Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.95.1
Konten dari Pengguna
Dinamika Pengeluaran Kesehatan di Indonesia
25 Januari 2025 18:53 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Ria Indriani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sumber daya manusia adalah modal utama dalam pembangunan suatu negara, dan salah satu cara untuk meningkatkan kualitasnya adalah melalui peningkatan kesehatan. Indonesia telah mencatat kemajuan signifikan dalam pembangunan kesehatan, yang tercermin dari peningkatan angka harapan hidup saat lahir (UHH), dari 70,20 tahun pada 2012 menjadi 71,85 tahun pada 2022. Faktor-faktor seperti pendidikan, kesejahteraan, dan pengeluaran kesehatan, baik oleh pemerintah maupun rumah tangga, berkontribusi besar terhadap peningkatan ini (BPS, 2023). Hal ini diperkuat oleh penelitian Anwar et al. (2023) yang menunjukkan bahwa pengeluaran kesehatan pemerintah memiliki dampak positif terhadap angka harapan hidup di negara-negara OECD.
ADVERTISEMENT
Pengeluaran kesehatan mencakup biaya untuk memperoleh layanan kesehatan, seperti pengobatan (kuratif), pencegahan penyakit (preventif), dan pembelian obat-obatan. Namun, lebih dari separuh pengeluaran kesehatan di Indonesia masih berasal dari kantong pribadi (Out-of-Pocket/OOP). Data BPS 2023 mencatat bahwa pada tahun 2023, sekitar 61,80 persen pengeluaran kesehatan masyarakat Indonesia dibayar secara mandiri, jauh melampaui batas maksimal 20 persen yang direkomendasikan oleh WHO. Persentase ini menunjukkan tantangan besar dalam aksesibilitas layanan kesehatan, khususnya bagi kelompok masyarakat berpenghasilan rendah.
Salah satu faktor penting yang memengaruhi pengeluaran kesehatan adalah kondisi lingkungan, terutama akses terhadap air minum layak. Persentase rumah tangga dengan akses ke sumber air minum layak berpengaruh signifikan terhadap pengeluaran kesehatan. Dengan akses air bersih yang memadai, risiko penyakit menurun sehingga kebutuhan akan pengobatan dan biaya kesehatan dapat ditekan. WHO (2023) menegaskan bahwa kualitas air minum berkorelasi negatif dengan pengeluaran kesehatan. Hal ini sejalan dengan penelitian Alzahrani et al. (2020) yang menemukan bahwa peningkatan kualitas air minum di Amerika Serikat mampu mengurangi pengeluaran kesehatan secara signifikan.
ADVERTISEMENT
Selain lingkungan, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga memengaruhi pola pengeluaran kesehatan masyarakat. Peningkatan pendapatan memungkinkan masyarakat untuk mengalokasikan dana lebih besar untuk kebutuhan kesehatan (Amru & Sihaloho, 2020). Namun, peningkatan ini juga berpotensi memicu gaya hidup tidak sehat, seperti pola makan berlebihan dan aktivitas fisik yang minim, yang dapat meningkatkan risiko penyakit kronis.
Faktor demografi, khususnya pertumbuhan populasi lansia, turut menjadi determinan utama dalam pengeluaran kesehatan. Penduduk berusia di atas 65 tahun memerlukan layanan kesehatan yang lebih intensif, sehingga pengeluaran kesehatan cenderung meningkat. Penelitian oleh Murthy & Okunade (2016) serta Lopreite & Zhu (2020) menunjukkan bahwa peningkatan populasi lansia berkontribusi signifikan terhadap kenaikan pengeluaran kesehatan.
Pulau Jawa, sebagai pusat ekonomi dan populasi terbesar di Indonesia, mencerminkan dinamika pengeluaran kesehatan nasional. Tingkat pengeluaran kesehatan yang dibayar mandiri di Pulau Jawa berada di atas rata-rata nasional, menunjukkan beban finansial yang besar bagi banyak keluarga. Keterbatasan biaya seringkali membuat mereka menunda pengobatan, sehingga memperburuk kondisi kesehatan dan menurunkan produktivitas ekonomi.
ADVERTISEMENT
Di era digital, teknologi informasi dan komunikasi (TIK) memainkan peran strategis dalam sektor kesehatan. Penelitian Shahzad et al. (2020) dan Recepoğlu et al. (2024) menunjukkan bahwa konsumsi TIK dan penggunaan energi terbarukan berdampak negatif terhadap pengeluaran kesehatan. Peningkatan akses TIK, seperti telemedicine dan aplikasi kesehatan digital, memungkinkan masyarakat untuk mendapatkan layanan kesehatan yang lebih terjangkau dan efisien, sehingga mengurangi beban pengeluaran kesehatan.
Melalui peningkatan kualitas lingkungan, adopsi teknologi digital, dan optimalisasi pengeluaran pemerintah untuk kesehatan, Indonesia memiliki peluang besar untuk menekan pengeluaran kesehatan mandiri, meningkatkan akses layanan kesehatan, dan memperbaiki kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan.
Oleh : Ria Indriani, Amrisany Sektora Daud, dan Kamareta
(Mahasiswa Politeknik Statistika STIS)