Konten dari Pengguna

Ayo Ekowisata Anggrek di Gunung Halimun!

Richa Kusuma Wati
Penulis merupakan peneliti muda yang meneliti biodiversitas anggrek Indonesia dan bekerja di Pusat Riset Biosistematik dan Evolusi, BRIN
20 September 2024 17:58 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Richa Kusuma Wati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Penulis: Richa Kusuma Wati, Lina S. Juswara, Destri
Gunung Halimun merupakan gunung tertinggi di wilayah Provinsi Banten yang masuk dalam wilayah Taman Nasional Gunung Halimun-Salak yang berada di tiga kabupaten yaitu Bogor dan Sukabumi (Provinsi Jawa Barat) dan Lebak (Provinsi Banten). Hutan pada Kawasan ini merupakan hutan primer terbesar yang tersisa di pulau Jawa. Gunung Halimun merupakan salah satu destinasi wisata yang menyediakan wisata curug, pendakian, perkemahan yang sangat diminati oleh masyarakat serta wisata budaya/spiritual (gunung batu), dan sight-seeing (bird watching, canopy trail, tracking). Salah satu pesona yang belum banyak digali untuk pemanfaatan kawasan ini adalah potensi ekowisata Anggrek. Ekowisata ini dapat dilakukan dengan memberdayakan masyarakat di sekitar kawasan untuk memandu pengunjung melihat jenis-jenis Anggrek dalam kawasan taman nasional tanpa merusak populasi yang ada.
ADVERTISEMENT
Anggrek merupakan salah satu suku tumbuhan berbunga yang mempunyai keragaman bentuk bunga, warna hingga ukuran yang sangat bervariasi. Anggrek hidup dengan menempel pada batang pohon bahkan ada yang tumbuh di tanah dan serasah di lantai hutan. Jadi ketika melakukan pendakian jangan lupa untuk menengok sekeliling ya!. Bisa jadi ada anggrek di sela2 rumput dan herba atau menemukan anggrek yang sedang mengayun cantik di dahan pohon.
Berdasarkan tempat tumbuhnya, Anggrek dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar. Kelompok pertama adalah Anggrek yang menempel pada batang pohon yang disebut Anggrek epifit. Kebanyakan Anggrek merupakan epifit yang memerlukan inang untuk menempel. Meskipun menempel di pohon inang, anggrek epifit tidak bersifat parasit atau merugikan untuk pohon inang. Anggrek hanya membutuhkan inang untuk menempel saja tanpa menyerap nutrisi pohonAnggrek epifit sangat berlimpah di Gunung Halimun. Tiga marga dari Anggrek epifit ditampilkan disini dengan beberapa jenis didalamnya.
ADVERTISEMENT
Marga Appendicula – Jenis Anggrek dari marga ini sangat umum ditemukan di areal pendakian. Bentuk daunnya memipih tersusun dalam 2 baris yang merapat pada rakisnya. Perbungaannya biasanya menjuntai atau bahkan tegak namun bunga selalu muncul dari ujung batang dengan ukuran bunga yang sangat kecil. Jenis-jenis yang dapat ditemukan di Kawasan Gunung Halimun adalah seperti A. cornuta, A.pauciflora, A. pendula dan A. ramosa.
Gambar 1. Appendicula cornuta (Foto: Richa K.W.)
Marga Bulbophyllum- Umbi semu dengan satu daun yang muncul dan ukuran umbi yang bervariasi merupakan ciri khas dari marga Bulbophyllum. Bunganya biasanya berbau kurang enak atau seperti bangkai karena bertujuan untuk menarik serangga penyerbuk seperti lalat. Beberapa jenis Bulbophyllum yang dapat ditemukan seperti B. globiceps, B. capitatum, B. cernuum, B. ericsonii, B. lobbii, B. obtusum, B. pahudii, B. salaccense dan B. triflorum.
Gambar 2. Bulbophyllum macranthum (Foto: Richa K.W.)
Marga Renanthera- Anggrek ini perawakannya mirip dengan anggrek kalajengking dengan batang tegak tinggi. Bunga berwarna merah agak oranye dengan bertotol merah tua. Jika berbunga, mekar bunga bisa bertahan hingga tiga bulan. tetapi hanya ditemukan satu jenis saja di kawasan ini yaitu Renanthera matutina. R. matutina juga termasuk salah satu anggrek yang dilindungi oleh pemerintah.
ADVERTISEMENT
Gambar 3. Renanthera matutina (Foto: Richa K.W.)
Kelompok kedua adalah Anggrek terrestrial. Anggrek ini adalah sebutan untuk yang hidup di permukaan tanah atau serasah daun di lantai hutan. Jenis-jenis Anggrek terrestrial biasanya didominasi oleh Anggrek dengan keragaman morfologi daun yang sangat menarik. Sebagai contoh dari Anggrek terrestrial adalah Anggrek yang dikenal dengan nama jewel orchids (Anggrek permata). Beberapa jenis Anggrek tanah yang dapat ditemukan di Gunung Halimun adalah sebagai berikut:
Marga Calanthe- Genus ini sangat umum ditemukan dengan memiliki ciri khas daun yang cukup lebar seperti daun jahe-jahean. Perbungaan sangat tegak dan tinggi dengan bunga yang sangat indah. Jenis ini sangat berpotensi untuk tanaman border atau pinggiran di taman karena cukup mudah untuk perawatannya. Jenis yang dapat ditemukan diantaranya C. ceciliae, C. speciosa dan C. triplicata.
Gambar 4. Calanthe triplicata (Foto: Richa K.W.)
Jewel orchids- Beberapa marga yang masuk dalam grup ini, yang ditemukan di Kawasan Taman Nasional Halimun Salak adalah jenis-jenis dari marga Macodes, Odontochilus, Nervilia, dan Goodyera. Beberapa jenis yang masuk dalam kelompok ini memiliki ciri khas daun dengan corak dan bentuk yang unik, seperti dengan pola garis, totol maupun tekstur seperti beludru. Jenis ini banyak yang digunakan sebagai tanaman hias dalam terrarium karena keunikannya. Jenis-jenis yang dapat ditemukan diantaranya Macodes petola, Odontochilus javanicus, Nervilia aragoana, Nervilia punctata dan Goodyera pusilla.
ADVERTISEMENT
Gambar 5. Macodes petola (Foto: Richa K.W.)
Kelompok terakhir yang sangat unik dan jarang diketahui adalah Anggrek saprofit. Anggrek ini tumbuh di tanah serasah maupun humus tanpa memiliki daun. Jadi jenis ini hanya bisa ditemukan pada saat berbunga saja. Salah satu jenis yang ada di Gunung Halimun adalah Epipogium roseum yang berwarna putih pucat dengan ukuran cukup kecil. Perbungaannya hanya sekitar 20-30 cm dengan bunga berwarna putih merunduk. Apabila tempat tumbuhnya digali, maka akan ditemukan umbi yang menjadi cadangan makanan ketika jenis ini dalam kondisi dorman (istirahat).
Anggrek merupakan salah satu jenis tumbuhan yang sangat rentan terhadap perubahan lingkungan. Akibat perubahan alih fungsi lahan dan juga perubahan iklim dapat menyebabkan kepunahan. Hal ini menjadikan Anggrek sebagai indikator ekologi untuk mengetahui tingkat kerusakannya. Anggrek mempunyai interaksi yang cukup rumit dengan lingkungan sekitarnya semasa hidupnya. Biji Anggrek sangat ringan dan tersebar dengan bantuan angin. Biji ini akan berkecambah di lokasi yang sesuai dimana terdapat jamur mikoriza yang spesifik untuk perkecambahannya. Jamur mikoriza ini akan membantu tumbuhan Anggrek mendapatkan nutrisi melalui hifa (benang-benang jamur) yang nantinya menyuplai nutrisi untuk pertumbuhannya. Interaksi ini dapat ditemukan baik pada fase biji dan juga pada fase dewasa pada bagian akar Anggrek. Dengan interaksi ini, mikoriza akan mendapatkan suplai makanan dan juga air dari Anggrek. Mikoriza ini sangat tergantung pada kelembaban tanah yang baik dan juga sumber karbon yang tersedia di dalam tanah.
ADVERTISEMENT
Interaksi Anggrek juga tidak terlepas dari hewan penyerbuk yang sangat spesifik. Bentuk, warna dan aroma Anggrek yang sangat bervariasi merupakan hasil perjalanan evolusi dan adaptasi Anggrek untuk menarik hewan penyerbuknya. Hewan penyerbuk pada Anggrek bervariasi dari burung, lebah, ngengat, semut hingga nyamuk yang sangat kecil. Hewan-hewan ini sangat tergantung pada kesesuaian habitat, ketersediaan makanan dan tempat hidup pada suatu ekosistem. Sehingga dapat dikatakan ketiadaan hewan penyerbuk dalam suatu ekosistem menyebabkan Anggrek dalam kondisi terancam kepunahan. Hubungan Anggrek dengan ekosistim inilah yang dapat kita jadikan indikator kesehatan suatu ekosistem. Jika populasi Anggrek berlimpah di suatu Lokasi, maka bisa dikatakan ekosistimnya sangat baik, begitu juga sebaliknya. Sebagai pengecualian adalah kondisi diatas tidak berlaku untuk ekosistim yang memang tidak cocok untuk tempat tumbuhnya Anggrek, seperti antartika dan gurun pasir.
ADVERTISEMENT
Akhir kata, meskipun indah untuk dilihat, perlu diingat bahwa Anggrek merupakan salah satu kelompok tumbuhan yang dilindungi, apalagi jika jenis ini berada di kawasan terlindung seperti di Kawasan Taman Nasional. Untuk tetap mendukung konservasi Anggrek di habitat alaminya, tugas kita sebagai masyarakat adalah menjaga kelestariannya di alam dengan tidak mengambil tumbuhannya atau memetik bunganya. Cukup dengan mengagumi dengan mata dan memotret sebagai kenang-kenangan demi kelestarian Anggrek alam Indonesia. Yuk kapan kita ekowisata Anggrek Gunung Halimun?