Pengaruh Tayangan Sinetron terhadap Kehidupan Sosial

Reynaldo Dion
// HR PT. Cakra Guna Cipta bukan penulis, dan penikmat musik underground
Konten dari Pengguna
28 Juli 2021 11:48 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Reynaldo Dion tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Semakin banyaknya tayangan pada televisi khususnya sinetron indonesia yang mempertontonkan adegan kekerasan secara verbal maupun fisik, membuat banyak masyarakat resah akan adanya. Ditambah semakin mudahnya akses internet pada zaman sekarang memberikan banyak kemudahan kepada generasi muda untuk mendapatkan tontonan yang baik maupun buruk. Apakah dengan seringnya seseorang menonton tayangan sinetron Indonesia pada saat ini dapat mempengaruhi kehidupan sosial mereka.
Televisi akan tetap menjadi favorit bagi masyarakat untuk mencari hiburan. https://unsplash.com/photos/ZLqk2cZ_HUY
Berbeda dengan sinetron pada zaman sekarang, ditayangkan setiap hari dengan durasi yang cukup lama serta jumlah episode hingga lebih dari 300. Pada Era Millenium yang ditandai dengan pergantian tahun 1999 ke 2000 menjadi puncak bagi dunia sinetron. Karena pada era ini di Indonesia memiliki banyak tema sinetron seperti religi, komedi, horor, dewasa, remaja, hingga anak–anak.
ADVERTISEMENT
Penggambaran dua tokoh yang berlebihan tersebut menjadi panduan untuk produser sinetron pada zaman sekarang. Hal itu sangat relevan jika membandingkan sinetron zaman dulu dengan sekarang. Walaupun pada sinetron zaman sekarang sudah menghilangkan adegan kekerasan secara fisik.
Misalnya sebuah sinetron drama dewasa dengan tema cinta, yang seharusnya memberikan alur cerita yang menyayat hati atau sedih justru menampilkan perilaku dari pemeran antagonis yang berlebihan seperti mencaci maki, menghina, ataupun memberikan penggambaran perilaku negatif lainnya. Sedangkan tokoh protagonis terlihat selalu menangis, dihina, dan tidak berdaya. Secara nalar kita mengetahui bahwa perbuatan tersebut tidak benar, tetapi mengapa sinetron indonesia sering menampilkan hal tersebut. Dengan jumlah episode yang banyak dan penayangan hampir setiap hari membuat hal seharusnya tidak boleh untuk ditiru malah masuk ke dalam alam bawah sadar tanpa kita sadari. Penampilan hal–hal fiksi juga membuat peminat tayangan sinetron di Indonesia menjadi meningkat. Para pihak produksi sinetron seperti ingin menanamkan suatu “mimpi–mimpi” keberuntungan, dan suatu takdir yang khayal. Seakan akan masyarakat dibawa ke dalam “dunia mimpi” dan nantinya takut dengan kenyataan yang ada.
ADVERTISEMENT
Sedikitnya peran orang tua untuk mencegah anak–anak menonton tayangan tersebut membuat mereka menjadi suka dengan sinetron yang bukan ditujukan untuk anak anak. Secara harfiah anak lebih banyak meniru daripada mendengarkan, dan juga belum mengetahui benar atau salah. Seringnya anak menonton tayangan pada sinetron menyebabkan agresivitas pada anak menjadi meningkat dan tidak dapat mengontrolnya. Seperti halnya tayangan sinetron yang menampilkan tindakan penindasan yang terlihat keren di pikiran anak anak, menyebabkan anak anak ingin mempraktikkan hal tersebut pada temannya.Bisa jadi meningkatnya kasus penindasan di Indonesia disebabkan oleh tayangan sinetron yang sering ditayangkan pada layar kaca setiap harinya.
Dengan adanya media sosial kita bisa melakukan penindasan kepada orang yang dikenal maupun tidak mengenalnya sama sekali. Efeknya juga bisa mengurangi tata krama kepada orang yang lebih tua. Di sini peran orang tua atau keluarga sangat penting dalam mengontrol agresivitas anak. Sebagai orang tua harus bisa menjadi role mode yang baik agar ke depannya sang anak menjadi generasi yang lebih baik. Bentuk kontrol bisa diajarkan oleh orang tua dimulai dari mengajarkan mana suatu hal yang baik dan buruk pada kehidupan bersosial melalui pendidikan agama sejak dini.
Ilustrasi menonton film di rumah. Foto: Kemenparekraf
Dengan berkembangnya usia maka tingkat agresivitas seseorang juga ikut berkembang.Pentingnya seseorang untuk mengetahui agresivitas agar dapat menyadari dan mengembangkan nalar guna menjadi pribadi yang lebih baik dalam melakukan kehidupan sosial. Semakin menurunnya tingkat agresivitas seseorang maka bisa dikatakan tingkat intelegensi akan meningkat. Cara yang tepat dalam mengendalikan agresivitas dalam kehidupan sosial pada saat ini adalah harus mengetahui dasar mana sesuatu yang benar dan salah. Karena seseorang akan bertanggung jawab dengan apa yang dilakukan jika mengetahui benar dan salah dalam kehidupan sosial saat ini.
ADVERTISEMENT