Konten dari Pengguna

Masyarakat Awam Harus Tahu, Tidak Semua Nakes Berpakaian Putih adalah Dokter

Reyne Raea
Momblogger Surabaya yang aktif menulis di blog reyneraea.com, parentingbyrey.com dan blognyarey.com
2 Maret 2023 6:55 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Reyne Raea tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Masalah dokter dan perawat ini muncul, ketika beberapa waktu lalu, ibu mertua saya yang telah berusia 71 tahun jatuh sakit.
ADVERTISEMENT
Beliau tiba-tiba saja terjatuh lemas tak berdaya, seolah seluruh tulangnya tak mampu menopang tubuhnya.
Photo by Ani Kolleshi on Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Photo by Ani Kolleshi on Unsplash
Bahkan untuk bergerakpun sulit, berbicara, apalagi.
Sontak saja anak-anaknya panik, segera ibu dibawa ke sebuah klinik untuk pemeriksaan dan penanganan dengan benar.
Namun ternyata, di klinik tersebut, ibu mertua tidak mendapatkan penanganan yang memuaskan, khususnya buat keluarga.
Jadilah, anak-anaknya berpikir untuk membawa ibu ke rumah sakit yang lebih besar. Kebetulan, beberapa tahun sebelum pandemi, ibu pernah beberapa kali rawat inap di sebuah rumah sakit pemerintah di Surabaya dengan menggunakan BPJS. Dan kala itu baik ibu sebagai pasien, maupun keluarga, puas dengan pelayanannya.
Karenanya, saat itu terpikirkan untuk membawa ibu ke RS tersebut. Namun ternyata, sejak pandemi pihak rumah sakit memberlakukan beberapa peraturan buat pasien yang datang ke RS. Salah satunya harus masuk ruang isolasi terlebih dahulu.
ADVERTISEMENT
Bapak mertua keberatan dengan hal itu, karena ditakutkan kondisi psikolog ibu makin down jika harus ditinggal seorang diri di rumah sakit.
Jadilah ibu dibawa pulang kembali ke rumah, dan saat itulah keluarga mendapatkan rekomendasi jasa rawat jalan, yang katanya diberikan oleh seorang dokter, yang terbiasa menangani para lansia dengan rawat jalan atau home care.

Menggunakan Jasa Layanan Dokter Home Care Rekomendasi Kenalan

Tidak berpikir panjang, keluarga langsung menghubungi 'dokter' yang dimaksud. Dan tak lama kemudian sang 'dokter' datang, memeriksa ibu, dan memutuskan untuk memasang beberapa alat kesehatan, seperti infus dan selang untuk makan (sonde atau Nasogastric Tube / NGT).
Sang 'dokter' juga memberikan obat yang diresepkan sendiri buat ibu, obat dan semua alatpun disiapkan oleh ybs.
ADVERTISEMENT
Dengan kata lain, keluarga hanya perlu membayar sejumlah uang, dan semua obat, alat serta layanan kunjungan akan diberikan sang 'dokter'.
Bukan hanya itu, 'dokter' tersebut juga mengajari keluarga bagaimana cara merawat ibu dengan baik. Cara menyuntikan makanan, obat, minuman melalui sonde, serta cara mengganti botol infus jika sudah habis.
Keluarga jadi bernafas lega, karena merasa ibu telah aman ditangani seorang dokter.

Kecurigaan Atas Kinerja Sebagai Dokter

Semuanya berjalan lancar, sampai saya berkesempatan menjenguk ibu mertua di rumahnya.
Ketika melihat di kamar ibu, ada obat tapi tidak ada lembar resep. Ditambah keluarga yang bete menunggu janji kunjungan sang 'dokter' yang ternyata molor terus.
Saya bertanya, apakah sang 'dokter' tersebut memberikan ibu obat, ketika dia berkunjung?
ADVERTISEMENT
Kata keluarga, iya.
Lalu, saya mulai memikirkan, bagaimana dosis obat pemberian si dokter bisa merata, jika kunjungannya molor melulu?
Saya mulai bertanya nama dokter tersebut, seharusnya di masa sekarang, hampir semua dokter punya data yang terekam di internet kan?
Tapi karena namanya lumayan pasaran, saya putuskan mencari tahu dengan menggunakan nomor ponselnya aplikasi Get Contact.
Dan ketemu, ternyata dia bukanlah seorang dokter, melainkan seorang perawat, yang bertugas di sebuah rumah sakit pemerintah, di bagian perawatan lansia.

Minimnya Pengetahuan Masyarakat Tentang Perbedaan Dokter dan Perawat

Sebenarnya, si perawat tersebut sama sekali tidak pernah mengenalkan dirinya sebagai dokter.
Hanya saja keluarga yang menyimpulkan sendiri, karena pertama, rekomendasi dari kenalan mengatakan kalau dia adalah dokter.
ADVERTISEMENT
Kedua, perawat tersebut diam saja ketika dipanggil 'Dok', dan ketiga perawat tersebut pernah datang dengan mengenakan pakaian dinas berwarna putih.
saya jadi mengerti, dari mana asal mula segala kesalah pahaman tersebut. Tiada lain karena 'pakaian putih' si perawat.
Saya tidak tahu pasti kalau di rumah sakit ya, tapi di puskesmas dekat rumah orang tua saya, biasanya pakaian dokter dan perawat memang mirip, sama-sama pakaian putih.
Yang membedakan hanyalah 'tag name'nya saja.
Dan hal inilah yang sering bikin masyarakat awam salah kaprah. Terutama untuk masyarakat yang memang awam banget masalah kesehatan.
Padahal, jasa dokter dan perawat itu beda. Dokter memang biasanya lebih mahal, tapi mereka punya pengetahuan lebih dalam mendiagnosa seorang pasien.
ADVERTISEMENT
Dan saran saya sih, akan lebih aman jika memilih jasa layanan medical home care, dari yang memang terdaftar serta legal.
Dengan demikian, kinerja tenaga kesehatan yang diberikan tentunya lebih terpercaya dan bertanggung jawab.