Konten dari Pengguna

Langkah Strategis Pengembangan Desa dan Mitigasi Longsor dengan SIG

Ridha Diba Maharani
Mahasiswa S1 Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
14 Agustus 2024 12:14 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ridha Diba Maharani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
(Banyuputih, 13 Agustus 2024) - Dalam upaya mendukung perencanaan pembangunan desa, Tim II Kuliah kerja nyata (KKN) Universitas Diponegoro berkontribusi dengan melakukan pemetaan kemiringan lereng dan penggunaan lahan di Desa Banyuputih, Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah. Kegiatan ini bertujuan untuk menyediakan informasi terkait kondisi topografi dan penggunaan lahan di wilayah Desa Banyuputih. Dari informasi tersebut dapat digunakan sebagai acuan dasar dalam perencanaan tata ruang wilayah, mitigasi bencana dan pengelolaan sumber daya alam.
ADVERTISEMENT
Pengambilan data primer dilakukan dengan melaksanakan survey selama tiga hari serta mengumpulkan data sekunder sebagai landasan teori serta data pendukung dalam analisis. Beberapa informasi yang mencakup pada pemetaan ini yaitu derajat kemiringan lereng pada tiap dukuh di Desa Banyuputih, mengidentifikasi titik-titik tiap penggunaan wilayah, serta mengidentifikasi lereng-lereng yang berpotensi longsor. Pengolahan data berbasis SIG (Sistem Informasi Geografis) menggunakan data Digital Elevation Model (DEM) SRTM dari USGS (United States Geological Survey). Pengolahan data tersebut menggunakan software Arcgis yang dapat menghasilkan output berupa peta slope (kemiringan lereng). Pengolahan data untuk penggunaan lahan dilakukan dengan menggabungkan hasil pemetaan melalui citra satelit yang digabungkan dengan hasil survey lapangan. Hasil dari pengolahan data tersebut berupa peta Tata Guna Lahan yang tersusun atas mengklasifikasikan area desa menjadi beberapa kategori, seperti wilayah agri kebun, tegalan, dan pemukiman.
Peta Kemiringan Lereng/Slope Desa Banyuputih, Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah.
Dari hasil pemetaan, didapatkan bahwa kelerengan Desa Banyuputih menjadi 5 bentuk lahan, yakni datar/hampir datar, bergelombang landai, bergelombang miring, berbukit bergelombang, dan berbukit terjal. Pada bagian utara Desa Banyuputih cenderung menunjukkan tingkat kecuraman yang tinggi, sedangkan pada bagian selatan cenderung memiliki bentuk lahan datar. Berdasarkan dari hasil tingkat kecuraman lereng tersebut, wilayah utara Desa Banyuputih dapat dikatakan berpotensi terjadinya bencana longsor, sedangkan pada wilayah bagian selatan memiliki tingkat potensi bencana longsor yang rendah.
ADVERTISEMENT
Namun, menentukan wilayah berpotensi longsor tidak hanya didasarkan pada kemiringan lereng saja. Penggunaan lahan juga dapat memberikan dampak apakah wilayah tersebut dapat berpotensi longsor atau tidak.
Peta Tata Guna Lahan Desa Banyuputih, Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah
Hasil pemetaan penggunaan lahan (TGL) menunjukkan bahwa pada Kawasan utara Desa Banyuputih dominan digunakan sebagai agri kebun, dengan Sebagian kecil digunakan sebagai tegalan dan pemukiman Dukuh Pekiringan.
Lahan merupakan sumberdaya alam yang terbatas. Meningkatnya kebutuhan akan lahan oleh manusia dapat membentuk pola tertentu di suatu Kawasan. Dampak dari perubahan penggunaan lahan dapat mengganggu stabilitas air dan tanah. Wilayah dengan kemiringan curam namun banyak tertutupi oleh vegetasi dapat membuat keadaan tanah menjadi lebih gembur dan memperhalus agregat tanah, menyebabkan bobot isi tanah menurun dan porositas tanah menjadi tinggi. Selain itu, vegetasi dengan kanopi yang besar memperkecil pertemuan langsung antar butir hujan dengan permukaan tanah, sehingga memperkecil terjadinya erosi. Sedangkan jika terjadi perubahan pemanfaatan lahan dengan menghilangkan vegetasi akan menimbulkan terjadinya benturan langsung antara permukaan tanah dengan air hujan. Dengan tidak adanya akar untuk mengikat butir tanah, menyebabkan berkurangnya daya dukung tanah serta lapisan tanah menjadi jenuh air, sehingga mudah terjadi longsor. Curamnya kemiringan lereng pada suatu wilayah dapat meningkatkan potensi terjadinya bencana longsor.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan dari hasil pemetaan kemiringan lereng dan penggunaan lahan, didapatkan bahwa wilayah Desa Banyuputih yang berpotensi terjadinya longsor berada pada bagian utara. Kondisi bentuk lahan dengan derajat kemiringan lereng yang tinggi menunjukkan tingkat kecuraman lereng yang tinggi. Selain itu, wilayah yang digunakan sebagai tegalan yang terbuka dapat menyebabkan tanah pada lahan tersebut kurang terikat dan ketika hujan cenderung akan bertumbukan secara langsung pada permukaan tanah, menyebabkan tanah menjadi mudah terkikis oleh air.
Penyerahan Luaran Program Kerja Poster Pemetaan Kemiringan Lereng dan Penggunaan Tata Guna Lahan kepada Perangkat Desa Banyuputih
Dari hasil pemetaan ini, diharapkan dapat bermanfaat bagi perangkat desa maupun masyarakat desa dan juga menjadi salah satu pertimbangan bagi pemerintah dalam membuat kebijakan ataupun perencanaan pembangunan di wilayah Desa Banyuputih. Kegiatan ini menjadi salah satu bentuk kontribusi mahasiswa dalam pengabdian serta menjadi pengalaman berharga dalam menerapkan ilmu pengetahuan kepada masyarakat.
ADVERTISEMENT
Penulis : Ridha Diba Maharani (Fakultas Teknik - Teknik Geologi)
Dosen Pembimbing : Drs. Dul Muid, M.Si., Akt.
Lokasi KKN : Desa Banyuputih, Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah