Konten dari Pengguna

Perubahan Kurikulum 2013 menjadi Kurikulum Merdeka

Ria Tri Lestari
Guru di SMA Negeri 13 Jakarta
20 Desember 2022 20:37 WIB
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ria Tri Lestari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Perlukah Kurikulum 2013 digantikan dengan Kurikulum Merdeka?

ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pagelaran Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Sumber : Dokumentasi Penulis
Sebagai seorang Guru tentunya hal yang biasa mendengar perubahan kurikulum. Namun, bukan berarti dalam proses perubahannya mudah untuk diterapkan. Apalagi mengingat kurikulum 2013 yang sudah beberapa tahun berjalan, dan para Guru sudah mampu beradaptasi atau terbiasa dengan kurikulum ini. Kurikulum 2013 ini merupakan kurikulum yang sudah baik untuk diterapkan dalam proses pembelajaran. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar Dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah: “Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia”. Dalam tujuan tersebut peserta didik bukan hanya diajarkan baik dalam hal pengetahuan dan keterampilan namun juga dididik memiliki karakter yang baik, melalui 4 kompetensi yang tertuang dalam kurikulum tersebut, meliputi sosial, spiritual, pengetahuan dan keterampilan. Lantas, mengapa Kurikulum 2013 harus digantikan dengan Kurikulum Merdeka?
ADVERTISEMENT
Sebenarnya Kurikulum Merdeka ini kurang tepat dikatakan sebagai pengganti kurikulum 2013. Pasalnya, hal-hal baik yang ada dikurikulum 2013 masih dapat diaplikasikan. Dalam penerapan Kurikulum Merdeka, suatu pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik disesuaikan dengan kesiapan satuan pendidikan. Tentunya ini menjadi hal positif, karena adanya kesenjangan mutu sekolah, sehingga tidak semua sekolah memiliki input peserta didik serta sarana dan prasarana pendukung yang sama, maka tujuan pembelajaran yang akan dicapai tiap sekolah tentu berbeda. Selain itu, dalam kurikulum merdeka, pembelajaran fokus pada materi esensial sehingga Guru bisa lebih memiliki waktu untuk memfasilitasi peserta didik dalam mengembangkan kemampuan literasi dan numerasi. Guru memiliki banyak waktu untuk menentukan model, metode serta strategi pembelajaran yang sesuai peserta didik, menyusun pembelajaran yang memuat konten pembelajaran yang kontekstual dan menarik, membuat media pembelajaran inovatif yang mampu merangsang motivasi belajar peserta didik dan membuat asesmen penilaian yang mampu melatih nalar sesuai karakteristik peserta didik. Selain itu bagi peserta didik, mereka memiliki banyak waktu untuk bertanya mengenai konsep yang belum dipahami sehingga miskonsepsi diharapkan tidak terjadi.
ADVERTISEMENT
Berbeda dengan kurikulum 2013, dalam Kurikulum Merdeka sejumlah 20-30% jam pelajaran dari setiap mapel dialokasikan untuk Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Melalui pembelajaran berbasis Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dalam kurikulum merdeka, peserta didik diberi kesempatan untuk mengasah kepercayaan diri, membangun kerja sama dan tolerasi dalam mengembangkan kreativitas untuk membuat suatu karya yang inovatif. Tentunya ini adalah hal yang menarik dalam kurikulum merdeka. Peserta didik belajar tidak hanya menghafal didalam kelas, namun langsung berperan aktif mengeksplorasi isu-isu aktual dan mencari solusi dengan membuat karya bermanfaat.
Melihat banyaknya hal positif yang ditawarkan oleh kurikulum merdeka, secara tidak langsung proses pembelajaran ini sudah mempersiapkan siswa sesuai dengan Kebutuhan Pendidikan Abad 21. Jadi, apakah kurikulum 2013 perlu diganti menjadi kurikulum merdeka? Jawabannya adalah Kurikulum 2013 perlu disempurnakan menjadi Kurikulum Merdeka.
ADVERTISEMENT