Konten dari Pengguna

Ayah Millennial: Mengubah Stereotip dan Membentuk Tradisi Baru

Ria Novita
Mahasiswa Universitas Airlangga
7 Juni 2023 19:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ria Novita tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Ayah Millenial yang Sedang Membantu Anaknya Belajar. Foto: ShutterStock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Ayah Millenial yang Sedang Membantu Anaknya Belajar. Foto: ShutterStock
ADVERTISEMENT
Saat fajar menyingsing, tetangga saya, Pak Tanto, tampak menggandeng erat tangan putrinya menuju gerbang sekolah. Pemandangan ini bukanlah sesuatu yang biasa. Pak Tanto, berdiri sebagai contoh nyata dari generasi ayah millennial, berani menantang norma tradisional dan menciptakan pola baru dalam pendidikan anak-anaknya.
ADVERTISEMENT
Menurut laporan UNICEF 2020, ayah millennial berperan aktif dalam kehidupan anak-anak mereka, bukan hanya sebagai penyedia nafkah, tetapi juga sebagai partner dalam merawat dan mendidik. Melompat dari generasi Baby Boomers dan Gen-X, peran ayah telah berubah dari sekadar figure otoriter dan penyedia nafkah, menjadi pilar pendidikan dan psikologis anak. Ayah millennial menentang stereotip dengan menjadi lebih terlibat dalam kehidupan sehari-hari anak mereka.
Seperti yang dikatakan oleh penulis dan filsuf Prancis, Andre Maurois, "Seorang ayah yang baik lebih bernilai daripada seratus guru sekolah". Ayah, dalam setiap bentuk dan gaya, memiliki dampak yang signifikan dalam perkembangan anak. Ayah millennial mencoba untuk mewujudkan quote ini dengan lebih baik lagi.
Ayah millennial memandang pentingnya keterlibatan emosional dalam kehidupan anak-anak mereka. Mereka menunjukkan kasih sayang dan rasa cinta tanpa rasa malu, menantang stereotip maskulinitas tradisional yang mengharuskan pria untuk menyembunyikan emosi mereka. Bagi mereka, mendidik bukan hanya tentang memberi instruksi, tetapi juga tentang membangun ikatan emosional dan berbicara tentang perasaan.
ADVERTISEMENT
Saya melihat Pak Tanto, dengan penuh kasih sayang, mendengarkan cerita anaknya, memberi masukan, dan berbagi tawa. Itulah momen dimana saya melihat peran ayah dalam lensa baru - sebagai sahabat, penasihat, dan inspirator.
Menurut Pasal 27 Ayat (2) UU No. 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, ayah memiliki kewajiban dan hak yang sama dengan ibu dalam merawat, mendidik, dan melindungi anak. Namun, kita harus mengakui bahwa dalam praktiknya, ada ketidakseimbangan yang cukup jelas dalam pembagian peran ini. Ayah millennial mencoba untuk mengisi kesenjangan ini dengan lebih terlibat dalam peran mendidik dan merawat anak.
Mereka juga mendorong persamaan gender sejak dini. Ayah millennial mengajar anak laki-laki mereka bahwa tugas rumah tangga bukan hanya pekerjaan perempuan dan sebaliknya, mereka mengajar anak perempuan mereka bahwa mereka bisa menjadi apa saja yang mereka inginkan dalam hidup. Mereka menciptakan lingkungan yang merangkul kesetaraan dan keberagaman.
ADVERTISEMENT
Stereotip ayah sebagai penegak disiplin yang keras telah pudar. Ayah millennial lebih menekankan pada pendekatan yang empati dan berorientasi pada solusi. Dengan mendidik anak-anak mereka untuk berpikir kritis dan menyelesaikan masalah mereka sendiri, mereka membantu menciptakan generasi baru yang mandiri dan berdaya.
Ayah millennial juga mengejar keseimbangan antara karir dan keluarga, sebuah hal yang dianggap sebagai domain perempuan selama ini. Mereka berusaha keras untuk memastikan bahwa mereka ada di rumah untuk makan malam, hadir dalam acara sekolah, dan menyediakan waktu kualitas yang penting bagi perkembangan anak.
Namun, meski begitu, tantangan tetap ada. Ayah millennial sering kali merasa tertekan oleh ekspektasi untuk 'bisa melakukan semuanya'. Stereotip sosial, tekanan karir, dan kurangnya dukungan dalam hal cuti ayah di tempat kerja seringkali menjadi hambatan bagi ayah millennial untuk berperan aktif dalam kehidupan anak-anak mereka.
ADVERTISEMENT
Ketika Pak Tanto harus meninggalkan rapat penting karena anaknya jatuh sakit, atau ketika dia harus membatalkan perjalanan bisnis karena acara sekolah anaknya, ada stigma yang muncul. Ayah yang berusaha untuk memprioritaskan keluarga mereka sering kali dianggap kurang serius dalam karir mereka. Ini adalah tantangan yang harus kita hadapi bersama sebagai masyarakat.
Kita perlu memahami bahwa peran ayah lebih dari sekedar memberi nafkah. Seperti yang dikatakan oleh penulis Amerika, Mark Twain, "Jika anda ingin memahami pria, anda harus tahu ayahnya". Jadi, penting bagi kita untuk mendukung ayah millennial dalam usaha mereka untuk mendefinisikan kembali peran ayah dalam mendidik anak.
Meskipun ayah millennial mungkin mengubah stereotip dan membentuk tradisi baru, namun kita harus ingat bahwa mereka bukanlah pengecualian, melainkan harapan untuk masa depan. Ayah millennial mungkin bukan superhero dalam arti konvensional, tetapi mereka adalah pahlawan sejati dalam hidup anak-anak mereka.
ADVERTISEMENT
Ayah millennial, dengan perjuangan dan pengorbanan mereka, membuktikan bahwa mereka bukan hanya penyedia nafkah. Mereka adalah pendidik, sahabat, dan inspirator. Mereka mengubah cara kita memahami dan mendefinisikan peran ayah. Dan untuk itu, mereka pantas mendapat penghargaan dan dukungan.