Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Hal Kecil yang Seringkali Diabaikan Padahal Berdampak Besar Bagi Kualitas Kita
28 Agustus 2023 6:44 WIB
Tulisan dari Rezza Ardianto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Setiap bulan Agustus selalu menjadi bulan yang spesial, karena dibulan ini selalu diperingati sebagai bulan kemerdekaan Indonesia. Setiap sudut jalan dipenuhi dengan ornamen-ornamen bernuansa merah putih, entah itu di tingkat kota maupun tingkat desa semuanya tampak antusias.
ADVERTISEMENT
Di tahun ini negara kita tecinta memasuki 78 tahun kemerdekaannya. Sejak zaman kepresidenan Soekarno hingga sekarang di tangan Jokowi, Indonesia telah mengalami transformasi banyak hal, baik segi teknologi maupun infrastrukturnya.
Namun demikian negara ini masih di kategorikan sebagai negara berkembang, padahal secara geografis negara ini memiliki luas wilayah yang terbentang luas dari Sabang sampai Merauke yang tentunya diikuti dengan sumber daya alam dan manusianya yang melimpah.
Melihat bagaimana Singapura yang mana wilayahnya hanya 721,5 km yang berbeda tipis dengan DKI Jakarta yang hanya 661,5 km, nyatanya mampu menjadikannya sebagai negara maju. Apalagi dengan hanya berpenduduk 5,61 juta jiwa di tahun 2016.
Berbicara mengenai jumlah penduduk, tak terlepas dari sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Kita sendiri menyadari bahwa aset terbesar bagi bangsa ini adalah sumber daya manusianya. Jika SDM nya berkualitas maka menjadi negara maju bukanlah sebuah kemustahilan.
ADVERTISEMENT
Menjadi warga negara Indonesia tentu menjadi kebanggaan tersendiri, keramah tamahan warganya, sikap gotong royongnya dan semangat patriotismenya tak perlu diragukan lagi. Namun kita juga menyadari bahwa itu saja tidak cukup. Kualitas dari SDM kita masih belum optimal.
Seringkali timbul pertanyaan dalam diri ini mungkin nggak sih Indonesia bisa menjadi negara maju, dan kira-kira kapan itu terjadi? Jawaban sederhananya adalah mungkin, adapun yang jadi persoalan adalah masalah kapan waktunya.
Ketika saya memikirkan bahwa sumber daya manusia kita akan melakukan hal-hal besar, selalu terlintas bahwa hal-hal kecil saja sering kita abaikan. Mungkin kebanyakan dari kita menganggap bahwa itu hanyalah masalah kecil. Namun demikian, jika hal-hal kecil saja sering kita abaikan, lantas bagaimana kita akan melakukan hal-hal yang lebih besar? Dan pertanyaan kapan negara kita menjadi negara maju akan semakin menganga lebar.
ADVERTISEMENT
Beriku ini adalah hal-hal kecil yang sering kita abaikan dan akan berdampak besar bagi kualitas sumber daya manusianya :
Buang Sampah Sembarangan
Masalah sampah menjadi persoalan penting, seringkali kita menjumpai ketika bepergian entah itu ke pantai, naik gunung atau sekedar bersepada santai mendapati sampah ada dimana-mana, khususnya sampah plastik. Sikap masyarakat kita yang menjadikan buang sampah pada tempatnya sebagai pilihan bukan kewajiban menjadikan kesadaran akan pentingnya buang sampah pada tempatnya rendah.
Contohnya adalah sisa puntung rokok. Membuang sisa puntung rokok disembarang tempat sudah menjadi kejadian yang lumrah di masyarakat kita. Padahal jika kita membayangkan andai setengah dari jumlah penduduk kita melakukannya setiap hari tak terbayangkan berapa banyak sampah yang berceceran di seantero negeri ini.
ADVERTISEMENT
Puntung rokok adalah salah satu dari sampah yang masa terurainya sangat lama, dan tentu kita tidak ingin mewariskan hal ini kepada anak cucu kita nanti. Belum lagi masalah buang sampah tidak pada tempatnya, tidak sedikit tong sampah organik seringkali kita jumpai berisi botol plastik.
Kita bisa mencontoh negara maju seperti Korea Selatan, yang mana ini dialami oleh teman saya sendiri yang harus kehilangan beberapa ribu Won hanya karena salah memilah botol plastik ke kantong sampah organik.
Disiplin Waktu
Di lingkungan kita terkenal dengan istilah ngaret, yang merujuk pada kebiasaan seseorang telat menghadiri pertemuan ataupun acara. Ngaret bahkan sudah seperi budaya dikalangan masyarakat kita. Janjian jam 8 dan baru datang jam 9 adalah hal yang sering kita jumpai.
ADVERTISEMENT
Orang yang dengan prinsip disiplin waktu yang rendah cenderung akan menyepelekan waktu setiap saat. Perilaku seperti ini tentu akan berdampak bagi kulitas seseorang, apalagi ketika terjun di dunia kerja yang mewajibkan tingkat kedisiplinan waktu tinggi.
Ingat dengan pelatih timnas sepakbola Indonesia Shin Tae Yong, disiplin waktu yang tinggi di Korea Selatan membuat pelatih yang akrab disapa STY ini pun heran dan terkaget-kaget dengan sikap pemain yang telat datang ke tempat latihan.
Pelanggaran Lalu Lintas
Di daerah Jabodetabek lampu lalu lintas telah kehilangan harga dirinya. Lampu merah yang seharusnya mewajibkan pengendara berhenti, nyatanya sering tak dihiraukan oleh pengendara terkhusus bila tak ada polisi.
Padahal adanya lampu lalu lalu lintas bukan hanya sekedar mengatur ketertiban, melainkan juga keselamatan pengendara. Masyarakat seolah-olah tak peduli dengan faktor keselamatan sendiri maupun orang lain.
ADVERTISEMENT
Kasus beberapa hari yang lalu dimana 7 pemotor tertabrak truk karena melawan arah adalah salah satu bentuk dari kurangnya kesadaran akan pentingnya menaati peraturan lalu lintas.
Rendahnya Literasi
Ketika saya sedang berkunjung ke salah satu butik di daerah Bekasi, kebetulan butik tersebut berada di ruko yang berjejer dengan jasa ekspedisi barang. Saat itu tidak sedikit orang yang salah masuk ke butik tersebut dengan tujuan untuk mengirim barang. Padahal sudah sangat jelas terpampang papan nama di depan dengan tulisan Butik Baju Solo.
Hal ini tidak bisa dipungkiri karena memang mayoritas dari kita malas untuk membaca. Kegiatan literasi pagi sesaat sebelum dimulainya kegiatan sekolah dulu, lama kelamaan menghilang dan ditinggalkan.
Berdasarkan survei PISA pada tahun 2018 Indonesia menduduki peringkat 6 dari bawah dari total 76 peringkat negara dengan literasi tertinggi di dunia. Ini menjadi ironi mengingat membaca adalah salah satu pondasi untuk menciptakan kualitas SDM yang terbaik.
ADVERTISEMENT
Karena dengan literasi tinggi akan bisa melahirkan manusia yang bisa berinovasi dan berdaya saing tinggi. Dan dengan kurangnya literasi tentu akan sulit menciptakan SDM yang inovatif serta kompetitif.
Itu tadi adalah hal-hal kecil yang seringkali kita abaikan padahal berdampak besar terhadap kualitas kita. Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk terbanyak nomer 4 di dunia. Selain itu di tahun 2045 nanti Indonesia diprediksi akan mengalami bonus demografi. Bonus demografi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan penduduk usia produktif berkisar antara 16 hingga 65 tahun dan diikuti dengan menurunnya angka kelahiran serta kematian.
Tentunya masa seperti ini harus dimaksimalkan dan dimanfaatkan sebaik mungkin demi tercapainya Indonesia emas di tahun 2045 dengan mengoptimalkan kualitas sumber daya manusianya yang terbaik, dan tentunya kita sebagai putera-puteri terbaik bangsa bisa memulainya dari hal-hal kecil dan sederhana yang ada disekitar kita.
ADVERTISEMENT
Kesejahteraan masyarakat yang terjamin, tingkat kemiskinan yang rendah, lapangan pekerjaan yang tersedia dan kesehatan serta pendidikan yang mudah diakses oleh siapapun adalah harapan dan cita-cita bagi kita semua untuk menjadikan negara Indonesia maju, yang bukan hanya sekedar kata tapi menjadi nyata.
Rezza Ardianto