Konten dari Pengguna

Parasocial Relationship: Perasaan Ketika Kamu Merasa Dekat dengan Idola

Ricka Milla Suatin
News Writer and Bachelor of Communication Science.
11 Februari 2023 13:49 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ricka Milla Suatin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Menonton konser sebagai salah satu bentuk interaksi antara fans dan idola (Sumber: pixabay.com)
zoom-in-whitePerbesar
Menonton konser sebagai salah satu bentuk interaksi antara fans dan idola (Sumber: pixabay.com)
ADVERTISEMENT
Kamu memiliki sosok idola? Entah itu atlet, penulis, jurnalis, selebritis, bahkan ilmuwan, pasti kamu memiliki setidaknya satu orang yang menjadi panutanmu di dunia. Perkembangan teknologi informasi memudahkan siapa saja untuk merasa dekat dengan sang idola.
ADVERTISEMENT
Apalagi ketika sang idola kerap tampil bahkan membagikan informasi personalnya di akun-akun media sosial miliknya. Hasilnya, fans merasa sangat dekat bahkan seolah berinteraksi langsung bersama mereka. Apalagi sebagai figur publik yang memiliki banyak penggemar, ada sebuah pepatah mengatakan bahwa 'konsekuensi menjadi selebritis adalah harus sepaket mengorbankan kehidupan pribadinya untuk menjadi konsumsi publik'.
Terdapat satu fenomena yang sering tidak disadari oleh fans, yaitu hubungan yang mereka yakini 'dekat', bukanlah sebuah kenyataan. Lalu, mengapa hal ini dapat terjadi? Mengapa kita bisa merasa sangat dekat dengan idola kita, padahal keduanya tidak sering bertemu bahkan ada yang sama sekali belum pernah bertemu?
Fans menunggu kedatangan Jin BTS, di luar kamp pelatihan tentara Korea Selatan dekat zona demiliterisasi yang memisahkan kedua Korea, di Yeoncheon, Korea Selatan, Selasa (13/12/2022). Foto: Heo Ran/REUTERS
Menjawab pertanyaan tersebut, sebelum membahas sebuah teori psikologis, secara logis hal ini juga dapat dijelaskan seperti berikut:
ADVERTISEMENT
1. Sang idola intens mengunggah kondisi atau kehidupannya pada akun media sosial.
2. Mereka membagikan pemikiran dan perasaan pribadi mereka pada publik melalui keterangan atau caption di postingan tersebut.
3. Akibatnya, fans merasa memiliki hubungan intim dengan sang idola karena mengetahui detail hidup mereka lewat postingan media sosial tersebut.
Sayangnya, mereka sebenarnya tidak benar-benar terlibat dalam hubungan dekat sama sekali. Inilah yang dinamakan ilusi dalam hubungan yang didukung oleh media komunikasi, yakni media sosial. Namun, mengapa rasanya hal ini sangatlah nyata?
Teori dari Granovetter menyebutkan empat faktor yang menyebabkan para fans merasa sangat dekat dan mengenali sang idola, yaitu:
1. Keintiman (idola membagikan informasi pribadinya ke media sosial).
2. Intensitas emosional.
ADVERTISEMENT
3. Waktu (berapa lama fans mengenali dan berinteraksi dengan idolanya).
4. Saling berbagi dan memberi sesuatu satu sama lain.
Salah satu fans menangis saat peringatan satu dekade kematian Michael Jackson di Hollywood Walk of Famedi Los Angeles, California, AS, Selasa (25/6). Foto: REUTERS/Mike Blake
Penggemar dapat merasa sangat dekat dengan idola karena menghabiskan banyak waktu untuk menonton, membaca, dan mengonsumsi konten yang disajikan oleh idola tersebut.
Ilusi dalam hubungan ini disebut dengan parasocial relationship atau interaksi parasosial, sebuah teori yang dikemukakan sekitar tahun 1950-an. Studi ini banyak dianalisis dalam kaitannya dengan media massa khususnya kehadiran selebritis yang digemari banyak orang.
Namun, walaupun hubungan yang terjadi hanyalah ilusi semata, perasaan fans pada idolanya adalah benar dan nyata. Fans biasanya akan benar-benar mencintai, mendukung, dan ingin dekat dengan idola mereka. Saat sang idola melakukan sesuatu yang tidak baik, fans pun bisa merasa kehilangan bahkan dikhianati.
ADVERTISEMENT
Tak ada yang salah dengan menjadi penggemar yang setia kepada idolanya. Namun perlu disadari bahwa hubungan yang dianggap nyata itu hanyalah fantasi dan ilusi. Harapannya, semua penggemar melakukan hal yang wajar untuk idolanya, tidak perlu berlebih.
Hal penting lainnya adalah, semoga penggemar dapat membedakan hubungan fiksi dan nyata, agar tidak jatuh terlalu dalam pada fantasi dan ilusi. Karena manusia adalah makhluk yang biasanya memiliki ekspektasi tinggi, sehingga jangan sampai sakit hati pada harapan yang tidak tercapai.