Fenomena Ghosting pada Organisasi Kemahasiswaan

Richard Goenawan
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia
Konten dari Pengguna
23 Juli 2021 13:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Richard Goenawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Ghosting.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Ghosting.

Apa itu Ghosting pada Organisasi Kemahasiswaan?

ADVERTISEMENT
Ghosting merupakan istilah yang diartikan sebagai kecenderungan menghindar dan tidak mau terikat secara emosional. Fenomena ini sering kali terjadi di organisasi kemahasiswaan selama pandemi. Berdasarkan penelitian Meeter et al., (2020), Work From Home (WFH) menurunkan motivasi mahasiswa sehingga meningkatkan kemungkinan untuk melakukan ghosting dalam sebuah organisasi. Ghosting dalam organisasi diartikan sebagai seseorang yang menghilang tanpa adanya pemberitahuan dan memutuskan semua komunikasi dengan pihak terkait organisasi tersebut.
ADVERTISEMENT

Faktor Penyebab Perilaku Ghosting

Hal ini biasanya terjadi di organisasi yang kurang transparansi baik karena pemimpin yang tidak mendengarkan anggotanya atau karena anggota yang selalu disalahkan, direndahkan, atau tidak hargai baik oleh pemimpin atau oleh sesama anggota (Barman, 2020). Orang-orang dalam organisasi seperti itu bekerja tanpa tujuan yang jelas, merasa terisolasi, dan membiarkan dirinya merasa bingung sehingga keinginan untuk bekerja pun hilang. Pada pemimpin, ghosting diartikan sebagai tindakan yang mengabaikan tanggung jawabnya dan menyerahkan segalanya kepada anggotanya atau tindakan mengabaikan pendapat anggota dan terus melakukan apa yang dia inginkan. Dampak dari fenomena ini bisa membuat kerja dari sebuah organisasi tidak berjalan dengan baik karena kurangnya kerja sama dan koordinasi.

Upaya Menghindari Fenomena Ghosting

Dampak dari fenomena ini dapat dihindari melalui beberapa pendekatan, yaitu pendekatan organisasi dan pendekatan personal. Orang yang melakukan ghosting dicap sebagai orang yang memiliki kinerja yang buruk. Kinerja adalah tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tanggung jawabnya (Taurisa and Ratnawati, 2012). Kinerja dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal (Ismail, 2008). Faktor internal berasal dari diri pribadi yang meliputi kepuasan kerja dan komitmen organisasional. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri karyawan, yang meliputi kepemimpinan, keamanan dan keselamatan kerja, serta budaya organisasi.
ADVERTISEMENT
Pendekatan organisasi dapat dilakukan melalui faktor eksternal tersebut, salah satunya melalui budaya organisasi. Budaya organisasi adalah nilai dalam organisasi yang membedakan organisasi satu dengan organisasi lainnya sebagai arahan perilaku bagi anggota-anggota organisasi (Soedjono, 2005). Budaya organisasi yang positif akan berpengaruh pada peningkatan kinerja anggota organisasi. Namun, hal itu tidak langsung mempengaruhi kinerja anggota. Budaya organisasi menimbulkan adanya kepuasan kerja pada diri anggota.
Kepuasan kerja adalah keadaan emosi positif yang berasal dari penilaian bahwa dirinya merupakan anggota yang penting dan berkontribusi melalui pekerjaan yang dilakukannya sehingga dia merasa bertanggung jawab untuk melakukan pekerjaannya dengan baik (Widagdo, Handaru and Pangeran, 2013).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Widagdo, Handaru and Pangeran, budaya organisasi berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja. Hal ini berkaitan juga dengan pendekatan personal melalui budaya organisasi. Pendekatan personal yang dimaksud yaitu pendekatan kekeluargaan antar mahasiswa dalam satu organisasi. Rasa kebersamaan dan solidaritas yang tinggi dapat menumbuhkan rasa nyaman dan rasa memiliki terhadap sebuah organisasi sehingga berkorelasi positif terhadap kinerja melalui kepuasan kerja.
ADVERTISEMENT

Akhir Kata

Berorganisasi bukan hanya sebatas kegiatan kemahasiswaan. Organisasi merupakan salah satu tempat belajar untuk organisasi lainnya setelah masa kampus. Mahasiswa sebagai Agent of Change harus mampu meninggalkan dan belajar dari fenomena-fenomena negatif khususnya dalam organisasi untuk menciptakan organisasi-organisasi masa depan yang lebih baik. Fenomena ghosting yang terjadi dapat dihilangkan baik melalui pendekatan organisasi maupun personal. Fenomena ini dapat menjadi bahan pembelajaran bagi pengelola organisasi untuk terus memberikan kinerja yang profesional sekaligus humanis.