Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Edukasi Seks Tabu, Pelecehan Semakin Menggebu
21 November 2024 16:04 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Ridho Setyadi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tak dapat dipungkiri bahwa edukasi seks di masyarakat Indonesia masih menjadi isu yang sensitif, sehingga membuat pembahasan tentang seksual sering dianggap tidak pantas dan tabu. Akibatnya banyak remaja yang tumbuh tanpa pemahaman yang mendalam tentang tubuh mereka sendiri, kurangnya pemahaman itu membuat mereka rentan terhadap berbagai bentuk pelecehan dan kekerasan seksual. Tanpa pendidikan yang cukup, para remaja akan sulit membedakan batasan mana yang dianggap aman atau tidak aman bagi mereka. Ditambah banyak kasus pelecehan seskual terjadi di lingkungan sekolah yang seharusnya menjadi tempat aman bagi para remaja.
ADVERTISEMENT
Ada beberapa faktor yang membuat tabunya edukasi seks di Indonesia, seperti faktor norma, dalam konteks ini pembahasan tentang seksual merupakan pembahasan yang dianggap memalukan dan tidak sopan. Kemudian faktor ketakutan akan pengaruh negatif, maksudnya adalah muncul ketakutan tersendiri jika para remaja justru semakin terdorong untuk bereksperimen apabila semakin banyak informasi tentang seksual yang diterima. Lalu faktor pandangan keagamaan, dalam banyak tradisi agama, seksualitas dianggap sakral dan hanya pantas dibahas dalam konteks pernikahan, sehingga orang tua enggan memberikan edukasi seks karena dianggap mendorong perilaku yang tidak sesuai nilai moral atau agama.
Menurut data yang diambil dari Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Anak, menunjukkan peningkatan jumlah kasus kekerasan dari 2022 dengan total kasus 27.593 meningkat di 2023 sebanyak 29.883 kasus. Bahkan belum habis 2024 total kasus kekerasan dari 1 januari 2024 hingga opini ini ditulis sudah sebanyak 23.053 kasus, dengan 19.993 korban perempuan dan 5.063 korban laki-laki. Dengan kasus sebanyak itu, bentuk kekerasan paling banyak yang dialami korban yaitu kekerasan seksual dengan angka 10.615 kasus dengan rentang usia 13-17 tahun. Hal ini terbukti dengan kurangnya edukasi seks akan berkontribusi langsung pada meningkatnya kasus pelecehan seksual dan kekerasan.
ADVERTISEMENT
Dampak Kurangnya Edukasi Seks
Kurangnya edukasi seks yang dilakukan di Indonesia, kemudian juga adanya stigma di masyarakat mengakibatkan edukasi seks dianggap sebagai hal yang tabu, ini tentunya berdampak signifikan pada beberapa hal. Tak terkecuali terjadinya peningkatan kasus kekerasan yang terjadi tiap tahunnya seperti pada penjelasan sebelumnya. Kemudian dengan korban mayoritas usia 13-17 tahun menunjukkan kegagalan peran sekolah yang seharusnya menjadi tameng serta ladang ilmu bagi para siswa-siswi justru tidak diterapkan dengan baik. Ini tentunya harus ada evaluasi mendalam antara Kementrian Pendidikan dan Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Anak agar kasus yang meningkat tiap tahunnya menjadi turun.
Tak hanya itu, kurangnya edukasi seks menyebabkan anak-anak usia 13-17 tahun tidak tahu batasan apa saja yang orang lain tidak boleh tahu akan hal itu. Kemudian mereka juga tidak tahu hak-hak yang mereka punya untuk menolak permintaan dari orang lain tanpa adanya persetujuan. Hal ini tentunya menjadi penyebab-penyebab terjadinya banyak kasus kekerasan dan pelecehan seksual, ditambah dengan adanya beberapa korban yang cenderung memilih diam daripada melapor pada pihak yang berwenang karena takut akan ancaman dari pelaku kekerasan.
ADVERTISEMENT
Pentingnya Edukasi Seks Dan Implementasinya
Edukasi tentang seks harus terus di gencarkan oleh pihak-pihak terkait yang menjadi fokus dibidanngnya. Karena topik ini sudah menjadi hal yang serius karena tiap tahunnya mengalami peningkatan pada kasusnya. Tak hanya sosialisasi, pemertintah dan pihak terkait harus memikirkan 1001 cara agar masyarakat tahu betapa pentingnya edukasi seks bagi kehidupan. Jika sosialisasi atau bentuk pencegahan lainnya sudah terealisasikan, tentunya akan menimbulkan segudang manfaat bagi masyarakat terutama remaja yang harus mengetahui betapa pentingnya edukasi tenatng seksual.
Dari segudang manfaat itu beberapa diantanya yaitu para remaja paham akan batasan bahwa tindakan tanpa izin atau persetujuan merpakan bentuk dari pelanggaran. Remaja juga belajar menghargai diri sendiri, dengan ekukasi seks tentunya mendukung peningkatan harga diri dan rasa hormat terhadap tubuh sendiri sehingga mampu menolak perlakuan yang tidak pantas. Dengan berhasilnya edukasi seks, tentunya akan melahirkan generasi yang mampu mengidentifikasi bentuk-bentuk pelecehan seperti verbal, fisik, dan emosional sehingga mereka bisa menghindari situasi tersebut.
ADVERTISEMENT
Bentuk-bentuk implementasi yang perlu dilakukan yaitu dengan menggencarkan kurikulum di sekolah yang membahas tentang batasan pribadi, kekerasan seksual, mengidentifikasi pelecehan, cara menghindari serta penanganannya. Kemudian dengan membuat workshop dan diskusi terbuka agar para remaja lebih aktif belajar dan berdiskusi tentang dunia seksual dengan wadah yang terarah dan benar. Dan yang tak kalah penting yaitu hadirnya peran orang tua yang juga harus memahami hal ini agar anak-anaknya dapat berbicara terbuka tentang seksualitas.