Konten dari Pengguna

Sebuah Ikhtiar

Rezza Ardianto
Mahasiswa Teknik Mesin Universitas Krisnadwipayana Jakarta
21 Oktober 2022 20:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rezza Ardianto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber Pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber Pixabay.com
ADVERTISEMENT
Tidak terasa kurang dari 3 bulan akan memasuki tahun 2023, Padahal rasanya baru kemarin tagar Happy New Year menghiasi media sosial. Tidak terasa juga sebentar lagi piala dunia sepakbola akan segera diselenggarakan. Baru kemarin juga rasanya N’golo Kante mengangkat trofi emas berbentuk bola dunia. Mungkin ini yang orang katakan bahwa waktu berjalan begitu cepat.
ADVERTISEMENT
Piala Dunia adalah ajang sepakbola yang diselenggarakan 4 tahun sekali. Ini menjadi turnamen paling prestisius yang dinantikan seluruh penikmat sepakbola. Banyak negara yang berjuang keras agar bisa memenangkan kejuaraan ini. Bahkan Lionel Messi rela menukar seluruh penghargaan yang pernah ia raih hanya demi membawa pulang trofi ini ke negaranya.
Jika berbicara mengenai sepakbola, tentunya kita masih teringat mengenai sebuah luka yang mana luka itu belum sepenuhnya kering, ya tragedi Kanjuruhan. Di mana saat itu sebanyak 133 orang meninggal dunia. Kejadian bermula dari suporter tuan rumah yang tidak terima tim yang mereka dukung mengalami kekalahan. Para suporter menerobos masuk ke lapangan, melakukan tindakan anarkis dan pada akhirnya menyebabkan kericuhan.
Polisi yang bertugas mengamankan mengambil tindakan dengan menembakkan gas air mata ke arah penonton. Menyebabkan suporter panik, sesak nafas dan berhimpitan di tempat yang sama, hal ini juga diperparah dengan jumlah penonton yang melebihi kapasitas stadion hingga menelan banyak korban jiwa. 90 menit yang harusnya penuh dengan suka cita berubah menjadi duka. Sepakbola yang harusnya diselimuti kegembiraan menjadi tabir dari sebuah malapetaka.
ADVERTISEMENT
Sudah 21 hari peristiwa itu berlalu, tragedi Kanjuruhan menjadi bagian takdir yang tentunya sudah dituliskan Allah SWT 50.000 tahun yang lalu sebelum penciptaan langit dan bumi. Namun yang perlu kita semua ingat, dalam islam ada dua macam takdir. Takdir Mubram yaitu takdir yang sudah paten yang tidak bisa dirubah dengan cara apapun dan takdir Mu’allaq yaitu takdir yang bersifat kondisional yang bisa dirubah dengan ikhtiar manusia.
Meninggalnya 133 jiwa dalam tragedi Kanjuruhan menjadi salah satu takdir Mubram, karena tidak ada yang tahu kapan kematian seseorang akan tiba. Semua sudah ditetapkan oleh Allah SWT sesuai dengan ketetapannya. Sebagaimana firman Allah SWT :
ADVERTISEMENT
Sebagai seorang suporter yang harus kita lakukan adalah bersikap bijak dan menolak segala perilaku anarkisme sekalipun tim kesanyangan kita mengalami kekalahan, sebagai panitia pelaksana haruslah mengutamakan keamanan dan keselamatan saat penyelenggaraan pertandingan dari pada sekedar mencari keuntungan dan rating semata, sebagai polisi juga perlunya mengetahui aturan dan SOP yang ada, agar tidak ada lagi yang namanya pengamanan yang tidak sesuai prosedural. Bagi saya pribadi sepakbola bukan sekedar permainan, namun di dunia ini ada hal-hal yang lebih penting dari sekedar sepakbola.
Semoga tragedi Kanjuruhan menjadi kisah kelam terakhir bagi persepak bolaan Indonesia.Dan pastinya selalau ada hikmah dan pelajaran dari setiap hal yang terjadi. Dari tragedi ini semoga kedepannya tidak ada lagi yang namanya suporter masuk lapangan, tidak ada polisi yang bertindak arogan, serta tidak ada lagi penjualan tiket melebihi kapasitas stadion. Karena itu semua menjadi bagian dari ikhtiar kita dalam menyikapi takdir Mu’allaq. Dan ikhtiar kita semua untuk memajukan sepak bola Indonesia menuju arah yang lebih baik. Sebagaimana firman Allah SWT :
ADVERTISEMENT
Rezza Ardianto