Konten dari Pengguna

Fenomena Pick Me Girl sebagai Tema Alternate Universe

Rida Rasidi
Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Padjadjaran yang suka menulis dan hobi baca buku (novel), nonton anime, dan fangirling idol kpop.
24 Juni 2022 11:52 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rida Rasidi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
www.istockphoto.com
zoom-in-whitePerbesar
www.istockphoto.com
ADVERTISEMENT
“Kalau aku, sih, enggak suka make up. Enggak tau kenapa, aku beda dari perempuan lainnya.”
ADVERTISEMENT
“Aku enggak punya teman perempuan. Ya, gitu deh, berteman sama perempuan enggak asik.”
Eh, kamu pakai skincare apa? Wah, mahal banget ya. Aku enggak pernah pakai skincare, sih, sayang uang.”
Kalian pasti pernah mendengar kalimat seperti yang telah disebutkan di atas dalam kehidupan sehari-hari. Sadar atau tidak, kalimat-kalimat tersebut biasanya diungkapkan dari perempuan untuk perempuan lainnya. Mirisnya, terkadang kalimat-kalimat tersebut diungkapkan hanya untuk sebuah pengakuan dari kaum pria atau untuk sekadar meninggikan dirinya dari perempuan lain. Singkatnya, agar seseorang merasa paling berbeda dari perempuan lainnya.
Fenomena Pick Me Girl merupakan salah satu bentuk dari misogini yang terinternalisasi. Kebencian dari perempuan kepada perempuan lainnya menunjukkan secara tidak sadar kita mengetahui bahwa perempuan harus berjuang untuk tempatnya yang terbatas di dunia ini dan salah satu cara untuk mendapatkan tempat tersebut adalah dengan menjatuhkan perempuan lainnya.
ADVERTISEMENT
Menurut beberapa definisi, Eckert menyatakan pick me girl merupakan sebuah respons feminis terhadap kecenderungan perempuan dalam menyukai suatu hal untuk mendapatkan validasi dari kaum pria.
Fenomena pick me girl tidak hanya terjadi dalam kehidupan bersosialisasi antar teman dan keluarga, tetapi juga terjadi di dunia digital. Maraknya media sosial membuat suatu fenomena dengan mudah menyebar luas. Twitter dapat dikategorikan sebagai salah satu media sosial yang populer saat ini sehingga Twitter dapat dengan mudah memunculkan fenomena pick me girl di Indonesia dalam bentuk cuitan maupun sebuah tema dalam alternate universe.
Alternate Universe (AU) merupakan jenis fiksi penggemar di mana latar kehidupan di dalamnya dibuat berbeda dari kehidupan asli idola yang menjadi visual utama dalam cerita. Penulis sebuah alternate universe biasanya adalah seorang penggemar dari selebritas tertentu, tetapi umumnya ditulis oleh penggemar K-Pop. Alternate universe sendiri berbentuk tweet bersambung atau biasa dikenal dengan sebutan thread atau utas. Alternate universe menarik antusias pembaca serta penggemar suatu idola tertentu dengan sangat besar. Besarnya antusiasme tersebut membuat para penerbit terpikat untuk menerbitkannya menjadi sebuah buku. Bahkan, beberapa buku adaptasi AU sukses menempati posisi best-seller di beberapa toko buku.
ADVERTISEMENT
Alternate universe makin marak belakangan ini. Seiring dengan hal tersebut, tema-tema yang diangkat dalam sebuah AU makin beragam, dari tema perkuliahan, kisah cinta anak muda hingga isu-isu serius, seperti pelecehan seksual, perundungan, dan bunuh diri. Sebuah fenomena yang belakangan ini ramai dibuat sebagai tema alternate universe tidak lain dan tidak bukan ialah fenomena pick me girl. Para penulis di platform Twitter berlomba-lomba membuat cerita dengan tema pick me girl. Salah satunya adalah pengguna Twitter dengan nama pengguna @ijoscripts yang membuat sebuah alternate universe berjudul The Camarro.
Maraknya cerita yang mengusung tema pick me girl membuat tercipta sebuah template baru. Template tersebut menjelma sebagai sikap-sikap pick me girl yang cenderung klise.
ADVERTISEMENT