Main-main ke Kampung di Prancis Timur

Rezzy Nizawati
Civil Servant - Diplomat - Sport Lover - Speaking French - Social Media Enthusiast
Konten dari Pengguna
10 November 2020 21:02 WIB
comment
33
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rezzy Nizawati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto : Koleksi Pribadi, Keluarga Begue, Vescemont, France, Desember 2015
zoom-in-whitePerbesar
Foto : Koleksi Pribadi, Keluarga Begue, Vescemont, France, Desember 2015
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Seperti biasanya, akhir tahun adalah momen yang paling ditunggu-tunggu oleh masyarakat Prancis dan eropa lainnya. Mengapa? Bulan Desember itu identik dengan liburan panjang natal dan tahun baru. Ya, semua orang merasakan kebahagian yang tak henti-hentinya. Termasuk saya, yang tidak merayakan natal, juga ikut menanti keseruan libur panjang tersebut. Banyak hal yang bisa saya jelajahi dan pelajari, tapi kali ini saya memilih untuk menjauhi sejenak keriuhan kota besar di Prancis dan lebih ingin berpetualang ke kampung-kampung dan pedalaman desa di Prancis Timur.
ADVERTISEMENT
Nama kampungnya adalah Vescemont. Letaknya tidak jauh dari perbatasan Prancis dan Swiss. Saya harus menempuh perjalanan yang cukup jauh dari tempat tinggal saya di Prancis Barat. Tidak semudah menarik garis lurus dari Barat ke Timur, melainkan saya harus mengitari setengah Prancis dengan pergi dulu ke utara kemudian turun menyelusuri perbatasan Prancis dan Swiss hingga akhirnya sampai di tempat tujuan. Selain karena memang lebih murah dibanding harus naik kereta cepat, saya ternyata lebih senang dimanjakan dengan pemandangan indah negara Prancis selama di perjalanan.
Sesampainya di salah satu kota besar di wilayah tersebut bernama Belfort, saya dijemput oleh teman Prancis yang bernama Pauline Begue. Saat itu saya tiba pukul 6 sore di sebuah halte bus, tepat waktu musim dingin di mana cuaca masih sangat gelap dan suhu sudah menunjukkan ke angka-5. Terdengar dari kejauhan, ada seseorang yang memanggil: “Coucou!”. Betul sekali, itu Pauline. Ia datang dengan mobil Peugeot keluaran terbaru. Kami langsung saling berpelukan dan cium pipi kiri dan pipi kanan ala orang Prancis (beruntungnya saat itu Corona belum datang ya).
ADVERTISEMENT
Surprise! Saya kaget setibanya di rumah Pauline yang ternyata sudah ramai dengan keluarga besarnya. Mereka sudah siap dengan makanan di atas meja, dimulai dari l’apéro (menu pembuka), menu utama, dan hidangan pencuci mulut. Mereka menyambut saya dengan hangat dan langsung mengajak saya menuju meja makan. Oh, iya, bagi budaya mereka, perayaan Natal yang sesungguhnya memang pada tanggal 24 malam dan biasanya mereka habiskan dengan makan, bernyanyi, bermain games, makan lagi, bernyanyi, bermain games, terus tak henti sampai pagi.
Keesokan paginya, saya ditantang untuk membuat makanan khas Indonesia sebagai menu sarapan mereka. Akhirnya, saya memilih untuk membuat gado-gado dengan pertimbangan makanan tersebut cukup sehat dan bahan-bahannya bisa saya temukan di kulkas Pauline. Kebetulan sekali saya juga membawa bumbu kacang instan khas Indonesia di koper travelling. Jadi, saya hanya merebus sayur-sayurannya dan menuangkan bumbu kacang tersebut di atasnya. Sebagai tambahan, saya juga menggoreng kerupuk yang saya dapatkan dari toko cina dan sedikit bawang goreng yang saya buat sendiri. Tentunya tidak memakai cabai dan bentuk sambal yang bikin pedas ya. Itulah nasihat yang diberikan kepada saya sebelum memulai memasak.
Foto : Koleksi Pribadi, Gado-Gado, Vescemont, France, Desember 2015
Rasa deg-degan bercampur aduk saat saya harus memperkenalkan menu gado-gado ini karena saya harus menjelaskan apa itu gado-gado dalam Bahasa Prancis. Saya berusaha menganalogikan gado-gado dengan salad sayuran dengan bumbu saus kacang (salade des legumes avec la sauce de cacahuètes). Dan ternyata usaha saya berhasil, mereka memahaminya.
ADVERTISEMENT
Tak menyangka juya mereka menyukai hasil buah karya saya selama 1,5 jam berjibaku berada di dapur tersebut. Pauline berkali-kali menambah porsi makannya, begitu pula dengan keluarga lainnya. “J’adore les plats indonésiens” (saya suka makanan Indonesia), kata ayah Pauline sambal menaikan jempol tangannya.
Sebagai hadiah, Pauline sekeluarga mengajak saya untuk menelusuri jalan di perkampungan Vescemont. Kami juga melihat peternakan sapi, memasuki hutan-hutan kecil, dan main di sungai yang airnya sangat bersih. Kami pun melakukan piknik kecil di sebuah ladang besar yang hijau dengan hantaran sinar matahari nan cerah. Kami tertawa dan berbagi cerita bahagia bersama. Walaupun kami berbeda secara bahasa dan budaya, tapi kami dapat disatukan dengan rasa kebersamaan dan kekeluargaan. Sungguh petualangan akhir tahun 2015 yang sangat berkesan dan akan selalu diingat sebagai salah satu kenangan terindah.
Foto : Koleksi Pribadi, Vescemont, Prancis Timur, Desember 2015