Konten dari Pengguna

Isu Kenaikan Harga Mi Instan, Dampaknya Dalam Kacamata Mikroekonomi

Rafi Alfarez
Mahasiswa Politeknik Keuangan Negara STAN
16 Agustus 2022 16:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rafi Alfarez tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber Gambar : Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Sumber Gambar : Pribadi
ADVERTISEMENT
Isu Kenaikan Harga Mi Instan
Perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina menyebabkan permasalahan secara global, terutama soal pangan. Salah satu yang terdampak adalah harga gandum yang melonjak tinggi. Pertempuran yang memanas dan terus berlanjut membuat ekspor gandum dari Ukraina dan Rusia terhambat. Indonesia sebagai salah satu negara importir gandum terbesar dari Ukraina dan Rusia tentu terkena dampaknya. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), nilai impor gandum dari Rusia dan Ukraina mengalami penurunan akibat konflik dari kedua negara tersebut.
ADVERTISEMENT
Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, mengemukakan bahwa dengan adanya perang Rusia dan Ukraina memberikan dampak terhadap harga gandum, yaitu harganya yang semakin mahal. Hal tersebut juga diperkuat dengan pernyataan Menteri Pertanian (Mentan ) Republik Indonesia, yaitu Syahrul Yasin Limpo, yang mengatakan bahwa konflik Rusia dan Ukraina menyebabkan pasokan gandum menjadi terhambat. Beliau juga mengatakan bahwa adanya lonjakan kenaikan gandum ini diprediksi akan menaikkan harga mi instan hingga 3 kali lipat. Hal tersebut menghebohkan masyarakat Indonesia, mengingat mi instan telah menjadi makan favorit hampir di semua kalangan masyarakat di Indonesia.
Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko, mengatakan bahwa kenaikan gandum tersebut bisa saja terjadi. Meskipun stok gandum masih ada, namun stok sebesar 180 juta ton belum dapat keluar dari Ukraina. Apabila harga mi instan naik hingga 3 kali lipat pada waktu dekat, lantas bagaimana dampaknya dari mikroekonomi? Simak penjelasannya berikut ini.
ADVERTISEMENT
Keseimbangan Pasar
Pembahasan ini melihat dari sisi ekonomi secara mikro dengan menggunakan asumsi ceteris paribus (factor lain yang tidak dibahas dianggap tetap). Menurut Mankiw dalam bukunya menjelaskan bahwa ekonomi mikro diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana peran individu-individu selaku pelaku ekonomi, yaitu rumah tangga dan perusahaan, dalam mengambil keputusan dan berinteraksi dalam pasar tertentu. Dalam ekonomi mikro juga dijelaskan mengenai konsep keseimbangan yang terjadi di pasar. Keseimbangan pasar timbul akibat perilaku produsen dan konsumen yang secara alamiah mengarahkan jumlah penawaran dan jumlah permintaan pada titik keseimbangan. Harga barang yang ditawarkan oleh produsen sama dengan harga barang yang diminta oleh konsumen dan jumlah barang yang ditawarkan oleh produsen sama dengan jumlah barang yang diminta produsen. Di titik inilah keseimbangan pasar terjadi.
ADVERTISEMENT
Sisi Penawaran
Dilihat dari sisi penawaran, kenaikan harga mi instan tentu akan mempengaruhi keseimbangan pasar mi instan. Apabila harga mi instan di pasaran naik dari harga keseimbangan, hal tersebut membuat jumlah barang yang ditawarkan lebih besar daripada jumlah barang yang diminta. Dengan kata lain, stok mi instan yang diproduksi oleh produsen jumlahnya makin banyak sedangkan keinginan untuk membeli dari konsumen menurun. Akibatnya, harga mi instan yang ada di pasaran naik. Hal tersebut menimbulkan kelebihan penawaran (market surplus). Dalam teori mikroekonomi, perubahan harga barang yang ditawarkan tidak menyebabkan pergeseran pada kurva penawaran, melainkan menyebabkan gerakan sepanjang kurva penawaran. Dengan asumsi ceteris paribus, apabila harga mi instan naik, maka kenaikan tersebut membuat jumlah mi instan yang ditawarkan akan meningkat.
ADVERTISEMENT
Sisi Permintaan
Dalam ekonomi, teori permintaan adalah apabila harga suatu barang naik, maka jumlah barang yang diminta oleh konsumen akan menurun. Sebaliknya, apabila harga suatu barang turun, maka maka jumlah barang yang diminta akan naik. Perubahan pada harga barang akan mempengaruhi permintaan konsumen terhadap barang tersebut. Apabila harga mi instan naik, dengan asumsi ceteris paribus, maka akan membuat pergerakan sepanjang kurva permintaan mi instan. Kurva Permintaan yang sebelumnya berada pada titik keseimbangan, akan bergerak ke sebelah kiri. Sesuai dengan teori permintaan yang telah dibahas sebelumnya, naiknya harga mi instan akan membuat barang yang diminta berkurang. Masyarakat akan cenderung mengurangi konsumsi mi instan apabila harga mi instan naik.
Penutup
Dari penjelasan di atas, apabila harga mi instan naik 3 kali lipat, maka akan memberikan dampak dari kacamata ekonomi secara mikro. Naiknya harga mi instan akan membuat turunnya keinginan untuk membeli mi instan. Hal tersebut tentunya akan mengubah keseimbangan pasar mi instan akibat adanya pergerakan di sepanjang kurva penawaran dan kurva permintaan. Pemerintah diharapkan dapat mengambil kebijakan yang terbaik untuk memberikan solusi atas isu kenaikan mi instan agar tidak merugikan konsumen maupun produsen mi instan.
ADVERTISEMENT