Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Dampak Virus Corona Terhadap Ekonomi China
31 Januari 2020 14:32 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
Tulisan dari Ricky Suwarno tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dampak Virus Corona terhadap ekonomi China sebagai motor penggerak perekonomian dunia. Pada tahun 2020, volume angkutan penumpang dari penerbangan sipil di hari raya Imlek atau lebih dikenal sebagai Festival Musim Semi akan mencapai rekor tertinggi. Diperkirakan akan mencapai 79 juta penumpang untuk hari libur 7 hari. Meningkat sekitar 8,4 persen tahun-ke-tahun. Selama jam sibuk, rata-rata volume penerbangan yang dijamin dari penerbangan sipil melebihi 16.000 kali penerbangan sehari.
ADVERTISEMENT
Sejak meletusnya wabah pneumonia yang diakibatkan oleh virus Corona sebulan ini, berdampak langsung terhadap ekonomi Tiongkok di awal tahun 2020.
Dampak Virus Corona terhadap ekonomi China
Di satu sisi, transportasi, pariwisata, dan katering telah mengalami dampak langsung dan parah. Mereka hampir lumpuh dan setengah lumpuh untuk sementara waktu. Karena liburan yang berkepanjangan, kecuali untuk perusahaan yang terkait dengan epidemi, perusahaan tradisional lain yang tidak berkaitan dengan pekerjaan Internet akan mengalami pukulan yang parah dan serius.
Di sisi lain, karena setiap warga terpaksa harus berdiam di rumah, sehingga muncul dan membawa peluang besar bagi bisnis di sektor distribusi makanan segar dan hiburan online. Namun secara keseluruhan, dampak negatif lebih besar daripada peluang.
ADVERTISEMENT
Jika situasi epidemi dapat sepenuhnya terkontrol sebelum 1 Mei 2020, dampak terhadap PDB Tiongkok pada tahun 2020 berkisar 0,3 persen-0,5 persen. Bisnis Distribusi tanpa awak akan memperoleh peluang terbesar seperti drone atau mobil otonom.
Dalam mencegah meluasnya wabah, isolasi adalah cara paling efektif. Misalnya, Pada tahun 2003, SARS membawa kebangkitan e-commerce. Sejarah Dunia selalu serupa. Takeaway dan e-commerce saat ini sudah menjadi model bisnis paling matang di Tiongkok. Arti isolasi bukan untuk menumbuhkan kebiasaan memesan secara online, tetapi untuk mempromosikan perubahan model distribusi offline. Yang memang telah kita jalani beberapa tahun lalu.
Sebenarnya, Pada awal 2013, Amazon pernah mengusulkan rencana pengiriman lewat drone. Pengiriman drone “Prime Air” yang dikembangkannya 3 tahun kemudian telah berhasil mengirimkan pesanan pertama.
ADVERTISEMENT
Sementara Di China, banyak perusahaan raksasa seperti Suning dan Meituan juga telah berfokus pada bidang distribusi tak berawak. Tentu saja, dalam operasi aktual, distribusi tanpa awak masih dalam tahap eksplorasi seperti di daerah pedesaan. Berhubung keamanan serta aplikasinya Masih ada banyak masalah yang belum teratasi. Hukum dan peraturan yang relevan masih belum cukup memadai. Sehingga efek skala masih belum terbentuk. Demikian pula halnya di Amerika.
Tentu saja, Epidemi virus Corona ini dapat memberikan peluang yang sangat baik bagi sektor bisnis distribusi tanpa awak nantinya.
Pernah ada sayembara dan tantangan yang sangat populer puluhan tahun yang lalu di Tiongkok. Seandainya, Anda harus berdiam diri dalam rumah dengan suhu dan lingkungan yang nyaman, makanan yang enak dan berkecukupan, disertai ponsel dan wifi yang cepat. Tetapi prasyaratnya, Anda tidak boleh keluar rumah. Seberapa lama Anda bisa bertahan diam di rumah?
ADVERTISEMENT
“Sekarang, adalah saatnya Anda mempraktikkannya sendiri.”
Di dalam situasi kebosanan seperti ini, permintaan untuk ponsel gaming menjadi pilihan utama. Data survei IFC Securities menunjukkan epidemi selama Masa Imlek tahun 2020, permintaan terhadap “mobile gaming” memecahkan rekor terbaik dalam sejarah China. Di antaranya, gaming seperti MOBA王者荣耀Honor of Kings. Telah mencapai jam pengguna dan Daily Active Users naik secara signifikan. Dan tentu saja, operator game di belakangnya, tencent cuan banyak uang di masa krisis ini.
Dalam epidemi pneumonia yang terinfeksi oleh Virus Corona, tampaknya kebutuhan mental manusia belum terpenuhi. Memungkinkan dan menjadi awal dari transformasi model bisnis baru “industri hiburan pan” China. Misalnya, Film “囧妈Jiong Ma” yang semula diprediksi sebagai film andalan bioskop selama Imlek. Tetapi, sejak pemerintah Tiongkok menutup semua operasi bioskop sejak tanggal 25 Januari, Film tersebut memilih untuk disiarkan di internet platform pertama kalinya. Dan gratis pada hari pertama Imlek.
ADVERTISEMENT
Virus Corona telah “mengarahkan Orang Tiongkok dari tempat publik ke komunitas di internet.” Dan komunitas internet telah menjadi titik kontak penjualan yang terpusat. Tentu saja, dengan nilai komersial yang ikut meningkat.
Pada awalnya, penjualan komunitas internet menghadapi banyak hambatan. Terutama masalah pendidikan untuk mengubah kebiasaan para pengguna dalam e-commerce makanan segar, convenient store, dan lain-lain. Namun, meletusnya Virus Corona telah memberikan peluang baru untuk pengembangan e-commerce baru dan toko serba ada dengan cepat.
Orang-orang tidak perlu ke pasar tradisional untuk membeli ikan, sayuran segar, tahu dan sebagainya. Sehingga, mengurangi kemungkinan tertularnya penyakit pneumonia ini.
Epidemi secara tidak langsung “mengurung” semua orang untuk berdiam di rumah. Mengunci perhatian semua orang ke layar TV dan ponsel. Pemasaran offline menurun secara drastis. Iklan TV mulai mendapat perhatian lagi. Demikian pula halnya dengan pemasaran sosial dengan koneksi emosional.
ADVERTISEMENT
Struktur ekonomi China pada tahun 2003 adalah, tingkat kontribusi industri primer sekitar 3,1 persen. Tingkat kontribusi industri sekunder 57,9 persen. Dan tingkat kontribusi industri tersier adalah 39 persen.
Pada saat itu, industri sekunder memberikan kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi. SARS telah memukul industri tersier dengan serius. Industri sekunder relatif kurang terpengaruh. Oleh karena itu, PDB Tiongkok masih mempertahankan pertumbuhan cepat 9 persen.
Struktur ekonomi Tiongkok pada tahun 2019 adalah, tingkat kontribusi industri primer 3,8 persen. Tingkat kontribusi industri sekunder 36,8 persen. Tingkat kontribusi industri tersier adalah 59,4 persen.
Sebaliknya, Industri tersier telah menjadi industri terkemuka saat ini. Dampak epidemi yang menghancurkan industri tersier akan tercermin dalam PDB secara intuitif.
Berdasarkan situasi sekarang, diperkirakan secara konservatif tingkat pertumbuhan pada kuartal pertama 2020 akan berkurang dari 6 persen menjadi 3 persen. Karena ekonomi Tiongkok dalam 30 tahun terakhir, mengalami tekanan terbesar dan juga saat transisi ekonomi paling rapuh. Terjadinya wabah pada waktu sekarang, seolah-olah ada penembak jitu yang langsung membidik dan menembak ke jantung hati China. Sehingga, memaksimalkan kerusakan.
ADVERTISEMENT
Selama Imlek di tahun 2019, box office film domestik China mencapai 5,905 miliar yuan atau sekitar 870 miliar dolar. 9,2 persen dari box office tahunan. Sebenarnya, Dalam jadwal Imlek 2020, akan ada banyak kompetisi film bagus. Total box office khusus Imlek 2020 diperkirakan akan mencapai 7 miliar yuan, menempati 10 persen dari box office tahunan 2020.
Namun, Semua film di bioskop ditarik dari peredaran sejak tanggal 25 januari. 7 miliar box office akan sia-sia tanpa hasil. Selama epidemi Virus Corona belum berakhir, pasar film tidak dapat dipulihkan. Kerugian keseluruhan diperkirakan melebihi 10 miliar yuan. Atau sekitar 1.5 miliar dolar.
Dalam Imlek 2019, jumlah turis di seluruh Tiongkok mencapai 415 juta. Meningkat 7,6 persen YoY. Pendapatan pariwisata mencapai 513,9 miliar yuan. Meningkat 8,2 persen YoY. Seandainya epidemi ini tidak muncul, liburan Imlek pada tahun 2020 akan membawa pertumbuhan yang cepat sebesar 8 persen. Namun munculnya Corona, kerugian ekonomi langsung akan melebihi 500 miliar yuan di sektor ini.
ADVERTISEMENT
Sampai detik ini, pengontrolan mobilisasi individu sangatlah ketat. Jauh lebih ketat daripada SARS pada tahun 2003. Semua orang hanya bisa berdiam di rumah. Akibatnya, Keinginan konsumsi masyarakat mengalami keterbatasan.
Memang Awalnya, pasar ritel konsumen China telah menghadapi penurunan pertumbuhan dengan volume yang cukup besar. Apalagi dengan munculnya epidemi yang datang tiba-tiba, menyebabkan total penjualan ritel seluruh masyarakat juga akan menurun secara signifikan pada kuartal pertama tahun 2020. Bisa dibayangkan, dampak Virus Corona terhadap ekonomi China terutama di kuartal pertama akan sangat jelas.
Menurut statistik Pada kuartal pertama 2019, total penjualan ritel barang-barang konsumsi mencapai 977,9 miliar yuan. Peningkatan nominal 8,3 persen YoY. Awalnya diharapkan memiliki tingkat pertumbuhan hanya 7 persen pada kuartal pertama 2020. Dengan total penjualan ritel sosial pada kuartal pertama mencapai 10,4 triliun yuan.
ADVERTISEMENT
Dibandingkan Dengan dampak SARS pada pasar ritel di tahun 2003, bila dihitung dengan penurunan 5 persen, jika total tingkat pertumbuhan ritel sosial pada tahun 2020 hanya 2 persen, kerugian ekonomi langsung akan mencapai hampir 500 miliar yuan.
Dengan kata lain, kerugian ekonomi langsung atau Dampak Virus Corona terhadap ekonomi China dalam pasar film, pasar pariwisata, dan pasar ritel akan melebihi 1 triliun yuan. Sekitar 150 miliar dolar.
Dampak Virus Corona terhadap ekonomi China tahun 2020 sebenarnya, dapat dirujuk kembali pada epidemi SARS di tahun 2003. Pada dasarnya serupa misalnya industri transportasi, menanggung beban dan kerugian terbesar. Industri pariwisata mengalami pembekuan pada kuartal pertama. Tidak optimis pada kuartal kedua. Diperkirakan akan ada rebound kompensasi pada musim panas nantinya. Konsumsi keseluruhan barang dan jasa akan tertekan, dan ritel tradisional maupun katering akan mengalami kerugian langsung dan paling parah.
ADVERTISEMENT
Industri padat karya juga akan terpengaruh. Industri manufaktur tradisional terpengaruh oleh “kota-kota yang ditutup”. Sementara, sektor infrastruktur dan real estat akan mengalami keterlambatan proyek. Situasi di sektor ekspor mungkin lebih baik daripada setelah SARS. Karena akan relatif lebih sedikit dipengaruhi oleh karantina asing.
Situasi epidemi akan berdampak positif pada industri farmasi. Terutama pengembangan obat anti-virus baru dan pengembangan vaksin. Namun, pertanyaannya apakah kemampuan teknologi industri terkait Tiongkok dapat menyamai peluang. Pasar farmasi yang lebih terbuka akan memimpin persaingan di bidang terkait dengan persaingan di industri farmasi global. Dalam hal ini, Perusahaan Amerika dan Jerman memiliki keunggulan yang lebih jelas.
Bila dibandingkan dengan SARS, dampak Virus Corona terhadap ekonomi China memiliki beberapa karakteristik khusus:
ADVERTISEMENT
Pertama, ekonomi Tiongkok sedang dalam fase kenaikan yang cepat pada tahun 2003. Sehingga, kemampuannya untuk pulih lebih kuat. Namun Saat ini, situasi UMKM cukup mengkhawatirkan. Apakah mereka dapat menahan pukulan epidemi masih perlu diperhatikan.
Kedua, SARS saat itu hanya terkonsentrasi di beberapa kota pusat. Akan tetapi epidemi Virus Corona sekarang lebih luas. Kebatasan untuk “in and out” di banyak kota, termasuk perpanjangan liburan Imlek adalah biaya sosial langsung. Beberapa konsekuensinya mungkin tidak terlihat jelas sekarang. Namun, yang pasti adalah tekanan keuangan pemerintah sangatlah besar.
ADVERTISEMENT