Konten dari Pengguna

Eling lan Waspodo

Rezza Ardianto
Mahasiswa Teknik Mesin Universitas Krisnadwipayana Jakarta
19 Agustus 2022 20:34 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rezza Ardianto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber www.pexel.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber www.pexel.com
ADVERTISEMENT
Berita atas kasus pembunuhan Brigadir J masih menjadi trending topic di media massa. Apalagi setelah Polri mengumumkan bertambahnya 1 tersangka baru yang tak lain adalah istri sang Jenderal. Dengan ini total 5 pelaku yang telah ditetapkan menjadi tersangka. Mereka adalah Irjen FS Selaku otak pembunuhan, Bharada E sebagai eksekutor penembak, Brigadir RR dan KM yang turut membantu dalam penembakan, serta yang terbaru PC selaku istri Irjen FS.
ADVERTISEMENT
Dalam dakwaannya para tersangka di jerat pasal pembunuhan berencana dengan ancaman hukuman mati atau penjara seumur hidup. Berkaca dari kasus ini, menjadikan kita mengingat akan sebuah filosofi hidup bahwasanya “Roda itu Berputar” terkadang di atas terkadang di bawah. Hal ini merujuk dari bagaimana polisi yang biasanya menindak kali ini menjadi yang di tindak. Tak tanggung-tanggung sang Jenderal bintang dua yang kali ini menjadi aktor utamanya.
Jika kita telisik kebelakang, ada sebuah fakta menarik terkait jenjang karier sang Jenderal. Hal ini tidak terlepas dari nama Brigjen Krisna Murti yang ikut menjadi sorotan. Sebelum menjadi Jenderal bintang dua, Irjen FS diketahui pernah menjadi bawahan dari Brigjen Krisna Murti tepatnya di tahun 2015. Saat Brigjen Krisna Murti menjabat sebagai Direskrimum Polda Metro Jaya, saat itu FS menjadi wakilnya.
ADVERTISEMENT
Siapa yang menyangka, jika seseorang yang dulunya menjadi bawahan kini memiliki jenjang karier yang mentereng hingga pangkatnya melampaui atasan terdahulunya. Irjen FS adalah Jenderal bintang dua sedangkan mantan atasannya Brigjen Krisna Murti kini berpangkat Jenderal bintang satu. Sebuah arti dari definisi “Roda di Atas”.
Namun siapa yang mengira, jika roda yang yang dulunya di atas akan secepat itu berada di bawah. Sang Jenderal bintang dua yang sudah memiliki segala yang diinginkan manusia mulai dari kekayaan, kekuasaan dan kemapanan kini terancam hukuman mati dan meninggalkan nikmat yang selama ini dirasakannya. Karena menjadi otak sekaligus pelaku pembunuhan terhadap ajudannya sendiri Brigadir J.
Dari hal tersebut kita dapat belajar bahwa tidak ada yang mengetahui jalan hidup manusia. Terkadang manusia kehilangan kontrol atas dirinya. Namun yang jelas, tetaplah menjadi manusia yang memanusiakan manusia, mengedepankan akal dan berpegang teguh pada keimanan. Selalu “Eling lan Waspodo” jika bertindak, karena "Becik ketitik, ala ketara" Perbuatan baik akan selalu dikenali, dan perbuatan buruk nantinya juga akan diketahui.
ADVERTISEMENT
Turut berbela sungkawa atas kematian Brigadir J, semoga Almarhum di tempatkan di tempat terbaik di sisi-Nya dan keluarga yang di tinggalkan di berikan ketabahan. Aamiin
Rezza Ardianto