Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Konten dari Pengguna
Fenomena ‘Gak Sih’ di Kalangan Gen Z: Bertanya Padahal Sudah Jelas Jawabannya
1 November 2024 14:50 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Ricky Bryan DP Tampubolon tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Akhir-akhir ini, ada fenomena menarik yang cukup sering saya dengar dari (sebagian) Gen Z, baik itu di pergaulan sehari-hari, media sosial, atau bahkan di ruang kelas: penggunaan frasa “gak sih?” untuk mengakhiri kalimat. Uniknya, frasa ini kerap muncul di kalimat yang jawabannya sudah jelas, seakan-akan penuturnya masih butuh validasi, padahal seluruh dunia mungkin sudah sepakat dengan jawabannya.
ADVERTISEMENT
Contoh paling absurd adalah ketika seseorang menceritakan kisah temannya yang diputusin pacarnya karena alasan sepele, lalu dia mengakhiri kalimat dengan, “Itu jahat gak sih?” Lah, ya jelas jahat, dong! Apa masih perlu ditanya lagi? Tapi, di sinilah letak keunikan bahasa Gen Z. Mereka sering kali menggunakan pertanyaan retoris ini seakan-akan butuh konfirmasi dari lawan bicara, meskipun jawabannya sudah terang benderang. Namun, buat si penanya, “gak sih?” ini seperti bumbu yang membuat cerita lebih terasa dramatis. Mungkin ini semacam trik mereka untuk menjaga alur obrolan tetap menarik atau setidaknya terlihat seperti obrolan interaktif.
Lain waktu, ada juga situasi di mana saya sedang menemani istri saya berbelanja, lalu seorang perempuan muda di dekat kami berkata kepada temannya, “Ih, ini tas harganya jutaan, jatuhnya mahal gak sih?” Sekali lagi, ini pertanyaan yang tidak perlu dipertanyakan. Tas yang harganya berjuta-juta jelas mahal. Tapi, bagi (sebagian) Gen Z, “gak sih?” ini ibarat semacam tanda baca yang mengundang persetujuan. Bukan lagi sekadar bertanya, tetapi memastikan bahwa orang di sekitarnya setuju dengan pernyataan tersebut.
ADVERTISEMENT
Mengapa (sebagian) Gen Z sering pakai “gak sih?” dalam kalimat yang sudah jelas jawabannya?
1. Validasi Sosial
Seperti banyak hal di era media sosial, “gak sih?” sering kali berfungsi sebagai permintaan untuk validasi. Gen Z hidup di dunia di mana segala sesuatu harus "diverifikasi" melalui like, comment, atau reaction. Jadi, meskipun jawabannya sudah jelas, mereka masih mengharapkan orang lain ikut memberikan respons. Ini semacam cara halus untuk memancing interaksi.
2. Membuat Percakapan Lebih Relatable
Dengan mengakhiri pernyataan dengan “gak sih?”, Gen Z membuat topik percakapan jadi lebih terbuka. Frasa ini memberikan kesan bahwa lawan bicara diberi kesempatan untuk menyatakan pendapat. Bahkan kalaupun pendapat itu sebenarnya nggak terlalu diperlukan karena jawabannya sudah pasti.
ADVERTISEMENT
3. Gaya Bicara yang Khas
Penggunaan “gak sih?” ini juga bisa dianggap sebagai ciri khas gaya bicara Gen Z, yang senang menambahkan elemen retoris dalam kalimat mereka. Dengan menanyakan hal yang sebenarnya sudah jelas, mereka mungkin tidak bermaksud mempertanyakan kebenaran, melainkan sekadar menciptakan kesan kasual dan santai dalam percakapan.
Tapi, meskipun sering terdengar lucu, kebiasaan ini kadang juga menimbulkan sedikit kekhawatiran. Apakah ini tanda bahwa Gen Z terlalu bergantung pada persetujuan orang lain? Apakah mereka benar-benar membutuhkan konfirmasi untuk hal-hal yang sebenarnya sudah jelas? Atau ini hanya gaya bicara yang berkembang karena pengaruh sosial media?
Tidak bisa dimungkiri, bahasa terus berubah dan berkembang seiring zaman. Fenomena "gak sih?" ini mungkin hanya salah satu fase dari banyaknya perubahan bahasa yang akan kita lihat di masa depan. Dan meskipun terkadang terasa berlebihan, gaya komunikasi ini juga memberi warna baru pada percakapan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Namun, bagi mereka yang bukan Gen Z, fenomena ini bisa terasa membingungkan atau bahkan sedikit menjengkelkan. Kalau sesuatu sudah jelas, kenapa masih perlu ditanya lagi? Tapi, buat Gen Z, ini lebih dari sekadar bertanya. Ini soal menjaga percakapan tetap hidup, memastikan bahwa ada interaksi dua arah, bahkan dalam hal-hal yang sudah kita semua tahu jawabannya.
Jadi, kalau kalian mendengar seseorang berkata, “Ini harganya jutaan, jatuhnya mahal gak sih?”, jangan heran. Mungkin, mereka tidak sedang butuh jawaban. Mereka cuma pengen memastikan kalau kamu ikut merasakan hal yang sama. Dan dalam dunia Gen Z, terkadang, hal itu jauh lebih penting daripada jawaban yang sebenarnya.
Mari Kita Nikmati Saja
Untuk kita yang bukan Gen Z, mungkin fenomena “gak sih?” ini terdengar aneh atau bahkan mengganggu. Tapi di balik semua itu, ini adalah salah satu contoh bagaimana bahasa hidup dan berkembang bersama dengan penggunanya. Meskipun kadang pertanyaannya terasa tidak perlu, mungkin kita bisa belajar menikmati keunikan ini sebagai bagian dari dinamika bahasa sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Jadi, kalau ada yang bertanya, “Tulisan ini menarik gak sih?” jawab saja, “Iya, menarik banget. Dan gak perlu ditanya lagi, dong!”