Konten dari Pengguna

Budaya Kesenian Karungut sebagai Bentuk Eksistensi Suku Dayak di Zaman Modern

Ribka Korensia
Sebagai mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Kristen Satya Wacana
4 Desember 2024 13:48 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ribka Korensia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ilustrasi foto memainkan kecapi, salah satu alat musik pengiring karungut. Sumber : Foto milik pribadi.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi foto memainkan kecapi, salah satu alat musik pengiring karungut. Sumber : Foto milik pribadi.
Budaya merupakan suatu cara hidup manusia atau sekelompok manusia yang kemudian diwariskan kepada generasi-generasi selanjutnya. Budaya terdiri atas keseluruhan hal yang kompleks yaitu kepercayaan, moral, pengetahuan, adat, hukum, dan kesenian. Hasil dari keseluruhan yang kompleks ini disebut sebagai kebudayaan alias hasil dari cipta, karsa dan rasa yang telah diwujudkan. Di Negara Indonesia seringkali kita mendapati kebudayaan yang ada dalam masyarakat maupun suku-suku di Indonesia, salah satunya adalah kesenian. Kesenian menjadi salah satu hal yang dibanggakan karena kesenian adalah jati diri dari suatu suku di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Setiap suku-suku yang ada di Indonesia menghasilkan kebudayaan seninya masing-masing, termasuk suku dayak di Kalimantan. Salah satu kesenian dari suku dayak di Kalimantan adalah karungut yang merupakan kesenian tradisional di Kalimantan Tengah berupa sastra lisan yaitu sebuah pantun yang dinyanyikan sebagai lagu. Asal kata Karungut sendiri ialah Karunya dari bahasa Sangiang dan Sangen yang digunakan oleh masyarakat dayak ngaju kuno yang berarti tembang. Munculnya karungut ini disebabkan karena masyarakat suku dayak mempercayai bahwa dulu manusia diturunkan ke bumi dengan alunan suara atau tembang-tembang dari langit dengan alat bantu bernama palangka bulau (tetek tatum) dan yang menurunkan manusia dari langit adalah Ranying Hatalla Langit atau Dewa para petinggi suku dayak. Pada mulanya karungut berhubungan erat dengan kendayu, yaitu puji-pujian didalam agama hindu kaharingan dan digunakan dalam upacara adat untuk berkomunikasi dengan roh halus.
ADVERTISEMENT
Namun dalam perjalanan waktunya, fungsi karungut bukan hanya sebagai penyampaian puji-pujian melainkan sebagai lagu penghantar tidur untuk anak-anak, untuk mengekspresikan rasa bahagia dan sebagai penyampaian pesan nasihat kebajikan, mengandung pengajaran nilai kehidupan untuk menghormati sesama manusia serta petuah kepada para pendengarnya. Selain itu, karungut berisi legenda-legenda.
Melihat sedikit latar belakangnya, karungut merupakan salah satu kesenian yang terlahir dari kepercayaan suku dayak akan hal-hal supranatural yang kemudian dijadikan sebuah kebiasaan sampai saat ini. Karungut juga menjadi sebuah kebutuhan suku dayak karena dengan karungut mereka bisa berkomunikasi dan menyampaikan pesan tersirat kepada para pendengar. Nyatanya karungut mengikuti perkembangan zaman, jika dahulu diiringi musik tradisional seperti kecapi, gong atau kakanong, suling dan gendang kini juga berkolaborasi dengan alat musik modern. Walau demikian, kekhasan serta keaslian dari karungut tetap dipertahankan dan ditonjolkan. Maka dari itu, karungut menjadi warisan dari nenek moyang yang harus dilestarikan dan berkembang seiring zaman.
ADVERTISEMENT
Hal ini merupakan cara suku dayak memperlihatkan eksistensi diri mereka sebagai masyarakat yang tetap mempertahankan serta melestarikan kesenian tradisional dan identitas suku dayak di Kalimantan. Menjadikan karungut sebagai budaya kesenian yang “menunjukkan keberadaan diri” dengan budaya kesenian tersebut adalah cara suku dayak bertahan dari kehidupan modern serta kebudayaan baru yang muncul di Indonesia.
Agar kesenian tradisional tak sirna dengan adanya modernisasi dan munculnya budaya-budaya dari luar negeri, karungut mulai diperkenalkan kepada publik melalui media massa, seperti YouTube maupun platform streaming lainnya, sering dinyanyikan ketika ada acara-acara tertentu, misalnya acara adat, keagamaan, syukuran dan perkawinan, penyambutan tamu, serta diajarkan melalui pembelajaran di sekolah. Ini adalah cara agar kesenian karungut dikenal dan dicintai oleh masyarakat lokal, khususnya anak-anak muda yang kerap kali terkena dampak budaya modern. Dengan memperkenalkan budaya kesenian karungut dari generasi ke generasi secara tak langsung dapat menunjukkan bahwa masyarakat dayak adalah masyarakat yang mencintai kesenian tradisional dan tak akan pernah membiarkannya punah karena karungut menjadi salah satu budaya kesenian yang menunjukkan keberadaan dan kebiasaan suku dayak ditengah maraknya pengaruh globalisasi.
ADVERTISEMENT
Bukan hanya memperlihatkan adanya budaya kesenian tradisional tetapi budaya kesenian tradisional juga menunjukkan suku atau masyarakat yang membuat budaya kesenian tradisional tersebut yang mampu bertahan sampai sekarang dengan membuat karya seni tradisional ditengah pesatnya perkembangan zaman. Dalam hal ini, masyarakat Kalimantan Tengah membuktikan bahwa suku dayak memiliki eksistensi atau keberadaan yang sangat berarti untuk memperkenalkan apa saja yang telah nenek moyang mereka lakukan untuk mempertahankan hidup, salah satunya dengan melahirkan sebuah budaya kesenian tradisional yaitu karungut melalui apa yang mereka percayai saat itu dan cara mereka menghibur diri serta mengekspresikan diri.
Dalam sudut pandang antropologi, seni dan kesenian merupakan bagian dari kebudayaan, karena sejatinya karya seni merupakan respon manusia terhadap apa yang mereka alami, rasakan, inginkan, perlukan dan capai demi kelangsungan hidup manusia tersebut. Hasil karya seni yang dibuat oleh para nenek moyang membuktikan bahwa mereka bisa mengekspresikan diri secara kreatif dan menghibur dengan alat seadanya di alam ataupun apa yang mereka miliki sehingga hasil karya seni mereka tetap tertinggal dan dapat ditemukan di generasi-generasi berikutnya. Inilah cara para nenek moyang menghadirkan karya seni agar para penerusnya masih terlihat keberadaannya walaupun zaman dan budaya terus mengalami perubahan.
ADVERTISEMENT
Eksistensi diri menjadi kebutuhan setiap manusia karena manusia memiliki kecenderungan untuk dianggap keberadaannya oleh manusia lainnya ataupun sekelompok suku dan masyarakat. Eksistensi diri berhubungan dengan aktualisasi diri yang merupakan bagian dari 5 kebutuhan dasar manusia menurut teori dari Abraham Maslow. Dalam hal ini cara suku dayak mengeksistensi dirinya adalah dengan cara mengaktualisasi diri mereka atau menyatakan diri mereka melalui budaya kesenian karungut yang bertujuan untuk memenuhi rasa percaya diri serta perkembangan budaya dari suku dayak.
Demikianlah kesenian tradisional karungut menjadi salah satu kesenian yang memperkuat identitas suku dayak dan negara Indonesia sebagai negara yang beragam baik dimata masyarakat lokal maupun dimata dunia, sehingga eksistensi suku dayak tetap terlihat dan tak akan pernah tenggelam oleh perubahan zaman modern ini.
ADVERTISEMENT
REFERENSI
https://kalteng.tribunnews.com/amp/2023/04/14/asal-usul-karungut-kesenian-suku-dayak-kalimantan-tengah-berupa-syair-dan-mengandung-pesan-moral?page=2
https://kontenkalteng.com/berita/baca/karungut-kesenian-khas-suku-dayak-yang-terus-dilestarikan
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbkalbar/karungut-kesenian-kalimantan-tengah/
https://www.kompas.com/skola/read/2020/12/31/140134369/teori-hierarki-kebutuhan-abraham-maslow