Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Social Media Influencer dan Kebiasaan Berbahasa
29 Juni 2022 10:14 WIB
Tulisan dari Reza Novarizal tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Perkembangan informasi dan teknologi yang semakin pesat berdampak pada meningkatnya pengguna media sosial di Indonesia. Menurut survei yang diadakan oleh Hootsuite pada januari 2021, dari total jumlah penduduk sebanyak 274,9 juta jiwa, jumlah pengguna aktif media sosial di Indonesia mencapai angka 170 juta pengguna, ini berarti 61,8% dari total populasi Indonesia aktif menggunakan media sosial.
ADVERTISEMENT
Penggunaan media sosial yang begitu besar ini memicu lahirnya gaya hidup baru di masyarakat. Salah satu fenomena yang muncul dari maraknya penggunaan media sosial adalah lahirnya orang-orang yang disebut sebagai influencer.
Mendengar kata influencer mungkin sudah tidak terasa asing bagi kita saat ini. Influencer berasal dari bahasa inggris influence yang berarti pengaruh, dengan begitu influencer dapat diartikan sebagai seseorang yang memiliki pengaruh. Sedangkan menurut Hariyanti & Wirapraja (2018), influencer adalah seseorang dalam media sosial yang memiliki jumlah pengikut yang banyak, dan dapat memengaruhi pola perilaku para pengikutnya.
Lalu, apa hubungan influencer dengan kebiasaan berbahasa?
Menurut kajian psikolinguistik, lingkungan sosial menjadi salah satu faktor eksternal yang berpengaruh terhadap kemampuan berbahasa. Penggunaan bahasa dalam berkomunikasi, harus memperhatikan seperangkat aturan pragmatik: dengan siapa kita berbicara, dalam konteks apa, dan adakah seperangkat norma yang harus diperhatikan. Batas dan aturan-aturan ini menjadi tidak jelas di dalam dunia digital karena tidak adanya interaksi nyata antara penutur (dalam konteks ini adalah influencer), dengan reseptor (audiens).
ADVERTISEMENT
Influencer dalam kegiatannya, membangun komunitas lewat cara menyajikan konten-konten untuk dinikmati para pengikut nya yang mayoritas berasal dari kalangan anak-anak dan remaja. Jenis dan penyampaian konten nya pun beragam, mulai dari teks, gambar, hingga video dengan mayoritas konten diunggah pada platform Facebook, Twitter, Instagram, Tiktok, dan YouTube.
Oleh karena eksistensi seorang influencer berbanding lurus dengan jumlah pengikut nya, maka konten akan dikemas semenarik mungkin untuk menarik minat orang-orang yang melihat konten tersebut. Maka tidak jarang penggunaan bahasa modifikasi atau lebih sering disebut sebagai bahasa gaul ditemui dalam konten-konten ini. Sehingga bisa dikatakan influencer menjadi salah satu agen penyebaran bahasa gaul yang begitu besar.
Ditinjau dari aspek bahasa, mayoritas influencer menggunakan Monoftongisasi, Metatesis, pengurangan dan perubahan fonem, juga code-mix, dalam konten nya. Kata-kata gaul seperti: ya guys ya, kuy, takis, gils, dan sabi, literally, relate sering dijumpai di dalam konten-konten yang dibuat dan menjadi tren di kalangan anak-anak dan remaja dalam berbahasa.
ADVERTISEMENT
Penggunaan bahasa tidak baku ini, baik dalam bentuk konten maupun dalam interaksi antara influencer dengan pengikutnya, secara kontinu akan menimbulkan kebiasaan menggunakan kata-kata tidak baku dalam berbahasa. Terlebih lagi, tidak jelasnya aturan pragmatik dalam interaksi maya, membuat tidak sedikit anak-anak dan remaja menggunakan kata-kata tersebut ketika berkomunikasi dengan seseorang yang lebih tua.
Kebiasaan ini dapat menimbulkan beberapa dampak dalam berbahasa, antara lain:
Kesimpulannya, disadari atau tidak kehadiran influencer dapat memberikan pengaruh pada kebiasaan berbahasa pengikutnya. Oleh karena itu, hendaknya kita memberikan pajanan kebahasaan yang memadai kepada anak-anak dan remaja, agar mereka menguasai bahasa Indonesia dengan baik. Selain itu, diharapkan juga influencer dengan segala pengaruh nya dapat memberikan pemahaman dan contoh penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar kepada para pengikutnya, agar terjaga kelestarian bahasa nasional kita bahasa Indonesia.
ADVERTISEMENT