Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Konten dari Pengguna
Kisah tentang Wanita Pengrajin Tenun Ikat
21 Agustus 2017 9:55 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
Tulisan dari Rheevarinda Agustifany tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Beranjak dari satu rumah ke rumah lainnya saya dan tim #KumparanGetaway #17Saumlaki menemui beberapa pengrajin kain tenun ikat khas Tumbur, Maluku Tenggara Barat. Di teras rumah dengan halaman yang indah kain tenun dihasilkan. Kain tenun ikat sudah digunakan sebagai pakaian, semenjak masyarakat mulai beralih dari menggunakan kulit kayu sebagai pembungkus badan. Kini kain tenun hanya digunakan pada acara tertentu saja. Kain tenun ikat dulunya cenderung berwarna hitam atau gelap. Benangnya menggunakan serat kapas yang diambil langsung dari pohon. Motif yang banyak ditemui yakni motif bunga. Dalam membuat kain tenun ikat pengerjaannya bisa memakan waktu kurang lebih 3 minggu. Tergantung kerumitan dari motif kain yang dibuat. Disinilah saya berkenalan dengan Ka Nora, wanita pengrajin kain tenun ikat yang sudah menenun sejak kecil. Ka Nora menceritakan kesehariannya dalam membuat kain tenun untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya. Ia tak lupa memberi kenang-kenangan berupa kain tenun ikat kecil bertepatan di hari kelahiran saya. Terimakasih Mama Atha, Mama Nia dan Kaka Nora sudah sangat ramah menjamu dan mengajari kami cara menenun yang baik. Terimakasih juga untuk Telkomsel yang sudah memudahkan kami untuk saling berkomunikasi saat di Saumlaki maupun saat kami berada jauh, kami bisa mengetahui kabar dari keluarga baru kami di Saumlaki . Bangga pakai Telkomsel !
ADVERTISEMENT