Jurassic Park di Taman Nasional Komodo

Reynaldo Dion
// HR PT. Cakra Guna Cipta bukan penulis, dan penikmat musik underground
Konten dari Pengguna
10 Agustus 2021 13:58 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Reynaldo Dion tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Potret kebakaran yang terjadi pada tahun 2018 di Pulau Komodo. Sumber : INSTAGRAM/KURNIAWAN_JACK
zoom-in-whitePerbesar
Potret kebakaran yang terjadi pada tahun 2018 di Pulau Komodo. Sumber : INSTAGRAM/KURNIAWAN_JACK
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kebakaran padang sabana terjadi di Laju Pemali, kawasan Taman Nasional Komodo (TNK), Manggarai Barat, pada hari sabtu kemarin menjadi soroton banyak orang. Pasalnya kebakaran sudah terjadi dua kali. Pada tahun 2018 lalu kebakaran pernah terjadi di Gili Lawa. Penyebabnya adalah api yang disulut rombongan turis. Bentuk kepedulian masyarakat kepada Pulau Komodo juga memuncak ketika jagat dunia maya diramaikan dengan adanya foto komodo berhadapan dengan truck. Foto itu bukanlah rekayasa, memang terjadi pembangunan di kawasan Taman Nasional Komodo tersebut.
ADVERTISEMENT
Publik menjadi melakukan cocoklogi dengan adanya pembangunan tersebut dengan sebuah film fiksi yaitu 'Jurassic Park merupakan adaptasi dari sebuah film yang disutradarai oleh Steven Spielberg. Film yang menggunakan konsep teori kekacauan dan implikasi filsafat untuk menjelaskan kegagalan sebuah taman hiburan yang menghidupkan kembali spesies dinosaurus. Tiga film Jurassic Park menggambarkan kegagalan manusia dalam menciptakan kawasan antara manusia dengan makhluk purbakala atau dinosaurus.
Belajar dari adanya film tersebut masyarakat di dunia maya merasa geram dan menolak untuk pembangun di Taman Nasional Komodo. Taman Nasional Komodo, merupakan habitat alami satwa langka varanus komodoensis kebanggaan masyarakat Indonesia dan juga publik internasional. Kebijakan pemerintah yang menjadikan kawasan konservasi tersebut sebagai episentrum investasi wisata super-premium Labuan Bajo, menyebabkan banyak masyarakat geram akan kebijakan tersebut. Pasalnya tak hanya berbahaya bagi kelangsungan hidup komodo, kebijakan pemerintah juga berpotensi besar membawa bencana sosial. Karena keberadaan taman nasional komodo merupakan ruang penghidupan bersama bagi para pelaku wisata dan masyarakat setempat. Atas dasar itu, ketakutan yang membuat resah para penggiat lingkungan, pelaku wisata dan warga di dalam dan sekitar kawasan taman nasional komodo adalah perubahan tak terkendali yang disebabkan oleh aktivitas pembangunan pada habitat alami ini. Hal ini nantinya akan berujung pada kepunahan komodo.
ADVERTISEMENT
Keberagaman satwa endemik sebagai daya tarik utama kawasan konservasi seperti cagar alam dan Taman Nasional di benua Afrika adalah fakta tak terbantahkan. Di Afrika, meski keberadaan kawasan--kawasan konservasi itu telah mendatangkan devisa bagi negara melalui pariwisata pada satu sisi, investasi pariwisata yang makin tak terkendali justru telah memicu krisis ekologi dan sosial. Dari sisi dampak ekologi, investasi pariwisata yang masif pada kawasan konservasi di Afrika telah memicu kerusakan habitat alami satwa dan vegetasi setempat. Di mana semakin sempitnya ruang migrasi alami satwa, karena adanya peningkatan tajam jumlah penginapan wisatawan di kawasan konservasi. Dalam jurnal Tropical Convervation Science (2010), bahwa pembangunan hotel-hotel berbintang lima dalam kawasan Taman Nasional Serengeti di Tanzania serta pembangunan bandara tepat di bagian barat kawasan konservasi itu berdampak buruk bagi keutuhan ekologi setempat. Atraksi wisata eksklusif juga menambah parah keadaan dengan menyebabkan penurunan jumlah satwa. Selain kerusakan ekologi, investasi pariwisata dalam kawasan konservasi di Afrika menjadi akar utama dari kemiskinan warga sekitar. Seperti di negara negara bagian Afrika Timur, perluasan area kawasan konservasi untuk mendukung bisnis ekoturisme telah merampas lahan pengembalaan ternak sebagai penopang utama ekonomi masyarakat sekitar.
Keindahan Pulau Komodo yang harus dijaga dan dilestarikan. Sumber : Unsplash
Pembangunan rest area di kawasan Taman Nasional komodo akan sangat berbahaya bagi keberlanjutan satwa komodo ke depan. Karena itu, warga terus mendesak agar pemerintah segera mencabut izin perusahaan serta mendesak KLHK untuk mencabut regulasi yang menjadi dasar bagi perusahaan swasta untuk berinvestasi di kawasan Taman Nasional komodo. Kelestarian komodo adalah faktor kunci dibalik terus meningkatnya kunjungan wisatawan ke Labuan Bajo dalam beberapa tahun terakhir. Kawasan Taman Nasional Komodo menjadi sangat penting bagi masyarakat sekitar yang bermata pencaharian sebagai nelayan. Karena digunakan sebagai lahan area tangkapan ikan. Dengan demikian, langkah pemerintah tersebut semakin memberi ruang bagi investasi pariwisata dalam kawasan Taman Nasional Komodo bukan tak mungkin akan semakin mempersempit ruang tangkapan ikan dari warga setempat.
ADVERTISEMENT
Ironi ketika kebijakan pariwisata premium Taman Nasional Komodo alih alih akan menyejahterakan rakyat justru menghadirkan watak kapitalisme pembangunan melalui upaya privatisasi aset publik yang sangat berbahaya bagi keberlangsungan ekosistem dan memperparah ketidakadilan sosial. Belajar dari apa yang sudah terjadi di Afrika, benar jika banyak element dalam masyarakat menolak untuk pembangunan di Taman Nasional Komodo. Karena lebih baik mencegah dari pada harus menanggung beban untuk mengembalikan kawasan yang telah rusak.