Konten dari Pengguna

Peran Orang Tua dalam Menjaga Kesehatan Mental Remaja selama Pandemi COVID-19

Richie Rich
Mahasiswa Universitas Multimedia Nusantara
30 November 2021 21:23 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Richie Rich tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar di atas merupakan ilustrasi kesehatan mental yang dibuat oleh saya sendiri.
zoom-in-whitePerbesar
Gambar di atas merupakan ilustrasi kesehatan mental yang dibuat oleh saya sendiri.
ADVERTISEMENT
Kesehatan mental merujuk pada kondisi psikologis seseorang, serta dampaknya pada kepribadian atau perilakunya. Keadaan mental seseorang dinilai tidak sehat ketika terlihat adanya beberapa gangguan, yakni stres, depresi, gangguan kecemasan, lewah pikir, dan gangguan bipolar.
ADVERTISEMENT
Perlu diketahui bahwa gangguan terhadap kesehatan mental dapat disebabkan oleh peristiwa yang terjadi dalam kehidupan seseorang. Salah satu contohnya adalah pandemi Covid-19 yang menuntut semua orang untuk mengadopsi perubahan kebiasaan dan gaya hidup dengan cepat. Secara spesifik untuk kalangan remaja, kegiatan belajar mengajar menjadi terbatas dalam lingkup daring, begitu pun interaksi sosial dengan teman-teman sebaya. Menurut data UNICEF pada 2020, 99% anak-anak dan remaja yang berusia di bawah 18 tahun tinggal di salah satu dari 186 negara dengan pembatasan gerak. 60% anak-anak tinggal di salah satu dari 82 negara dengan lockdown penuh.
Pembatasan aktivitas karena pandemi yang terjadi secara mendadak dapat memengaruhi kesehatan mental remaja. Selama menjalani karantina, banyak remaja yang terlihat kecewa dan sedih karena mereka harus kehilangan masa-masa yang mungkin sudah mereka tunggu sejak masih kecil, seperti mengikuti acara kelulusan atau wisuda. Interaksi secara daring tidak dapat menggantikan interaksi sosial yang terjadi secara langsung, seperti saat mengobrol di kelas dan makan bersama di kantin. Remaja yang tidak bisa beradaptasi akan kondisi tersebut umumnya mulai merasa stres atau berpikir negatif. Stres dalam kurun waktu yang lama dapat menyebabkan rasa cemas yang berlebih, bahkan depresi yang akan mengganggu aktivitas sehari-hari. Masa isolasi yang tidak kunjung berakhir juga dapat menyebabkan gejala-gejala lewah pikir dan rasa putus asa sehingga memperburuk kesehatan mental para remaja.
ADVERTISEMENT
Gangguan terhadap kesehatan mental seperti yang disebutkan di atas juga dapat berdampak pada kondisi fisik seseorang. Para remaja yang mengalami stres berlebih umumnya terlihat tidak bersemangat, berkurang nafsu makannya, dan sulit tidur atau terganggu pola tidurnya.
Maka dari itu, orang tua memiliki peran penting untuk mencegah atau mengurangi kemungkinan terganggunya kesehatan mental para remaja di masa pandemi Covid-19. Salah satu caranya adalah dengan memberikan perhatian secara berimbang, misalnya berinteraksi dengan cukup, tetapi juga memberikan ruang bagi remaja untuk dirinya sendiri. Selain itu, orang tua dapat memberikan pengertian bahwa rasa cemas merupakan hal yang wajar dialami seseorang di masa yang tidak pasti sehingga membuat remaja tersebut tidak berlarut-larut dalam pemikiran yang negatif dan terhindar dari stres. Akan lebih baik juga jika orang tua dapat memberikan semangat dan pandangan yang positif dalam memaksimalkan kondisi yang ada.
ADVERTISEMENT
Peran orang tua penting dalam menjaga kesehatan mental anak, khususnya yang berusia remaja. Dalam pandemi Covid-19 yang membatasi ruang gerak setiap anggota keluarga, situasi di dalam rumah perlu dipertahankan agar tetap kondusif dan harmonis. Dengan memiliki sikap terbuka, orang tua dapat membantu anak usia remaja merasa nyaman untuk berbagi permasalahan, kekhawatiran, dan keluh kesahnya dalam menghadapi pandemi. Hal ini dapat membantu menghindari terganggunya kesehatan mental remaja.