersebut percaya dengan skill dan potensi kita. Lain hal jika kita mendapat pekerjaan dengan cara memberikan sogokan kepada karyawan perusahaan atau membawa-bawa hubungan keluarga/pertemanan untuk mendapat rekomendasi. Hal ini berisiko menimbulkan masalah kedepannya, baik untukmu atau orang yang ‘merekomendasikan’