Konten dari Pengguna

Transformasi Diplomasi Indonesia di Tengah Era Artificial Intelligence

Rezha Wanggai
Indonesian Diplomat from Papua, member of Sesdilu 7A9OAN #travel #food #family
4 November 2025 7:30 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-circle
more-vertical
Kiriman Pengguna
Transformasi Diplomasi Indonesia di Tengah Era Artificial Intelligence
Membedah transformasi diplomasi Indonesia di tengah era AI
Rezha Wanggai
Tulisan dari Rezha Wanggai tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Di tengah turbulensi geopolitik dan kompleksitas isu global saat ini, peran diplomasi dituntut untuk berevolusi. Kehadiran Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence/AI) bukan lagi sekedar inovasi teknologi, melainkan sebuah instrumen baru yang mengubah proses analisis dan perumusan kebijakan luar negeri. AI kini menjadi perangkat yang berperan penting dalam dunia diplomasi yang menuntut kecepatan dan akurasi tinggi di tengah derasnya arus informasi, ancaman disinformasi, serta kebutuhan mengolah big data guna memahami dinamika global. Dalam konteks ini, AI menawarkan keunggulan komparatif melalui analisis prediktif, pemetaan sentimen publik secara real-time, serta penyiapan SDM yang adaptif.
ADVERTISEMENT
Menghadapi perkembangan ini, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) telah mengintegrasikan teknologi AI dalam agenda strategis, sebagai perangkat penting yang mendukung kinerja para diplomat. Secara umum, langkah ini diawali dengan penetapan kerangka regulasi melalui Peraturan Menteri Luar Negeri Nomor 10 Tahun 2018 tentang Pengelolaan Media Digital Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia, yang menjadi payung hukum bagi modernisasi operasional dan pengintegrasian teknologi.
Pemanfaatan AI di Kemlu telah diimplementasikan dalam aspek pelindungan warga negara. Salah satu bukti nyata yaitu peluncuran chatbot SARI atau Sahabat Artifisial Migran Indonesia yang didukung oleh UN Women. SARI merupakan salah satu fitur yang tersedia dalam aplikasi Safe Travel, memastikan layanan informasi konsuler dan pelindungan WNI/PMI (Pekerja Migran Indonesia) tersedia secara otomatis, cepat, dan 24 jam. Fitur ini mendukung peningkatan kecepatan respons terhadap PMI yang berada di luar negeri.
Audio Visual Kemlu RI / Abi
Dari segi analisis informasi, Kemlu telah membentuk Digital Command Center (DCC). Unit ini terintegrasi dengan big data system dan media analytical tool, yang berfungsi untuk analisis sentimen publik dari berbagai kanal digital dan monitor informasi global secara real-time. Keberadaan DCC menunjang pengambilan keputusan di Kemlu yang lebih cepat dan terukur, sejalan dengan kebutuhan diplomasi yang data-driven.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Kemlu juga memanfaatkan AI untuk mendukung peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM). Penyusunan modul-modul pembelajaran pada Learning Management System (LMS) yang dikelola oleh Pusdiklat Kemlu telah menggunakan aplikasi berbasis AI generatif, menampilkan berbagai substansi dan keterampilan yang wajib dimiliki oleh diplomat, dengan kemasan variatif dan modern.
Guna memanfaatkan AI secara lebih implementatif dan mendalam, Kemlu perlu menginisiasi pembentukan sebuah platform Country Data Repository. Platform ini dapat berfungsi sebagai gudang data terpadu mengenai hubungan bilateral RI dengan negara-negara mitra—mencakup data ekonomi, sosial, dan politik. Ketersediaan data yang terstruktur dan lengkap dapat memperkuat proses analisis prediktif yang presisi, mendukung diplomasi ekonomi, mitigasi risiko, dan formulasi strategi yang lebih akurat.
Namun, integrasi AI dalam diplomasi Indonesia tidak terlepas dari tantangan. Selain tantangan pada kualitas SDM dan infrastruktur digital, tantangan lainnya yang krusial adalah integritas dan keamanan data serta informasi. Sensitivitas data dan pemanfaatan AI membutuhkan perlindungan siber yang tidak main-main. Kemlu harus menjadikan ini sebagai prioritas utama dalam menjaga kerahasiaan data dan informasi dari ancaman kebocoran dan manipulasi, serta memastikan tidak dimanfaatkan sebagai backdoor bagi kepentingan asing.
ADVERTISEMENT
Pada prinsipnya, AI sejatinya adalah perangkat untuk mengoptimalkan efisiensi, bukan menggantikan substansi diplomasi. Ia merupakan katalis untuk menjadikan diplomat sebagai pengambil keputusan strategis yang augmented; manusia yang didukung oleh analisis cerdas buatan. Melalui partisipasi aktif dalam pembentukan tata kelola dan etika AI global di berbagai forum internasional, Kemlu dapat memfasilitasi penyelarasan strategi nasional tentang penggunaan AI guna mendukung pencapaian visi Indonesia Emas 2045 yang berlandaskan inovasi teknologi.