Konten dari Pengguna

Hilirisasi Bukan Solusi untuk Keluar dari Middle Income Trap

Supriadi M Hi Habib
Mahasiswa PascaSarjana Ilmu Ekonomi Universitas Negeri Malang
27 Februari 2024 16:00 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Supriadi M Hi Habib tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Hilirisasi Antam Foto: Dok. Kementerian BUMN
zoom-in-whitePerbesar
Hilirisasi Antam Foto: Dok. Kementerian BUMN
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Belakangan ini hilirisasi menjadi salah satu topik yang paling sering diperbincangkan. hal ini dikarenakan kata hilirisasi seringkali keluar dari mulut salah satu paslon presiden dan wakil presiden republik indonesia. Salah satu calon wakil presiden dalam debatnya mengatakan bahwa program ini akan menjadi program yang sangat diprioritaskan, karena harapannya hilirisasi ini salah satu jalan yang dapat dilakukan untuk mengeluarkan Indonesia dari middle income trap atau jebakan negara berpenghasilan menengah.
ADVERTISEMENT
Istilah middle income trap merupakan salah satu istilah yang pertama kali muncul atau dipakai oleh bank dunia dalam menyampaikan laporannya yang dirilis pada tahun 2007 dengan judul “An East Asian Renaissance: Ideas for Economic Growth” di mana middle income trap yang dimaksud adalah sebuah negara yang mampu mencapai negara yang berpenghasilan menengah, akan tetapi tidak mampu keluar dari tingkatan tersebut untuk menjadi negara maju.
Kondisi seperti ini banyak terjadi pada negara-negara yang sedang berkembang, terutama Indonesia yang dalam beberapa tahun terakhir tidak mampu keluar dari negara yang berpenghasilan rendah ke negara yang berpenghasilan tinggi. Hal ini disebabkan karena negara tak mampu bersaing, karena orientasi negara lebih banyak pada sumber daya alam sementara di lain sisi Indonesia masih memiliki tenaga kerja yang masih memiliki upah yang cukup murah. Ini tentu berbeda dengan negara maju, yang selalu mengandalkan sumber daya manusianya dan teknologi yang tinggi.
ADVERTISEMENT
Untuk itu, pemerintah Indonesia melihat bahwa jebakan middle income trap ini adalah salah satu masalah yang sangat serius untuk perlu diatasi karena ini menjadi ancaman nyata terutama terhadap negara-negara yang sedang berkembang. Maka untuk mengatasi hal itu pemerintah Indonesia kemudian menginginkan adanya level of growth economi yang tinggi yaitu dengan produktivitas modal yang tinggi dengan inovasi dan efisiensi, salah satunya adalah hilirisasi sumber daya alam.
Hilirisasi adalah suatu proses atau strategi yang bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah dari suatu produk atau komoditas dengan cara mengolahnya lebih lanjut atau melakukan aktivitas pengolahan lanjutan. Istilah ini sering digunakan dalam konteks ekonomi dan industri untuk merujuk pada upaya mengubah bahan mentah atau semi-jadi menjadi produk jadi yang lebih bernilai tinggi.
ADVERTISEMENT
Fokus hilirisasi yang dilakukan selama ini adalah hilirisasi di sektor pertambangan, nikel khususnya. Yang sudah dilakukan di tiga provinsi penghasil nikel yakni maluku utara, Sulawesi tengah, dan Sulawesi tenggara. Hilirisasi memang penting untuk dilakukan untuk meningkatkan value added dari sebuah industrialisasi.
Namun semua itu diluar dari apa yang telah diharapkan. Hilirisasi nikel memang memberikan dampak yang sangat signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di daerah penghasil, yang seharusnya dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang tinggi itu diharapkan mampu menurunkan tingkat kemiskinan yang ada, namun hal itu berbanding terbalik dengan fakta yang ada di lapangan.
Pertumbuhan ekonomi di daerah penghasil nikel seperti provinsi maluku utara yang tumbuh di angka 20, 49 persen dan juga di Sulawesi tengah pertumbuhan ekonominya mencapai angka 11, 91 persen pada tahun 2023. Namun dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang tinggi karena adanya hilirisasi nikel ini telah menciptakan kesenjangan baru dalam sektor ekonomi.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan laporan dari badan pusat statistik (BPS) bahwa tingkat kemiskinan di daerah penghasil nikel seperti provinsi maluku utara dan Sulawesi tengah malah mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, Sulteng dari 12,30 persen menjadi 12,41 persen, dan Maluku Utara dari 6,37 persen menjadi 6,46 persen dari 2022 ke 2023 dilansir dari kompas.com
Hal ini mengindikasikan bahwa dengan adanya hilirisasi nikel di daerah penghasil tidak mampu menurunkan tingkat kemiskinan yang ada, karena sebagian besar dari pendapatan hilirisasi tersebut tidak dinikmati oleh masyarakat, akan tetapi pendapatan tinggi justru malah dinikmati oleh pekerja asing mulai dari proses konstruksi sampai pada operasional smelter.
Memang betul bahwa hilirisasi nikel mampu menyerap banyak tenaga kerja, akan tetapi kerusakan lingkungan pun makin marak terjadi. Hilirisasi yang dilakukan hanya untuk memenuhi kepentingan negara-negara tertentu dan justru malah mengabaikan aspek keberlanjutan di negara kita sendiri.
ADVERTISEMENT
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak menjamin adanya penurunan tingkat kemiskinan, begitu pula dengan hilirisasi nikel yang sebagian besar pendapatannya dinikmati oleh pekerja asing, maka ini perlu untuk ditinjau kembali jika target Indonesia adalah ingin keluar dari middle income trap.
Maka yang diperlukan adalah seorang pemimpin yang memiliki kemampuan mengeksekusi yang baik dan dapat memastikan bahwa hilirisasi nikel yang telah dikerjakan selama ini, pendapatannya betul-betul dinikmati oleh masyarakat sehingga hal ini akan berdampak pada penurunan tingkat kemiskinan sebagai langkah awal Indonesia untuk bisa keluar dari jebakan negara yang berpenghasilan menengah atau middle income trap.