Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Perubahan Iklim Global dan El Nino-Southern Oscillation Bagi Indonesia
15 Desember 2020 16:19 WIB
Tulisan dari Fadrian Athaya Muzhaffar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Seperti yang kita ketahui secara geografis Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terletak di antara samudera Hindia dan Juga Samudera Pasifik selain itu letak Indonesia juga tepat berada di sepanjang garis ekuator. Akibatnya Indonesia menjadi sebuah negara dengan iklim tropis yang memiliki dua musim, yaitu musim hujan dan juga musim kemarau. Pada kondisi normalnya musim hujan biasa terjadi dari bulan Oktober hingga bulan April, dan kemarau akan terjadi pada bulan April hingga Oktober. Namun seiring waktu, kapan terjadinya musim tersebut semakin tidak dapat diperkirakan. Salah satunya akibat El Nino-Southern Oscillation (ENSO) atau yang lebih dikenal dari dua peristiwanya sebagai El Nino dan La Nina.
ADVERTISEMENT
Kata El Nino dan La Nina sendiri sudah tidak asing didengar di telinga kita. Namun, sebenarnya apakah peristiwa tersebut. El Nino dan La Nina merupakan suatu peristiwa dinamika laut dan atmosfer yang dapat mempengaruhi cuaca di sekitar laut pasifik, yang salah satunya adalah Indonesia. El Nino dan La Nina merupakan peristiwa penyimpangan temperatur yang terjadi sebagai dampak dari pemanasan global dan terganggunya keseimbangan iklim (Safitri, 2015).
Sehingga dapat diketahui salah satu faktor utama dari peristiwa El Nino dan La Nina adalah perbedaan temperature yang signifikan di perairan samudera pasifik sehingga dapat menyebabkan tekanan udara yang berubah-ubah.
Penelitian pertama tentang bagaimana peristiwa ENSO dapat terjadi dilakukan pada tahun 1900an oleh fisikawan Inggris yang bernama Sir Gilbert Walker saat dia berada di India,dimana ia melihat adanya “ayunan” perubahan tekanan udara dengan sekala besar diantara Samudera Pasifik dan Hindia. Dia menamakan peristiwa ini osilasi selatan. Penelitian ini kemudian disempurnakan oleh Ilmuwan Swedia bernama Jacob Bjerknes yang menggunakan satelit pada tahun 1960 untuk menghubungkan antara fluktuasi temperature di Samudera Pasifik dan juga peristiwa Osilasi Selatan Walker. Menurut penelitiannya temperature laut dan tekanan atmosfer akan saling berhubungan.(L’Heureux, 2020)
ADVERTISEMENT
Namun bagaimana hubungan ini dapat membuat ENSO ada dan berkembang. Ini dapat dijelaskan dengan hal yang dinamakan Bjerknes feedback. Bjerknes Feedback menjelaskan bahwa kenaikan temperatur permukaan laut disalah satu bagian laut pasifik dapat melemahkan temperatur permukaan laut di bagian lainnya, dalam hal ini laut timur dan barat Pasifik, sehingga dapat melemahkan angin passat di daerah Pasifik. Akibatnya akan terjadi pertukaran udara dari daerah barat pasifik(Benua Asia) yang cenderung lebih panas, dengan timur pasifik yang cenderung lebih dingin dan lembab( Benua Amerika). Berdasarkan akibatnya ENSO dapat dibagi dua, El Nino dan La Nina.(L’Heureux, 2020)
El Nino
El Nino sendiri merupakan nama yang berasal dari Bahasa Spanyol dan memiliki arti nama “Anak Lelaki” dimana biasanya EL Nino akan muncul pada sekitar akhir Desember. Kehadiran peristiwa El Nino dapat ditandai dengan terjadinya kenaikan dari temperatur permukaan laut di daerah barat samudera Pasifik(Pantai barat Amerika Selatan). Terjadinya peristiwa tersebut adalah air laut yang panas dari Indonesia akan bergerak kea rah timur menyusuri khatulistiwa, hingga sampai ke pantai barat Amerika Selatan. Terkumpulnya air laut dengan temperatur tinggi tersebut akan memanaskan udara diatasnya dan mengakibatkan terbentuknya daerah dengan tekanan rendah. Akibatnya angin dari Asia akan melewati Indonesia kearah pantai barat Amerika Selatan. Angin tersebut memiliki uap air yang sangat sedikit(Udara Kering) sehingga dapat terjadi musim kemarau yang panjang.
Dampak El Nino yang membawa udara kering ke Indonesia adalah:
ADVERTISEMENT
• Curah Hujan: Tentu dengan sedikitnya udara lembab yang datang ke Indonesia menyebabkan terjadinya kekeringan akibat kemarau yang panjang karena curah hujan yang berkurang drastis. Akibatnya banyak wilayah di Indonesia yang akan kekurangan air bersih baik untuk keperluan rumah tangga atau ekonomi. Ini berarti musim kemarau di Indonesia akan datang lebih awal dari biasanya.
• Pertanian: Dengan berkurangnya curah hujan, tentu kadar kelembaban tanah di banyak daerah akan berkurang, sehingga banyak terjadi tanaman yang mati karena kekurangan air atau bahkan tidak bisa tumbuh sama sekali. Ini tentu akan mengurangi jumlah hasil panen bagi para petani, dan juga jumlah bahan pangan yang berada di pasar.
• Perhutanan: Akibat dari kondisi udara yang kering juga panas yang terik tercatat banyak sekali terjadi kebakaran hutan, salah satunya terjadi pada tahun 2015. Pada tahun 2015, efek El Niño termasuk curah hujan yang lebih rendah, khususnya di Kalimantan Tengah dan Selatan, Sumatera bagian selatan, Jawa, Sulawesi dan Papua; berkurangnya panen ketiga di beberapa daerah; kebakaran musiman di Kalimantan Tengah dan Selatan, Sumatera bagian selatan, Jawa, Sulawesi dan Papua bagian selatan. Kebakaran ini tak terkendali sepanjang September dan Oktober, menyelimuti Indonesia dengan tingkat asap yang berbahaya selama beberapa minggu dan mempengaruhi produksi kelapa sawit dan karet(ACAPS, 2016).
ADVERTISEMENT
• Perekonomian: Selama terjadinya kekeringan di Indonesia tentu banyak sekali bahan pangan yang akan menjadi langka. Akibatnya banyak sekali harga-harga pasar yang naik. Sehingga kemungkinan banyak penduduk yang akan kekurangan pangan.
• Kesehatan: Banyak orang akan terjangkit penyakit apabila terjadinya kekurangan pangan atau air bersih,salah satunya adalah merajalelanya penyakit kolera. Selain itu selama El Nino terjadi kebakaran hutan dapat menyebabkan banyaknya penyakit pernafasan atau bahkan meninhhal dunia akibat kabut asap yang berkepanjangan.
La Nina
La Nina berkebalikan dari El Nino, La Nina memiliki arti nama bayi perempuan. Proses terjadinya ketika peristiwa El Nino mulai melemah, air laut yang panas di pantai barat amerika akan kemblai lagi ke arah barat dan temperatur ditempat tersebut kembali ke level normal. Perjalanan air laut yang panas ke arah barat tersebut pada akhirnya akan sampai ke wilayah pasifik barat atau sekitar Indonesia. Akibatnya wilayah Indonesia akan berubah dan menjadi daerah bertekanan rendah. Sama seperti sebelumnya angin akan bergerak dari daerah bertekanan tinggi ke bertekanan rendah. Oleh karena itu angin di Samudera Hindia dan Samudera Pasifik Timur dan Tenggara akan bergerak menuju ke daerah Indonesia. Berbeda dengan El Nino, angin La Nina membawa udara dengan kadar uap air yang tergolong tinggi, sehingga di Indonesia dapat terjadi hujan lebat.
ADVERTISEMENT
Dampak La Nina yang membawa udara basah ke Indonesia adalah:
• Curah Hujan: Berbeda dengan El Nino, dengan datangnya La Nina ke Indonesia maka curah hujan Indonesia Akan meningkat drastis. Akibatnya musim hujan di Indonesia akan tiba lebih awal dari biasanya.
• Perekonomian: Salah satu sektor yang terdampak adalah perekonomian, sebagai contoh adalah para nelayan dan petani. Bagi para nelayan meningkatnya frekuensi badai yang terjadi di laut dapat menurunkan kemampuan mereka untuk berlayar. Sehingga produksi ikan di Indonesia akan menurun. Bagi para petani resiko tergenangnya lahan pertanian akibat curah hujan tinggi juga menjadi ancaman tentu ini menyebabkan hasil panen yang berkurang. Kejadian-kejadian ini tentu juga akan mempengaruhi harga pasar, dimana pastinya banyak sekali produk-produk pangan yang memiliki harga yang lebih mahal. Pasti ini akan menyebabkan banyak orang yang akan kekurangan bahan pangan untuk kehidupannya.
ADVERTISEMENT
• Bencana Alam: Dengan meningkatnya curah hujan yang lebih dari biasanya tentu banyak sekali bencana alam yang bisa terjadi. Contohnya, pada beberapa daerah yang tidak memiliki resapan air yang baik, tentu dapat menerima akibat yang merugikan daerah tersebut. Jika curah hujan melebihi batas normalnya resiko terjadinya banjir tidak dapat dihindari. Selain itu, bencana longsor juga dapat terjadi saat terjadi hujan lebat beberapa daerah tidak dapat menampung air seperti biasanya. Saat tanah yang tidak rata tidak dapat menahan air lagi, tanah tersebut akan bergerak tertarik gravitasi dari sinilah longsor dapat terjadi. Untuk itu jika hujan melebihi frekuensi normalnya, daerah-daerah rawan ini haruslah bersiap-siap dan waspada terhadap bencana alam yang mungkin akan menimpa daerah tersebut.
ADVERTISEMENT
• Kesehatan: Dari dampak-dampak yang telah disebutkan sebelumnya, penyakit dapat timbul. Contohnya dari banjir banyak sekali daerah-daerah yang akan kekurangan bahan baku dan juga air bersih. Ini menyebabkan penyakit-penyakit dapat berkembang dan menyerang orang-orang yang sedang kekurangan energi akibat kekurangan bahan pangan. Selain itu penyakit yang berkembang di air (water borne diseases) juga dapat berkembang. Penyakit seperti typhoid, demam berdarah, diare, kolera, dan disentri merupakan contoh dari berbagai penyakit yang harus diwaspadai pada daerah-daerah rawan tersebut. Selain penyakit kematian juga dapat terjadi, kematian akibat tertimbun longsor, terbawa arus banjir dan penyebab lain-lainnya bukan lah hal yang tidak normal lagi.
Seiring pemansan global dan perubahan iklim
Dari penerangan-penerangan diatas tentu ENSO membawa banyak musibah yang jika tidak diprediksi dan disiapkan penanggulangannya akan berbahaya bagi masyarakat. Pada awalnya penanggulangan tersebut merupakan hal yang mudah karena dapat diprediksi. Dimana El Nino dan La Nina akan datang 3-5 tahun sendiri. Namun menurut penelitian yang dilakukan oleh Fan Jia dari CAS Key Laboratory of Ocean Circulation and Waves, ENSO kedepannya akan lebih susah diprediksi lagi akibat dari perubahan iklim global. Meningkatnya temperature atmosfer akan menyebabkan pertukaran gas antara pasifik barat dan timur akan lebih susah dan acak. Biasanya ENSO dapat diprediksi dengan melihat kejadian-kejadian atmosfer yang berada di pasifik timur yang dekat dengan samudera atlantik. Namun karena kenaikan suhu atmosfer bumi dan perubahan iklim hal-hal tersebut tidak dapat diprediksi secara akurat lagi. Selain itu simulasi menunjukan bahwa ENSO akan terjadi lebih sering lagi (Jia et al., 2019).
ADVERTISEMENT
Dengan kejadian ENSO yang semakin acak dan sering akibat perubahan iklim, tentu ini menyebabkan implikasi besar bagi kehidupan di Indonesia. Kemungkinan terjadi kebakaran hutan, kebanjiran, gagal panen, kelapara, penyakit pasti lebih besar. Namun kita janganlah khawatir berlebihan. Tetaplah hidup normal namun lebih awas dengan kondisi sekitar kita. Pahamilah bagaimana implikasi-implikasi peristiwa disekitar bagi kehidupan dan juga penelitian-penelitian terkini. Itu saja yang dapat penulis sampaikan saat ini, semoga informasi yang penulis sampaikan dapat membantu memberikan informasi yang bermanfaat bagi para pembaca.
Reference
ACAPS. (2016). Dampak El Niño / La Niña di Indonesia : Skenario. https://www.acaps.org/special-report/dampak-el-nino-la-nina-di-indonesia-skenario
Jia, F., Cai, W., Wu, L., Gan, B., Wang, G., Kucharski, F., Chang, P., & Keenlyside, N. (2019). Weakening Atlantic Niño–Pacific connection under greenhouse warming. Science Advances, 5(8), 1–10. https://doi.org/10.1126/sciadv.aax4111
ADVERTISEMENT
L’Heureux, M. (2020, October 23). The Rise of El Niño and La Niña | NOAA Climate.gov. https://www.climate.gov/news-features/blogs/enso/rise-el-niño-and-la-niña
Safitri, S. (2015). El Nino , La Nina dan Dampaknya Terhadap Kehidupan. Jurnal Criksetra, 4(8), 153–156.