Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Trend yang Terlalu Jakarta Sentris, Apa Iya?
29 Desember 2020 12:20 WIB
Tulisan dari Ridho Awan Kusuma tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Apakah kalian pernah berpikir tentang bagaimana media menggambarkan sesuatu yang sedang trend saat ini kebanyakan dari daerah Ibu kota Jakarta? Apakah kalian menganggap hal itu adalah hal yang wajar? Jika dilihat dari banyak sekali fenomena trend atau budaya populer di Indonesia, kebanyakan berasal dari wilayah ibu kota Jakarta. Misalnya seperti kata “gue, elu” merupakan kata yang dianggap gaul apabila kita memakai kata itu untuk mengganti kata “aku, kamu”. Hal ini menyebabkan remaja di daerah menggunakan kata-kata itu karena terpengaruh budaya di Jakarta. Hal tersebut juga dikarenakan media televisi nasional yang berbasis di Jakarta. Selain itu di era digital saat ini juga memudahkan masyarakat untuk mengakses berbagai informasi melalui media sosial. Dan karna banyak media saat ini yang terlalu Jakarta sentris.
ADVERTISEMENT
Pada saat ini perkembangan teknologi kearah digital semakin pesat. Dimana saat ini manusia secara umum memiliki gaya hidup baru yang tidak bisa dilepaskan dari perangkat yang saat ini serba elektronik. Dan juga teknologi saat ini menjadi alat yang mampu mebantu Sebagian besar kebutuhan manusia. Karna teknologi inilah yang membawa peradaban manusia memasuki era digital. Era digital juga membawa berbagai perubahan yang baik sebagai dampak positif. Namun dalam waktu yang bersamaan juga era digital dapat membawa banyak dampak negative. Adapun juga tantangan pada era digital telah masuk pula kedalam berbagai bidang seperti politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan, keamanan, dan teknologi informasi. (Wawan Setiawan)
Fenomena Jakarta sentris pun juga berkaitan dengan era digital saat ini, dimana saat ini media massa beralih ke media baru atau internet karena adanya pergeseran budaya dalam penyampaian informasi. Seperti media sosial, perkembangan media sosial saat ini juga telah mengubah gaya hidup manusia. Pengguna media sosial juga update dan berbagi informasi setiap saatnya dengan frekuensi tinggi. Media sosial juga dijadikan sarana untuk melihat perkembangan apa yang sedang hangat dibicarakan dan menjadi wadah interaksi pengguna satu dengan yang lain dalam menanggapi sebuah isu terkini. Dan jika dilihat media sekarang selalu menyoroti hal-hal sedang terjadi di Jakarta dan seakan-akan menjadi tolak ukur gaya hidup dan budaya populer berasal dari Jakarta.
ADVERTISEMENT
Televisi sebagai media pun juga berkaitan erat dengan fenomena Jakarta sentris. Karna berkembang pesatnya stasiun televisi nasional yang berbasis di kota Jakarta. Dalam sudut pandang ekonomi media dan studi budaya, stasiun televisi nasional berbasis di Jakarta ini dapat menimbulkan invasi kebudayaan metropolitan kepada masyarakat di berbagai pelosok nusantara.Hal ini semakin terlihat karena berbagai program siaran junalistik dan hiburan mengedepankan konten Jakarta-Sentris dan agak mengesampingkan konten lokal di daerah. (Zakaria L.S)
Gaya hidup masyarakat Jakarta yang termediasi oleh media banyak di adopsi oleh masyarakat luar Jakarta yang menonton tayangan di berbagai stasiun televisi swasta maupun nasional. Program-program yang dikonsumsi oleh masyarakat luar Jakarta meliputi kehidupan-kehidupan orang Jakarta kelas menengah atas dan elit, dan program khusus tentang gaya hidup menjadi tontonan menarik yang menyuguhkan realita kehidupan di Jakarta dan hal tersebut memberikan gambaran seakan ideal bagaimana cara hidup yang etis dan estetik kepada masyarakat Inodnesia. Dan juga kehadiran konten-konten tersebut mengkronstuksi masyarakat untuk berusaha meniru keindahan dan juga kesuksesan orang-orang Jakarta yang secara tidak langsung mempresentasikan suatu standar tertentu akan kehidupan modern. (Zakaria L.S)
ADVERTISEMENT
Dan sekarang ini juga banyak sekali konten-konten di media sosial yang memperlihatkan kehidupan mewah masyarakat Jakarta. Seperti banyaknya konten-konten di aplikasi Tik-Tok yang memperlihatkan tentang gaya hidup mewah sang konten kreator dan memamerkan seluruh harta kekayaanya, ada juga yang memperlihatkan bagaimana kehidupan para remaja di ibukota Jakarta yang selalu pergi ke tempat hiburan malam. Hal tersebut juga berdampak pada remaja yang berada di luar Jakarta. Banyak remaja sekarang ini berfikiran untuk mengikuti gaya hidup dan juga budaya-budaya populer yang ada di Jakarta.
Budaya Jakarta yang di mediasi melalui stasiun televisi swasta dan juga saat ini melalui media sosial mampu menghegemoni masyarakat Indonesia secara luas dan menjadikannya sebagai budaya pop. Budaya pop Jakarta yang merupakan budaya metropolitan sebagai ibu kota Indonesia mulai menggeser posisi budaya luhur dan budaya local. Stasiun-stasiun televisi serta konten-konten dari media sosial yang memposisikan Jakarta menjadikannya sebagai superkultur yang berpotensi memarjinalisasikan budaya-budaya daerah. Maksud superkultur sendiri adalah suatu mode budaya yang berada diatas budaya-budaya lain. Dan juga masyarakat Indonesia seakan secara sukarela menerima hegemoni stasiun televisi swasta Jakarta dan juga konten-konten dari media sosial. Sehingga tayangan sinetron dan infotainment dianggap memiliki fungsi penting sebagai hiburan yang seakan mampu menjadi bagian dalam diskusi sosial yang enak untuk diperbincangkan dan secara serta merta diadopsi dalam bentuk gaya hidup, gaya bicara, cara pandang, ataupun gaya berbusananya.
ADVERTISEMENT
Ridho Awan Kusuma
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta