Konten dari Pengguna

Nyebrang ke Gili Trawangan, Ehh... Si Bule Ditemani Kambing Nih

8 September 2017 20:03 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Angger Rico Winanda tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Nyebrang ke Gili Trawangan, Ehh... Si Bule Ditemani Kambing Nih
zoom-in-whitePerbesar
Empat orang wisatawan mancanegara saat duduk di boat bersama dua ekor kambing (FOTO : Adim Yuliadin)
ADVERTISEMENT
Kawan saya, Adim Yuliadin (36) belum lama ini punya cerita konyol, jijik, sekaligus malu. Sebab ketika suatu sore ia hendak nyebrang ke Gili Trawangan, Kabupaten Lombok Utara (KLU), Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) menemukan kejadian kocak.
Saat itu di pelabuhan Bangsal (rute penyebrangan menuju Gili T) dia sedang duduk antre bersama para penumpang lain. Namun dari sisi utara, ada seorang kakek yang menunggu datangnya kapal tapi ditemani dua ekor kambingnya. Maklum saja, karena waktu itu jelang Hari Raya Idul Fitri ni jadi hewan kurban seperti kambing banyak dijumpai.
Waktu itu sudah menunjukkan pukul 16.30 Wita, boat Adim tak juga datang. Ia menunggu lagi sekitar 15 menit dan, barulah sumber suara dari pelabuhan pun mengumumkan jika penumpang sudah bisa naik ke boat "Wisata Bahari". Tapi tak disangka, ditengah sesaknya penumpang ditambah barang bawaan mereka (sayur-sayuran hasil tani) sang kakek yang tadinya menunggu ikut naik ke kapal.
ADVERTISEMENT
Alih-alih meninggalkan kambing, pria berpeci hitam ini justru ikut menaikan kambingnya menyatu dengan para penumpang lain. Kedua kambing di taruh dekat penumpang yang notabene adalah wisatawan mancanegara atau yang sering disebut "Bule".
Empat orang warga negara asing ini sontak memunculkan mimik-mimik agak kebinggungan. Dalam perjalanan sekitar 20 menit itu seolah mereka kesal, namun tak tahu harus berbuat apa. Terlebih saat salah seekor kambing baug kotoran tepat di depan matanya.
Bagi para penumpang lokal, barangkali hal demikian sudah lumrah terjadi. Tetapi belum tentu menurut Bule, sebab mereka ke Gili Trawangan atau Indonesia pada umumnya sudah jelas berniat liburan. Mengharapkan fasilitas dan transportasi yang representatif serta nyaman pasti muncul di benak mereka.
ADVERTISEMENT
Tetapi realita sore ditengah laut itu, rupanya tak sesuai ekspektasi. Saat para wisatawan merasa jijik, penumpang lokal justru hanya tertawa melihat ekspresi mereka. Bagi teman saya Adim, kejadian itu seolah tak bisa terelakkan. Karena dari pihak pelabuhan sendiri tidak menyediakan transportasi pemisah antara barang apalagi hewan, dengan penumpang.
Menurutnya, otoritas Kooperasi Karya Bahari (KKB) dan Syahbandar Pemenang sudah sepatutnya memikirkan hal ini. Karena NTB adalah daerah pariwisata yang tengah berkembang, tentu jika ingin memberi kesan baik atas kunjangan wisatawan sudah seharusnya mereka tak boleh diperlakukan seperti itu.
Apalagi belakangan pemerintah Lombok Utara mendeklarasikan diri sebagai destinasi pariwisata dunia. Tetapi realita di lapangan justru malah sebaliknya. Meski Gili Trawangan merupakan pulau wisata yang menyumbang kunjungan wisatawan nyaris 60 persen untuk pendapatan daerah, bukan berarti tidak ada penataan serius untuk kenyamanan wisatawan sendiri.
ADVERTISEMENT
Tetapi, Kepala Desa Gili Indah H. Taufik yang saya temui belum lama ini malah menanggapi sinis adanya Bule satu boat dengan penumpang. Ia berdalih jika public boat yang tersedia di pelabuhan memang bisa di masuki apa saja termasuk binatang. Kata Taufik, kalau wisatawan ingin nyaman mereka harusnya memilih jalur transportasi via fast boat yang juga disediakan pengelola.
Hmm... jadi apakah memang seperti itu cara kerjanya? Atau memang masyarakat dan pemerintah setempat sepakat tak ingin pariwisata yang menjadi atensi pemerintah Indonesia dapat bersaing dengan negara lain? Entahlah.