news-card-video
10 Ramadhan 1446 HSenin, 10 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Diskon Listrik dan Deflasi: Apakah Menguntungkan?

Ricky Bryan DP Tampubolon
Dosen Akuntansi IPB University
8 Maret 2025 15:35 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ricky Bryan DP Tampubolon tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: https://www.shutterstock.com/image-photo/street-sign-direction-way-inflation-versus-2008761980
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: https://www.shutterstock.com/image-photo/street-sign-direction-way-inflation-versus-2008761980
ADVERTISEMENT
Pada bulan Februari 2025 lalu, ada peristiwa yang mencatat sejarah ekonomi Indonesia, yaitu munculnya deflasi tahunan sebesar 0,09 persen. Ini adalah yang pertama sejak tahun 2000 Indonesia mengalami penurunan harga secara tahunan. Peristiwa ini kemudian dikaitkan oleh beberapa orang dengan daya beli masyarakat. Akan tetapi, Bank Indonesia (BI) menegaskan bahwa deflasi ini bukan disebabkan oleh lesunya konsumsi. Deflasi ini terjadi karena faktor kebijakan, yaitu diskon tarif listrik bagi pelanggan rumah tangga.
ADVERTISEMENT

Deflasi: Bukan Tanda Daya Beli Melemah

Beberapa orang ketika mendengar istilah "deflasi," mereka langsung berpikir bahwa ekonomi sedang lesu, konsumsi turun, dan masyarakat kehilangan daya beli. Padahal tidak selalu begitu. Terbukti dengan data yang menunjukkan hal yang berbeda. Inflasi inti (indikator utama untuk mengukur daya beli) masih stabil di angka 2,48 persen. Selain itu, konsumsi rumah tangga tetap tumbuh sekitar 5 persen sepanjang 2024. Dari data tersebut kita bisa melihat bahwa tidak ada tanda-tanda masyarakat menahan belanja secara signifikan.
Jadi, mengapa deflasi bisa sampai terjadi? Jawabannya adalah kebijakan pemerintah yang menurunkan harga listrik melalui diskon tarif bagi pelanggan rumah tangga. Ketika harga listrik turun, biaya hidup sebagian besar masyarakat menjadi lebih ringan, memungkinkan mereka mengalokasikan dana ke kebutuhan lain. Dari perspektif akuntansi dan keuangan, ini adalah sinyal positif yang menunjukkan keberhasilan intervensi pemerintah dalam menjaga stabilitas harga tanpa mengorbankan daya beli.
ADVERTISEMENT

Diskon Listrik: Keringanan bagi Rumah Tangga

Sebagai seseorang yang mendukung kebijakan diskon listrik, saya melihat langkah ini sebagai strategi efisien untuk meringankan beban masyarakat. Dalam konsep akuntansi keuangan pribadi, pengeluaran listrik termasuk dalam cost yang dapat mengurangi disposable income. Ketika biaya listrik berkurang, masyarakat memiliki lebih banyak dana yang bisa dialokasikan untuk konsumsi lain, seperti pendidikan, kesehatan, atau bahkan tabungan.
Namun, perlu diingat bahwa diskon ini hanya berlaku untuk pelanggan rumah tangga, bukan untuk perusahaan atau sektor industri. Artinya, dampak terhadap harga barang dan jasa tidak sekuat jika kebijakan ini berlaku bagi dunia usaha. Dalam kata lain, deflasi lebih disebabkan oleh faktor teknis penyesuaian tarif, bukan karena biaya produksi turun.
ADVERTISEMENT

Implikasi bagi Keuangan Negara dan Bisnis

Tentu, ada pertanyaan mengenai dampak kebijakan ini terhadap keuangan negara. Apakah diskon listrik ini akan membebani APBN? Sebagai bagian dari anggaran subsidi, insentif ini perlu dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan defisit fiskal yang berlebihan apabila ingin diperpanjang. Namun, jika dikelola dengan cermat, kebijakan ini dapat menciptakan efek jangka panjang yang menguntungkan.
Pertama, daya beli masyarakat yang tetap terjaga akan memperkuat konsumsi domestik—motor utama pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kedua, stabilitas harga yang terjaga akan membantu menghindari kenaikan suku bunga sehingga akan menguntungkan sektor bisnis secara tidak langsung. Ketiga, kebijakan ini berkontribusi pada pengurangan tekanan inflasi yang dapat memicu volatilitas pasar keuangan.
Bagi bisnis, karena diskon ini tidak berlaku untuk sektor industri, pelaku bisnis tetap harus menanggung biaya listrik normal. Artinya, strategi efisiensi energi masih menjadi prioritas utama bagi perusahaan untuk mengurangi pengeluaran operasional. Namun, dengan daya beli masyarakat yang tetap terjaga, permintaan terhadap barang dan jasa akan tetap stabil sehingga juga akan membantu stabilitas pendapatan bisnis.
ADVERTISEMENT

Dampak terhadap Akuntansi dan Pelaporan Keuangan

Dari sudut pandang akuntansi, deflasi ini bisa berdampak pada beberapa aspek pelaporan keuangan. Pertama, bagi perusahaan yang menjual produk kepada konsumen rumah tangga, stabilnya daya beli berarti pendapatan perusahaan tidak mengalami penurunan signifikan. Kedua, bagi lembaga keuangan, rendahnya inflasi berarti risiko kredit tetap terjaga, karena masyarakat masih mampu membayar cicilan pinjaman mereka.
Deflasi Februari 2025 bukanlah tanda kelemahan ekonomi, melainkan bukti keberhasilan kebijakan pemerintah dalam mengelola harga dengan intervensi strategis. Dengan daya beli yang tetap stabil dan konsumsi rumah tangga yang terus tumbuh, tidak ada alasan untuk panik. Sebaliknya, diskon listrik harus dipandang sebagai langkah progresif yang membantu masyarakat dalam menghadapi tekanan biaya hidup.
ADVERTISEMENT
Sebagai pendukung kebijakan ini, saya percaya bahwa pendekatan fiskal yang cermat seperti ini adalah solusi yang lebih baik dibandingkan tindakan moneter yang bisa berdampak negatif pada investasi dan pertumbuhan. Jika dikelola dengan baik, insentif seperti ini bisa menjadi model bagi kebijakan ekonomi di masa depan—strategi cerdas yang tidak hanya menjaga stabilitas harga tetapi juga mendukung kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan.

Referensi

https://kumparan.com/kumparanbisnis/bukan-karena-daya-beli-turun-bank-indonesia-ungkap-penyebab-ri-deflasi-24czxkdp8gU/full
https://web.pln.co.id/media/siaran-pers/2025/01/diskon-listrik-januari-mulai-berlaku-masyarakat-tak-perlu-buru-buru-beli-token-bisa-sepanjang-bulan
https://www.tempo.co/ekonomi/dpr-akan-bahas-soal-permintaan-kelanjutan-diskon-listrik-dengan-kementerian-esdm-1211996