Konten dari Pengguna

Gagal Paham New Normal, Corona Masih Mengancam

Rias Puji Astuti
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Ponorogo
26 Juni 2020 14:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rias Puji Astuti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
sumber gambar: kemenkes.co.id
Jadi, apakah setiap kalangan masyarakat sudah paham dengan kebijakan yang baru saja dicanangkan oleh pemerintah, yaitu new normal? Sebelum menerapkan kebijakan ini, alangkah baiknya jika ada sosialisasi terhadap masyarakat disemua kalangan, khususnya masyarakat desa yang sulit untuk mendapatan akses informasi terbaru. Karena setelah adanya kebijakan untuk melakukan semua kegiatan dari rumah yang dianggap membatasi aktivitasnya, serta Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), masyarakat masih sulit untuk menyesuaikan diri dengan kebijakan yang baru.
ADVERTISEMENT
new normal adalah langkah percepatan penanganan Covid-19 dalam bidang kesehatan, sosial, dan ekonomi (detikNews). Namun, menurut beberapa pengamat, new normal belumlah tepat untuk diterapkan di Indonesia karena berdasar dari himbauan WHO, new normal dapat diterapkan apabila dalam waktu empat belas hari tidak ada kenaikan kasus baru Covid-19.
Sementara, di Indonesiai, berdasarkan data yang dimiliki CNN Indonesia hingga 22 Juni 2020 kemarin jumlah kasus yang terdeteksi telah mencapai angka 40 ribu lebih yang artinya masih yerjadi peningkatan yang sognifikan. Selain itu vaksin virus Covid-19 juga belum berhasil ditemukan. Potensi peningkatan karena ketidak fahaman serta ketidak patuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan selama new normal akan sangat beresiko. Tentu kesiapan masyarakat ini juga menjadi faktor penting. Apabila new normal tetap diterapkan sebelum masyarakatnya memeiliki kesiapan yang cukup, maka bom waktu ini akan meledak seiring berjalannya waktu.
ADVERTISEMENT
Maksud dari new normal, ialah masyarakat harus mampu hidup berdampingan dengan Covid-19 untuk kembali menormalkan beberapa sektor kehidupan, diantaranya sektor kesehatan dan sektor perekonomian. Masyarakat harus mampu menjaga kesehatannya sekaligus mengembalikan perekonomian. Namun langkah ini dianggap kurang efektif karena dalam aktivitas perbaikan perekonomin, masyarakat juga harus mencemaskan kesehatan. Seperti yang dilansir oleh kumparan.com, Presiden Ahlina Institute mengatakan bahwa new normal tidak akan berhasil diterapkan apabila kesehatan tidak teratasi lebih dulu. Hal ini perlu dipertibangkan karena apabila Indonesia belum memiliki kesiapan penuh untuk menghadapi new normal, bukan perekonomian yang kembali normal, tetapi pertumbuhan Covid-19 yang akan super normal.
Ada baiknya jika pemerintah menunda penerapanan new normal dan fokus terhadap kesehatan masyarakat karena kekacauan yang terjadi disektor ekonomi berporos pada masalah kesehatan itu sendiri. Apabila pemerintah mampu mengatasi pandemi ini, secara otomatis perekonomian juga akan ikut membaik.
ADVERTISEMENT
Bagaimanapun kebijakan yang ditentukan pemerintah nantinya, yang terpenting masyarakat tidak boleh gagal paham, artinya sosialisai tentang kebijakan baru serta pengawasan agar masyarakat bisa menjalankan sesuai dengan SOP yang ditentukan dalam kebijakan. Misal dalam kasus pemberlakuan new normal masyarakat tidak boleh sampai gagal paham dalam mematuhi protokol kesehatan seperti, mencuci tangan dengan sabun, memakai masker ketika keluar rumah, menjaga jarak aman dan tetap menghindari kerumunan yang harapannya mampu membuat masyarakat menjalankan aktivitas dengan aman dari virus corona yang masih mengancam. Apabila kedisiplinan ini tidak dapat di upayakan pemerintah untuk disadari oleh masyarakat maka lambat laun masyarakat akan melupakan protokol kesehatan yang ada karena dianggap sudah benar-benar normal. Artinya masyarakat masih tetap hidup berdampingan dengan ancaman Covid-19.
ADVERTISEMENT
Rias Puji Astuti
Ilmu Komunikasi
Universitas Muhammadiyah Ponorogo