Antara Monru, Kuntilanak, dan Simbol Seks

Rida Rasidi
Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Padjadjaran yang suka menulis dan hobi baca buku (novel), nonton anime, dan fangirling idol kpop.
Konten dari Pengguna
27 Juni 2023 22:36 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rida Rasidi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi seks digital, one night stand, dan seks partner di internet. Foto: mtkang/Shutterstock.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi seks digital, one night stand, dan seks partner di internet. Foto: mtkang/Shutterstock.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dalam cerita pendek “Kuntilanak Monru” karya Narudin, tokoh utama bernama Monru, seorang gadis sarjana bahasa Perancis yang pada suatu malam menyerahkan keperawanannya pada seorang pria setelah berkali-kali menolaknya. Setelah kejadian itu, ia bekerja di “tempat itu” yang merujuk pada tempat prostitusi, mendapat julukan “Kuntilanak Monru”, dan tawa kuntilanaknya membuat dirinya populer di tempat kerjanya.
ADVERTISEMENT
Tokoh Monru ditunjukkan sebagai simbol seks. Hal ini dapat dilihat bagaimana nama “Monru” hampir serupa dengan pengucapan “Monroe” pada nama artis besar Amerika Serikat “Marilyn Monroe”. Semasa hidup, Marilyn Monroe sering kali dianggap sebagai simbol seks dalam budaya populer Amerika Serikat. Penampilannya yang memukau, seksi, dan menggoda menjadikan dirinya dikenal dengan citra seksual yang provokatif. Selain itu, Marilyn Monroe juga dikenal dengan kecantikan, tubuhnya yang seksi, dan pesonanya yang memikat. Hal ini juga dapat kita temui dalam tokoh Monru. Dalam monolog Monru, ia berkata bahwa lelaki yang selalu mengajaknya ke apartemen selalu memujinya dengan berkata bahwa Monru adalah perempuan cerdas dan seksi.
Sepanjang cerita pendek, pembaca sering bertemu dengan diksi “tawa” atau “tawa kuntilanak”, yang membuat pembaca bertanya-tanya apa arti tawa kuntilanak Monru yang sebenarnya? Menurut saya, tawa kuntilanak dalam cerita pendek ini dapat mengacu pada desahan, ucapan ataupun nada bicara yang menggoda. Dalam konteks Monru yang mengeluarkan tawa kuntilanaknya saat berada di tempat prostitusi ataupun saat ia bertemu dengan pria, saya mengartikan tawa tersebut sebagai sebuah desahan, ucapan ataupun nada bicara yang menggoda.
ADVERTISEMENT
Hal ini didukung oleh fakta bahwa tawa kuntilanak Monru pertama kali muncul adalah saat senjata Lelaki Apartemen melukainya. Selain itu, saat Monru meminum teh yang diberi racun oleh temannya, saya mengartikan racun sebagai obat peransang yang membuat Monru terangsang dan pada akhirnya membuat laki-laki antre. Nada bicara yang menggoda ini juga berkaitan dengan nada bicara Marilyn Monroe yang menjadi ciri khasnya semasa hidup.
Kuntilanak sering kali digambarkan dalam film sebagai hantu perempuan yang masih memiliki penyesalan atas keputusan yang diambilnya semasa hidup. Gambaran tersebut membuat pemilihan diksi “kuntilanak” untuk disematkan kepada Monru terasa masuk akal. Dalam cerita pendek dikatakan bahwa Monru selalu mengingat kejadian “yang seharusnya ia tolak”. Kejadian tersebut merujuk pada kejadian dengan Lelaki Apartemen. Dalam monolognya, Monru juga berkata “Aku berikan apa yang kujaga ini kepadamu dan setelah itu aku tak ingat apa-apa—setelah senjatamu melukaiku hingga aku tertawa laksana kuntilanak.
ADVERTISEMENT
Betul, kini orang-orang menyebutku ‘Kuntilanak Monru’”. Monolog tersebut menunjukkan bahwa setelah kejadian itu, Monru “mati”, menjadi kuntilanak, hantu perempuan yang memiliki penyesalan. Dalam monolog itu juga penulis memilih diksi “melukai” sebagai tanda bahwa pada awalnya Monru tidak ingin melakukan hal tersebut, terdapat paksaan di dalamnya yang membuat pada akhirnya hanya menimbulkan luka bagi Monru.
Pada akhirnya, “Kuntilanak Monru” karya Narudin merupakan cerita pendek yang penuh pengajaran tentang hubungan seksual dan dampak yang didapat oleh perempuan. Meskipun terdapat beberapa hal yang terlalu abstrak sehingga bisa menimbulkan pemahaman yang berbeda pada setiap pembaca. Namun, hal tersebut adalah yang membuat cerita pendek ini punya keunikan tersendiri.