Ekologi ikan hiu dan ikan paus (Part Two)

Ricky Suwarno
CEO dan Pendiri Karoomba Asia. Anggota Asosiasi untuk Kecerdasan Buatan China (CAAI)
Konten dari Pengguna
7 April 2019 20:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ricky Suwarno tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Oleh: Ricky Suwarno
7 april 2019
Untuk mendorong analogi ini lebih jauh, supaya Paus dan hiu, atau singa dan gajah dapat membentuk keseimbangan ekologis, perlu prasyarat apa? Apa Tantangan bersama mereka? yaitu tekanan besar untuk mempertahankan hidup di laut, atau di dataran padang rumput.
ADVERTISEMENT
seperti kutipan TV Serial games of thrones, tentang the winter is coming, tantangan seperti apakah yang bisa membuat dua raksasa bisa kolaborasi?
Lalu, apa tantangan yang akan dihadapi Cina dan Amerika Serikat di masa depan?
Martin Wolf, wartawan inggris, penulis dunia, dan redaktur komentator ekonomi di financial times bergurau, "Hanya ketika alien Mars menyerbu bumi, Cina dan Amerika Serikat baru bisa bersatu dan bekerja sama."
Hanya ketika Cina dan Amerika Serikat menghadapi tantangan bersama, mereka baru memiliki dasar yang kuat untuk kolaborasi. Tantangan ini harus datang dari luar ras manusia. Dan harus cukup besar. Sehingga mereka perlu bergabung untuk mengatasinya.
Resiko geopolitik sulit menjadi tantangan bersama. Misalnya, tantangan suatu rezim atau organisasi teroris baik dari Asia Timur, Laut Cina Selatan, atau di Timur Tengah maupun Afrika. Tidak memungkinkan ada lawan yang cukup kuat untuk menyatukan mereka berdua.
ADVERTISEMENT
Atau masalah Perubahan iklim? Yang harus dihadapi oleh seluruh umat manusia, termasuk Cina dan Amerika Serikat. Namun, tantangan ini tampaknya masih jauh, dengan kontroversi yang terlalu sengit. Masih belum ada konsensus. Dan sulit untuk memobilisasi kekuatan politik antar dua negara.
Jadi, menurut saya, tantangan yang paling memungkinkan adalah masalah AI. Kecerdasan buatan.
Dalam sejarah umat manusia, dampak revolusi AI dan revolusi industri membawa dampak skala besar. Seperti yang dikatakan Karl Marx: "Semua tingkatan dan hal-hal yang tetap akan hilang." Tetapi pada akhirnya, kita akan keluar dari "lembah kematian". Memasuki keseimbangan baru. Dan akan membawa kekayaan bagi seluruh masyarakat.
Selama periode transisi ini, sebelumnya telah terjadi pergerakan buruh. Krisis ekonomi. Dua kali perang dunia. Reshuffle. Dan eliminasi rezim demi rezim. Yang telah membawa kepedihan transformasional yang luar biasa pada semua negara.
ADVERTISEMENT
Demikian pula, kecerdasan buatan akan membawa lompatan besar dalam produktivitas. Membawa dampak sejumlah besar pekerja kehilangan pekerjaan dalam sesaat. Menurut laporan McKinsey, mungkin ada 400 juta pekerjaan di masa depan yang akan digantikan oleh AI. AI memang akan membawa peluang dan kekayaan. Tetapi manfaat kemajuan teknologi ini akan lebih banyak mengalir ke dompet minoritas. Dan kebanyakan orang tidak akan kebagian.
Kita tidak bisa mengtransformasi tenaga kerja dalam waktu singkat. Atau meminta satu generasi untuk berkorban demi pengadopsian teknologi ini. Jika kita dapat melintasi tantangan "Lembah AI" ini, maka kita akan dapat mencapai puncak gunung yang lebih tinggi. Dan melihat prospek yang lebih indah. Sebaliknya, "lembah AI" ini akan menjadi "Lembah Kematian" .
ADVERTISEMENT
Saat ini, Amerika Serikat dan Cina telah bersama-sama berdiri di garis paling awal. Ketika berhadapan dengan tantangan AI. Karena sama-sama kurang pengalaman.
Sistem ekonomi AS terlalu banyak mengejar kepentingan jangka pendek. Terlalu mementingkan kepentingan pemegang saham. Dan orang awam sulit berkesempatan untuk berbagi hasil ekonomi. Hal ini membawa kesenjangan pendapatan yang menonjol.
Sistem politiknya terlalu mengutamakan pandangan kaum elit. Terlalu liberal. Sulit bagi orang biasa untuk mengekspresikan suara mereka. Semua kekurangan ini mempersulit Amerika Serikat untuk menghadapi tantangan AI.
Cina juga menghadapi tantangan teknologi baru di masa depan. Sekelompok orang Cina yang terjepit dalam mobil (yang lahir tahun 1960-70an) memang telah menikmati manfaat kemajuan teknologi. Tetapi mereka juga mudah mengabaikan risiko kemajuan teknologi.
ADVERTISEMENT
Pada akhir tahun 2018, peristiwa pengeditan genetik di Cina, yang melahirkan bayi kembar yang bisa melawan penyakit aids. Telah menjadi alarm bagi dunia. Penyalahgunaan data besar akan mempengaruhi masalah privasi. Dan keamanan publik. Kecerdasan buatan dapat mempercepat polarisasi antara si kaya dan si miskin di Cina. Bangkitnya teknologi baru akan menghancurkan sejumlah industri lama. Bisnis model yang dipimpin oleh kapital akan menghadapi pengujian masalah moral atau etika.
Jika kita tidak menyelesaikan masalah ini, walaupun Cina akan menjadi negara yang merealisasikan teknologi AI paling awal. Yang berarti Cina akan menjadi tempat uji coba bagi AI. Dan tentu saja, tidak ada yang bersedia menjadi kelinci percobaan. Atau yang makan kepiting duluan.
Jadi, Tidak peduli suka atau tidak, manusia pada akhirnya akan memasuki komunitas AI. Apakah komunitas AI ini berdasar baik atau jahat, Apakah suatu kabar baik bagi umat manusia, atau akhir dari umat manusia. Ini bukan cerita sains fiksi. Ini adalah tantangan yang mungkin dihadapi dalam masa hidup kita.
ADVERTISEMENT
Tantangan ini membutuhkan upaya bersama dari Cina, Amerika Serikat dan negara-negara lain.
Apa risiko yang paling mungkin terjadi di masa depan? Bagaimana cara menilai risiko ini? Apa yang perlu dilakukan pemerintah? Apa yang harus dilakukan perusahaan? Apa batas yang tidak boleh kita sentuh?
Kalau Anda masih ingat serial TV "Game of Thrones" tentang "the winter is coming” atau Musim dingin akan tiba"
Kalimat ini sebenarnya menjelaskan situasi internasional saat ini. Kita telah memasuki musim dingin. Ancaman terbesar datang dari Tembok Besar Utara. Tetapi bahaya terbesar berasal dari internal. Perebutan kekuasaan dan peperangan antara berbagai negara bagian di dalam Tembok Besar.
Just like grandma says, "Ekologi Hiu dan Paus."
ADVERTISEMENT
Ikan Paus tidak dapat membunuh hiu. Dan ikan hiu tidak dapat memusnahkan ikan paus. Tetapi, baik ikan paus atau hiu, mereka harus lebih memperhatikan keberlanjutan ekosistem laut. Tempat tinggal di mana mereka berada.
Agar Cina dan Amerika Serikat membentuk keseimbangan ekologis yang stabil, kedua negara ini harus menemukan tantangan yang cukup besar. Yang harus dihadapi dua negara ini. Dan Tantangan ini kemungkinan besar adalah komunitas AI yang akan datang.
Dalam proses pengembangan, revolusi industri telah mengalami proses "lembah kematian". Jika Cina dan AS termasuk negara lainnya, tidak bisa bergandengan tangan mencari solusi tantangan komunitas AI ini, revolusi AI juga akan mengalami proses "lembah kematian" dari awal hingga akhir. Atau dari weak AI sampai General AI. Singularity.
ADVERTISEMENT
Cina dan Amerika Serikat saat ini, seperti Inggris dan Prancis pada abad ke-19. Pada waktu itu, mereka saling memblok dan perang dagang. Dimana sebenarnya, perselisihan itu cuma sebuah episode dalam revolusi industri.
Untuk mempelajari lebih lanjut tentang perkembangan teknologi terkini, bisa menelusuri: https://artificialintelligenceindonesia.com/